1 Kisah Rindu

Kalian tau rasanya jatuh cinta?

Tau rasanya dicintai?

Lalu, kalian tiba-tiba dicampakkan begitu saja.

Tau rasanya seperti apa?

Tidak diperhatikan lagi, tidak dianggap lagi, tidak dipedulikan lagi. Terabaikan.

Tau rasanya gimana?

Percaya pada seseorang yang berkomitmen untuk membahagiakan, namun malah memberikan kesedihan.

Gimana rasanya?

Sakit. Iya, rasanya sakit memang. Entah pernah kalian alami atau tidak, namun itulah yang dialami oleh seorang gadis yang baru duduk di bangku kelas XI. Ia seorang gadis pendiam. Tidak banyak bicara tidak pula banyak tingkah. Ia gadis lugu yang tertutup. Ia seorang yang biasa saja. Tidak terlalu pintar dan tidak pula famous di sekolah. Ia seorang cewek yang sederhana. Ia bukan cewek yang gaul, ia saja hanya memiliki satu teman. Ia hanya berteman pada teman sebangkunya. Itupun karena teman sebangkunya sama sepertinya yang terasingkan. Mereka senasib dan cocok menjadi teman. Itulah faktanya.

Ia gadis yang suka menyendiri. Dari sikapnya yang tertutup itulah ia dijauhi. Banyak yang menghindarinya karena menganggapnya aneh. Namun ia tidak peduli. Hidupnya urusannya dan hidup mereka yang mengusik hidupnya itu urusan mereka. Ia memang berpikiran seperti itu. Ia tidak peduli jika orang-orang tidak ingin berteman padanya. Ia pun tidak memaksa. Di sekolah tugasnya mencari ilmu bukan untuk mencari teman apalagi lawan. Ia fokus saja pada pendidikannya dan fokus saja pada hidupnya yang sudah rumit jadi tidak sempat mengurusi kehidupan orang lain yang sibuk mengusik hidupnya.

Ia menjadi seorang yang pendiam bukan tanpa sebab. Hal tersebut karena sedari kecil ia terbiasa sendiri. Ia yatim piatu, gadis yang tanpa ayah dan ibu. Ayahnya sakit keras dan akhirnya meninggal. Sedangkan ibunya meninggal saat melahirkannya. Ia gadis sebatang kara yang tinggal bersama pamannya saja. Pamannya juga sebatang kara, pria duda yang ditinggal mantan istrinya yang berselingkuh darinya. Hidupnya sederhana. Tidak kaya tidak pula terlalu kekurangan harta. Setidaknya untuk makan sehari-hari masih bisa terpenuhi berkat pamannya yang bekerja sebagai karyawan di suatu perusahan yang cukup besar. walaupun hanya sebagai karyawan biasa.

Ia gadis yang banyak menyimpan kesedihan. Ia kurang kasih sayang dan perhatian. Pamannya selalu sibuk kerja dan tentu saja tidak banyak waktu untuk memberikannya perhatian. Terkadang ia iri melihat gadis-gadis sebayanya yang diantar jemput di sekolah. Sedangkan ia selalu pulang sendiri dengan berjalan kaki. Ia juga kadang iri melihat teman-teman sekolahnya yang diperhatikan oleh pacar mereka. Meskipun ia tidak tertarik dengan yang namanya pacaran namun ia sangat tertarik dengan perhatian kecil yang diberikan oleh pacar-pacar teman sekolahnya itu. Andai ia juga memiliki seorang pria yang juga memperlakukannya seperti gadis-gadis yang diliatnya di kantin sekolah. Tidak harus pacar sebatas sahabat saja tidak masalah. Namun sayangnya, itu hanya andaian saja. Ia merasa keinginannya agak mustahil. Gadis seperti ia ini mana ada yang mau. Ia jelek, dan aneh. Itu yang dikatakan orang-orang tentangnya. Jadi mana mungkin ada yang mau mendekatinya. Ia bukannya pesimis namun hanya melihat fakta saja. Mungkin saja akan ada yang menyukainya di suatu saat nanti tapi ia yakin orang itu bukan bagian dari teman sekolanya. Atau mungkin orang yang akan mendekatinya itu berasal dari planet lain.

Di sekolah kadang ia hanya berdiam diri di kelas, atau sesekali menghabiskan waktunya di perpustakan. Dan ke kantin ketika merasa lapar saja. Kadang ia juga mengisi waktunya dengan duduk sendiri di taman belakang sekolah. Sekedar untuk merenung-meratapi nasib malangnya yang belum juga berakhir. Untungnya ia memiliki satu teman baik di sekolah. Setidaknya ia memiliki teman untuk berbagi cerita atau untuk teman mengobrol saja. Memiliki satu teman namun orang itu sangat ia percayai. Temannya adalah teman sebangkunya. Temannya itu juga sama sepertinya yakni pendiam. Namun jika mereka berbicara mereka tidak terlihat dua gadis yang pendiam. Mereka terlihat dua orang normal. Tertawa jika obrolan mereka terdengar lucu dan sedih jika mereka membicarakan hal yang menyayat hati.

Menjadi gadis pendiam itu juga tidak menyenangkan. Ada kalanya ia merasa kesepian. Ingin juga ia memiliki banyak teman seperti teman-teman sekolahnya. Namun balik lagi, tidak ada yang mau berteman dengannya. Ia terlihat gadis cupu. Gadis kutu buku yang dianggap misterius. Terkadang ia juga dibully karena tidak memiliki ayah dan ibu. Ia juga dibilang gadis pembawa sial di sekolah. Hidupnya memang benar-benar menyedihkan. Tetapi ia gadis yang kuat. Ia tetap diam meski telinganya mulai panas mendengar perkataan-perkataan jahat yang menyakitinya. Ia tetap tegar dan tidak peduli. Walaupun terkadang ia menangis juga. Meratapi nasibnya yang sungguh menyedihkan ini.

Gadis pendiam ini selalu berdoa. Ia selalu meminta Tuhan mendatangkan seseorang yang baik hati yang menerimanya dengan segala kekurangannya. Ia ingin seseorang itu menghapus air matanya. Ia ingin seseorang itu membuatnya tersenyum dan melupakan segala kesedihannya. Ia selalu berharap doanya terkabul. Setiap hari ia mendoakan hal yang sama. Dan ia yakin suatu hari nanti doanya akan di dengat Tuhan dan seseorang itu akan datang.

Gadis pendiam ini adalah Rindu. Itu bukanlah sebuah rasa namun sebuah nama. Ia dinamai orang tuanya Rindu. Gadis berambut sebahu ini juga tidak tahu alasan kenapa orang tuanya menamainya Rindu. Ia hanya beranggapan orang tuanya memberi namanya Rindu karena mungkin orang tuanya akan selalu merindukannya setiap saat. Sehingga ia selalu dirindukan siapa saja yang mengenali dirinya. Namun sayang, bukan ialah yang dirindukan. Akan tetapi ialah yang merindukan orang-orang yang dikasihinya. Nama adalah sebuah doa. Dan itu adalah benar. Jika disuruh memilih ia tidak mau dinamai Rindu. Nama itu terlalu berat untuknya dan terbukti sekarang ia mengalami hidup yang berat. Dari kecil ia sudah menjalankan kehidupan yang menyedihkan. Dan sampai detik ini masih terus berjalan. Entah sampai kapan ia pun tidak tahu. Ia hanya berharap ia tidak menyerah pada keadaan.

Meski ucapanya kadang tak selaras dengan yang ia rasakan. Ia manusia. Normal baginya untuk menyerah. Untuk berhenti di saat tidak mampu bertahan lagi. Ia selalu mengatakan, "Aku kuat. Aku bisa meleweti semua ini. Aku akan bahagia. Akan ada orang yang datang dan memberikan cinta untukku." Perkataan itu sama sekali bukan dari hatinya. Hatinya bilang, "Cukup sampai di sini. Kamu sudah berusaha. Sudah saatnya berhenti. Tidak perlu menjadi kuat. Menangislah jika hidup ini melelahkanmu."

Rindu tidak mendengarkan isi hatinya itu. Ia tidak mau menyerah. Ia akan berusaha untuk selalu tegar. Orang-orang tidak boleh tahu kesedihannya. Cukup dirinya dan Tuhan saja yang tahu.

"Aku kuat," ucapnya selalu disaat ia merasa terpuruk akan suatu keadaan. Ia selalu mensugesti dirinya untuk tetap tegar dikondisi apapun. Alasannya bertahan hanya karena ia membalas jasa ibunya yang rela berkorban nyawa demi melahirkannya. Ia tidak boleh menyerah. Jika ia menyerah sama saja kematian ibunya sia-sia. Ibunya rela berkorban nyawa demi melahirkannya di dunia ini. Maka bagaimana pun keadaannya, ia harus tetap tegar. Ia harus tetap menjalankan hari-harinya walaupun dengan air mata.

***

avataravatar
Next chapter