21 Bertemu Seno

Kurang lebih dua jam berlalu film itu. Mang Harun juga Nesya pun keluar dari studio.

"Mang Harun tunggu di sana, Nesya mau ke toilet sebentar," ucap Nesya.

"Baik neng." Mang Harun menunduk dan berlalu seiring Nesya yang sedikit terburu-buru ke toilet.

***

"Seno..." Panggil Nesya saat melihat ada cowok yang Nesya sendiri sangat yakin itu Seno. Cowok itu menoleh, sedikit kaget melihat Nesya.

"Lo nonton sama siapa? Emangnya Erisca udah balik?" tanya Nesya yang kini sudah berhadapan dengan Seno.

Seno gelagapan.

"Gak. Gue mampir toilet bioskop aja."

Jawaban yang sangat aneh. Tapi Nesya tak peduli, cewek itu celingukan.

"Sendiri? Ah sama Fajar yah..." tebak Nesya kemudian.

"Gue sendiri, ada urusan."

Nesya mengangguk-angguk.

"Makan yuk," ajak Nesya.

Seno terlihat menimbang terlebih dahulu. Tapi tidak ada salahnya jika dia menerima ajakan Nesya.

"Boleh."

Nesya pun dengan antusias menarik Seno dari lorong toilet.

"Mang Nesya mau makan dulu, mau ikut?" tanya Nesya pada Mang Harun yang sudah menunggu dari tadi.

Mang Harun melirik cowok yang bersama Nesya. Dia pernah muda, mana mau diganggu.

"Mang ada urusan lain, gimana kalau mau pulang neng nelpon Mang aja."

"Oh gitu ya... Nesya pergi dulu, nanti Nesya telpon yah..."

Mang Harun pun mengangguk dan melihat kepergian Nesya bersama cowok yang baru dilihatnya.

***

"Tadi siapa?" tanya Seno sambil memakan spageti yang baru saja disajikan.

"Mang Harun, supir aku."

"Baru?"

"Supirnya Bunda dikantor, karena udah dipercaya jadi aku setuju buat diantar jemput. Lagian kamu selalu nolak buat anter aku," ucap Nesya.

Seno menaikan sebelah alisnya.

"Siapa Lo?"

"Temen kan? Adrian, Denis, Fajar aja mau nganter kalo mereka gak sibuk."

"Udah ada tiga. Emang gue kayak mereka, mau jadi supir Lo?"

"Jadi pacar mau gak?" goda Nesya sambil tersenyum.

Seno meletakkan sumpitnya, seolah-olah tak minat lagi untuk makan.

"Becanda. Makan lagi!"

Nesya kemudian cekikikan. Seno selalu tak mau membahas itu. Biarlah Seno tahu perasaan Nesya. Tapi jika suatu saat nanti Nesya sudah tak memiliki perasaan untuk Seno, jangan sampai Seno yang memiliki perasaan untuk Nesya. Nesya tak mungkin menolak Seno begitu saja, dia sudah tahu bagaimana rasanya diabaikan.

Bisa berdekatan dengan Seno saja sudah bersyukur. Cowok itu tidak suka didekati Cewek. Dia tidak suka diganggu.

Setelah makanan habis, Nesya segwra menghubungi Mang Harun. Bagaimana jika Mang Harun lupa dan dia harus menunggu sendirian disini. Seno kan pasti tidak mau ikut menemani untuk menunggunya.

"Erisca jadi pindah ke SMU Dirgantara?"

tanya Nesya sembari melakukan panggilan pada Mang Harun.

"Jadi."

Nesya manggut-manggut.

"Ih... Mang Harun kemana sih?" gerutu Nesya, mencoba menghubungi Mang Harun lagi dan lagi.

"Gue anterin aja," ucap Seno.

"Hah?" Nesya kaget mendengar ucapan Seno barusan.

"Gak ada pengulangan."

"Nganterin gue kan? Yaudah ayo!" ujar Nesya bersemangat.

"Hm."

***

avataravatar
Next chapter