webnovel

Chapter 2

"aku adalah anak asuh ayahmu"

"Ayah? Apa kau bertemu ayahku? Apa dia baik-baik saja? Sekarang dia dimana?" aku mencecarnya dengan banyak pertanyaan.

"Dia baik-baik saja, aku ingin minum...haus sekali, bisakah kita berbicara didalam rumahmu?" Dia berbicara dengan keringat dan napas yang kelelahan.

Aku kembali kerumah bersamanya.

"Aku masuk ya?" Dia bertanya namun langsung membuka pintunya dan kemudian masuk mendahuluiku, anak siapa dia ini.

"Rumahmu besar sekali" dia kembali bersikap tidak sopan.

"Ibumu dimana? Apa disini tidak ada makanan? Dia tidak memasak untukmu? Apa kau tidak kelaparan?"

Dia ini sangat menjengkelkan sekali.

"Ini ada ubi" aku menyodorkan sepiring ubi dengan teh manis hangat.

"Ini jenis makanan apa?" dengan lugunya dia bertanya.

"Kau ini bodoh atau bagaimana? ini ubi," kataku kesal.

"Aku tidak pernah memakannya bahkan melihat pun baru sekarang" timpalnya.

"Memang kau ini hidup diplanet mana selama ini? Ini ubi dan ini teh manis. Air mineral ditambah teh dan gula. Apakah Orang-orang berbaju hitam diluar sana tidak diajak masuk? aku sudah membuatkan teh manis juga untuk mereka,"

Sebenarnya aku sangat ingin bertanya soal ayahku, tetapi melihatnya bercucuran keringat akibat mengejarku tadi, membuatku untuk diam dan menunggu dia yang memulai.

"Oh ya, namamu Nur kan? Aku Ali, aku ini lahir di riyadh, namun besar dikorea. Kau pasti penasaran kenapa aku lancar sekali berbahasa indonesia? Aku akan menjelaskannya setelah kue ini habis." ubinya sudah hampir habis.

"Sekarang aku yang akan bertanya padamu!" seruku.

"Bertanya soal ayahmu? Kubilang tunggu aku menghabiskan ini."

"Apa kau kelaparan? Ibumu tidak memasak?"

Dia berhenti mengunyah dan menyimpan sepotong ubi yang sedari tadi asyik ditangannya

"Ya, aku kelaparan. Ibuku tidak pernah memasak" dia tersenyum dan berdiri memandangi figura usang yang berisikan foto ayahku.

"Dia yang mengurusku selama 7 tahun, setelah ibu dan ayah kandungku meninggal akibat kecelakaan. Dia bekerja dirumahku dan ibuku sangat mempercayakan aku kepada ayahmu, aku berbicara bahasa indonesia dengan ibuku dan ayahmu. Jadi aku menguasai 4 bahasa diusiaku sekarang ini" bicaranya terdengar dengan nada sombong.

"Aku tidak perduli berapa bahasa yang kau bisa, aku hanya peduli keberadaan ayahku selama 7 tahun ini."

"Aku bisa berbahasa arab, korea, dan bahasa indonesia" jawaban yang sama sekali tidak ingin kudengar.

"kau tidak bisa bermain-main denganku..." aku sedikit mengagetkannya, "kau bilang tadi 4 bahasa, namun yang kau sebutkan hanya 3, lalu 1 lagi apa? Alien? Bahasa kera? Hah?."

Dia tertawa terpingkal "bahasa cinta, kau ini sangat lucu sama seperti ayahmu, aku kesini atas perintah ayahmu, dia menitipkanmu kepadaku ayahmu menyuruhku untuk menjagamu."

Akupun membalas tertawanya dengan terpingkal-pingkal "kau ini yang benar saja, tinggimu saja hampir sama denganku, badanmu sangat kecil, ubi saja kau tidak tahu, suruh ayahku pulang dan aku ingin dia yang menjagaku dan ibuku."

"Ayahmu tidak bisa pulang, dia sedang bertanggung jawab atas perbuatannya."

Wajahnya berubah menjadi serius.

Akupun semakin bertanya-tanya

"apa yang dia perbuat? Dia mencuri?"

"Tidak, lebih buruk dari itu, tapi itu pandangan orang-orang. Alasan aku ada disini karena aku yakin ayahmu tidak bersalah." dia sedikit menggerakkan sebelah alisnya.

"Lalu kenapa kau tidak menyuruh ayahku untuk pulang?"

"Dia dituduh membunuh kedua orangtuaku, tapi karena aku sudah lama mengenal ayahmu, dan selama orangtuaku bekerja, aku dijaga oleh ayahmu. Aku disini ingin membahagiakanmu dan ibumu, untuk membalas kebaikan ayahmu selama ini, hanya itu yang bisa aku lakukan, aku tidak bisa membebaskan ayahmu. Maafkan aku, dia akan di vonis hukuman mati. Dan eksekusinya akan segera dilakukan." dia menunduk sedih.

Rasanya seperti diterbangkan ke angkasa karena ia tahu dimana ayahku lalu dihempaskan begitu saja sebab kabar duka yang sangat menyakiti perasaanku, bagaimana dengan ibu? Apa dia akan baik-baik saja mendengar berita ini apa dia akan menerimanya. Aku terdiam dengan waktu yang cukup lama, dia hanya memandangiku dengan raut wajah yang sangat iba. Dia sudah mematahkan semangatku, kehadirannya membuatku kecewa. Sebuah titik terang mengenai ayahku nyatanya membuatku harus menelan kepahitan yang teramat dalam. Kabar yang selalu kunanti-nantikan, kepulangannya yang selalu kutunggu. Kini sekejap menjadi mimpi buruk yang menakutkan.

Dia menyentuh pundakku "aku kesini bukan untuk membuatmu lebih sedih lagi, aku datang kesini ingin memberikan kebahagiaan untukmu dan juga ibumu, aku akan membiayai kau sampai keperguruan tinggi. Proses eksekusi tinggal menghitung hari, aku akan mengatakan ini setelah ibumu pulang. Pasti akan menjadi berita yang sangat menyakitkan untuk ibumu"

Pukul menunjukan angka 17.19 dan ini senja kedua yang memilukan setelah aku membuat ibu menangis kemarin.

"Aku akan memerintahkan bodyguardku untuk tinggal di villa diperkotaan supaya tidak merepotkanmu"

"Lalu kau akan tidur dimana? Kau tidak ikut pulang dengan mereka?" aku bertanya dengan sedikit marah.

"Tentu aku akan tidur disini, ditempatmu. Pertama aku akan minta izin ibumu. Kalau beliau tidak mengijinkanku maka aku akan membawa kalian pergi dari sini"

"Kau ini apasih? Tiba-tiba datang, membawa berita buruk, dan tiba-tiba juga ingin berada disekitarku?"

"Aku ini malaikat pelindungmu, aku diutus datang kesini oleh ayahmu"

"Bagaimana bisa kau terlihat baik-baik saja setelah orang yang menjagamu selama ini harus menerima hukuman yang jelas-jelas kau tahu itu bukan salahnya?!" aku terisak.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Pukul aku sesukamu, peristiwa itu memang sangat mengiris perasaanku. Kedua orangtuaku pergi untuk selama-lamanya di usiaku yang masih 17 tahun ini. Ayahmu adalah seorang sopir yang jujur jelas menjadi kesayangan ayahku. Kata pengacaraku, mobil ayahku dibuat untuk tidak bisa berhenti oleh ayahmu. Ibuku pun turut didalamnya, mereka jatuh kedalam jurang. Tersangka utamanya adalah ayahmu, hanya dia yang memegang mesin mobilnya, pada saat kejadian kabel rem sengaja ada yang mengguntingnya. CCTV rumahku tidak bekerja pada saat pagi karena ada yang sengaja membuatnya mati, hanya aku satu-satunya orang yang percaya pada ayahmu."

Aku terdiam kembali. Terdengar suara orang yang mengetuk pintu, sepertinya itu ibu tapi tak biasanya ibu mengetuk pintu.

"Nur...Nur...Nur buka pintunya, ini Laila." ternyata itu adalah teman sebayaku yang meminta bajunya dijahitkan ibuku.

"Tapi ibu belum pulang, sini aku yang ukur badanmu."

"Nur, tapi laki-laki itu siapa? Tampan sekali" dengan gaya centilnya dia mencoba menarik perhatian Ali, tapi Ali malah asyik sendiri sambil bersiul menghadap jendela.

"Itu keponakanku, dia datang jauh dari kota"

"Waah tidak kusangka Nur, kau punya sanak keluarga yang berwajah tampan"

Jelas saja dia tidak menyangka, wajahku yang tidak cantik ini memang sulit dipercaya jika mempunyai keluarga yang berwajah tampan seperti Ali.

Tak lama kemudian ibu datang sambil menjinjing topi yang terbuat dari bambu, biasa dia pakai untuk memetik pada saat cuaca panas.

"Loh Nur, banyak yang datang rupanya?" Laila mencium tangan ibu dan langsung mengutarakan keinginannya.

Sementara tamu yang tidak diundang lainnya sudah berdiri dihadapan ibu dan membawakan peralatan memetiknya.

"Nur? Siapa anak ini?" ibu sangat heran dengan mengernyitkan dahinya.

"Aku Ali bu, aku ini orang yang diutus suami ibu untuk membahagiakan kalian berdua" dengan percaya dirinya dia bilang kalimat yang sangat menggelitik.

Ibu pun tertawa, "siapa kau ini nak? Apa yang membawamu datang kemari? Kau bilang tadi suami ibu? Apa kau kenal dia? Apa kau tahu dimana dia sekarang?"

Akupun langsung memotong pembicaraannya.

"Sebaiknya ibu minum dulu, apa ibu tidak lelah seharian bekerja?" aku sambil menuangkan gelas dengan air putih dari dalam panci.

"Nur, tadi dia bilang ayahmu. Mungkin dia tahu ayah dimana"

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan Ali pun melihatku, maksudku itu adalah isyarat untuk tidak memberitahu ibu sekarang, syukurlah Ali pun mengerti dengan bahasa tubuhku.