1 1.WIWIN

Hari ini aku senang sekali, aku merasa ini adalah hari yang paling aku tunggu sejak aku kecil karna hari ini, hari ahir ujian Nasional tingkat SMA. Yang aku pikirkan sejak dulu hanya menyelesaikan sekolahku dan aku bebas dari rutinitas sekolah, mendengarkan omongan guru yang menurutku tidak terlalu berguna, lalu mengerjakan PR di malam hari. Itulah diriku, Winarno adalah nama asliku tapi temanku memanggilku Wiwin, bahkan kedua orang tuaku pun juga memanggilku Wiwin dan sekarang aku tinggal di Pekalongan. Aku anak kedua dari dua bersaudara, kakakku bernama Rodiyanto, dia sudah bekerja di Pabrik roti di Jakarta. Aku terlahir bukan dari orang kaya keluargaku sederhana, ayahku bekerja kuli bangunan dan ibuku sebagai buruh tani, jadi aku tidak punya cita-cita untuk kuliah.

Kebetulan hari ini kak Rodi pulang dari Jakarta, entah apa yang aku pikirkan sejak dulu aku selalu ingin pergi merantau mencari pengalaman di luar kota dan juga sekaligus mencari uang.

"kakak, kapan kembali ke Jakarta?" tanyaku sambil mendekatinya.

"kakakmu baru sehari di rumah, apa kamu tidak suka aku di rumah?"

"bukan begitu kak, aku suka kakak di rumah apalagi membawa oleh-oleh sebanyak ini".

"terus?". jawabnya sambil menatapku sinis.

"aku ingin ikut kerja dengan kakak di tempat kakak kerja."

Kakakku terdiam sejenak sambil menatapku, bukanya menjawab pertanyaanku dia malah balik bertanya.

"apa sekolahmu sudah selesai, kamu kan baru selesai UN, belum sampai pengumuman kelulusan, Ijazah belum keluar udah sok mau kerja, mending di rumah aja dulu jagain orang tua nanti kalo Ijazah udah keluar baru kamu kerja, itu juga kalo kamu lulus". Kakakku meledekku karna dia tau aku tidak terlalu pandai dan malas belajar.

"dari pada jagain mending bantu lah, aku pingin kerja karna aku tau gimana kondisi ekonomi kita, aku tau di tempat kakak kerja nggak butuh Ijazah SMA jadi aku bisalah masuk kerja di sana". aku mencoba mendesaknya.

"udah nggak usah susah di atur, nanti kali berangkat ke Jakarta sekarang jg percuma nanti bolak-balik karna kamu perlu ngurus Ijazah dan yang lainnya, nanti kalo Ijazah kamu udah keluar gampang nanti ke Jakarta sama kakak" jelasnya sambil pergi kebelakang.

Karna kakakku sudah bilang seperti itu aku jadi lega dan untuk sementara aku kerja sebagai tukang bongkar muatan di pabrik triplek di dekat desaku, aku tidak bisa melamar pekerjaan di pabriknya langsung karna di sana belum ada lowongan. aku tidak sendiri melainkan aku dengan Nunuk dia temanku sejak kecil. Dan semua yang aku bayangkan tentang mendapatkan uang karna bekerja itu menyenangkan seketika itu hilang dalam sehari kerja di tempat itu, aku merasa seperti anak TK yang baru masuk sekolah langsung di suruh membaca novel di depan kelas, tak berdaya, tak memiliki kekuatan, semua di lakukan dengan tenaga yang di paksakan. Tapi, ketika aku sampai di rumah dan melihat kedua ayahku terbaring di kursi dengan mata tertutup dan dengkuran yang keras lalu ibuku yang dengan muka lesunya tetap memasak dan tersenyum, seketika semua itu membuatku semangat kembali. Aku berpikir keras bagaiman caraku membuat orang tuaku bisa menikmati masa tuanya, tanpa harus bersusah payah terus menerus sampai sejauh ini, rasanya mustahil jika aku hanya kerja bongkar muatan yang upahnya tidak seberapa ini bisa mencapainya.

"Assalammualaikum, Wiwin"

"Wa'alaikumsalam." ternyata Budi, dia temanku juga tapi dia kakak kelaskku waktu kita masih sekolah, sekarang dia sudah kerja sebagai penjaga sound sistem di tempat hajatan, aku langsung punya pikiran mungkin dia akan menawariku pekerjaan.

"sibuk apa nggak Win?" tanya Budi

"nggak, kenapa?"

"malam ini aku barjaga sound sistem di kampung sebelah sendirian, gimana kalo kamu ikut njaga juga nanti dapet upah kok."

"ayok" jawabku tanpa berpikir panjang, dan kita langsung ke tempat hajatan tersebut, dan asiknya menjaga sound adalah kita dapat minum dan makan sepuasnya di tempat orang yang punya hajat. keesokan harinya aku pulang lalu bersiap untuk pergi ke pabrik triplek, hampir satu minggu aku memaksakan diri untuk kerja dengan porsi istirahat yang minim. Tanpa memikirkan kondisi fisik saat itu aku merasa seperti anak-anak yang main air hujan saat hujan deras, terasa menyanangkan tapi sebenarnya membuat sakit. Aku merasa senang meskipun sangat kelelahan, mungkin aku senang karna aku bisa meringankan beban orang tua sekaligus meskipun hanya sedikit tapi bisa membelikan lauk untuk ayah dan ibu, itu membuat aku bangga.

Akan tetapi pagi ini aku punya batas kekuatan yang tidak aku perhatikan sejak lama, aku mulai pusing, dan perutku tidak enak sekali, badanku panas, ibuku membuatkanku bubur dan teh hangat, ibu juga tidak berangkat kerja demi merawatku, aku merasa cemas dengan keadaanku sendiri. Kalau seperti ini, tidak membantu tapi malah membebani, pikirku sambil menyesali apa yang aku telah lalukan, sebelumnya ibu dan ayahku selalu menasehatiku untuk tidak terlalu memporsir tenagaku, tapi aku hanya mengabaikan nasehat orang tuaku dan hari ini aku mendapat karmanya. Setelah dua hari demam akhirnya aku sembuh kembali, dan kini aku memilih kerja sebagai panjaga sound sistem di tempat hajatan, alasannya karna aku dapat makan dan minum gratis dan bisa saja aku membawa lauknya untukku bagi dengan ayah dan ibu, itu jelas lebih membatu. Dan tidak terasa kini Ijazah sudah keluar bersamaan cap tiga jari, dan sesuai janji kakakku dia pulang untuk menjemputku agar kerja di Jakarta.

Akhirnya aku akan kerja di Jakarta di pabrik roti, ini menyenangkan dan menegangkan karna ini kali pertamaku pergu ke Jakarta, dan ternyata aku tidak bekerja di pabrik yang sama dengan kakakku. Aku selalu malas mencari teman baru lagi, banyak kenalan sana sini lagi iti membuat malas, semuanya tetap aku jalani dengan baik meskipun hati dan pikiranku malas tp aku tetap semangat karna sebentar lagi aku akan mendapatkan ap yang aku inginkan.

Pagi ini masih terasa ngantuk sekali tapi temanku sudah membangunkan aku dengan menggoyangkan kakiku, aku terbangun dan kaget kenapa sepagi ini mulai kerja, pagahal baru saja aku dengar Adzan Subuh baru selesai, kenapa sudah mulai kerja. Ternya memang seperti inilah kerja di pabrik roti, kita bangun 04.30 dan langsung kerja, hal pertama yang aku kerjakan adalah cuci tangan dan muka lalu langsung siap kerja. Awalnya aku di ajari untuk membulatkan adonan roti tawar yang sebelumnya sudak di timbang lalu di pres dengan alat pres, awalnya memang sudah tapi lama-lama itu terasa mudah, meskipun belum bulat sempurna seperti seniorku. Dan aku merasa pagi ini adalah awal dari perjalananku membuat seni dari tepung.

avataravatar