1 Perubahan

"Halo, aku..."

"Hei, kita hoki ya, dapet siswi pindahan yang cantik."

"..."

"Jangan acuhin aku dong." dengan wajah cemberutnya.

"Saha eta?"

"Hah?'

"Heh... Namamu siapa?"

"Loh, aku tuh orang di sampingmu, yang selalu ajak loe ngobrol, Reza."

"Oh."

"Itu ae?"

"Hmm..."

"Idih, selalu gitu. BTW, nanti siswinya bakal duduk dimana ya? Semoga sampingku."

"Oh."

Reza memilih untuk mengabaikan Rahib. Lagipula, tidak ada manfaatnya mengobrol dengan Rahib. Paling, hanya diacuhin saja. Siswi itu melangkah menuju paling belakang.

Dia duduk di belakang Rahib

"Wah... hoki betul loe."

"B ae."

"Permisi, namamu?" Siswi itu bertanya pada Rahib.

"Kuring Rahib, anjeun?"

"Hah?" ekspresi yang sama dengan Reza, ia kebingungan.

"Maaf Lily, dia orang sunda, Indonesia."

"Apa artinya?"

"Aku Rahib, kamu?"

"Heh, aku sudah memperkenalkan diri tadi."

"Maaf, gak denger."

"Okay, aku Lily."

"Okay."

*

Jam istirahat tiba, mejanya Lily telah dikelilingi oleh banyak siswa. Rahib yang benci keramaian, langsung beranjak pergi menuju tempat favoritnya.

Setelah memakan makan siang-

nya, Rahib langsung menuju perpustakaan.

"Hei, Hib, ini buku yang kamu minta aku untuk mencarikannya kan?"

"Hm..."

Rahib mengambil buku itu dan langsung mencari tempat membacanya selagi istirahat belum selesai.

Lily bertanya-tanya dimana Rahib. Lily ingin bertemu dengannya karena ia tertarik kepada orangg yang tidak peduli dengan sekitar.

"Eh, aku mau beli makanan dulu."

Lily beranjak pergi dari tempat duduknya dan mencari dimana Rahib berada.

"Jika aku Rahib, aku bakal kemana?"

Lily mencoba mengingat-ingat kelakuan Rahib. Lily teringat bahwa Rahib membaca buku. Jadi, Lily menarik kesimpulan bahwa Rahib ada di perpustakaan. Ia bergegas pergi ke sana.

Reza sudah selesai makan siang, ia ingin pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku dan bertemu dengan Rahib, ia ingin menyampaikan sesuatu kepada

Rahib.

Pintu perpustakaan dibuka Lily. Kini, ia mencari dimana Rahib.

"Di sini toh kamu."

"Hm... menurut aksenmu, kamu pasti orang Amerika."

"Kan aku sudah kasih tahu  juga."

"Maaf, gak denger tadi."

"Hei, Rahib. Wah, lagi ngobrol bareng Lily nih."

"Terus? Emang ga boleh?"

Reza terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Jika mengeluarkan sepatah katapun, Rahib akan selalu membantahnya.

"Hib, ada yang mau gue omongin."

"Hm..?"

"Ikutin gue."

Bel masuk bernyanyi dengan keras, sudah waktunya masuk.

"Nanti pas pelajaran ae."

*

"Psst... Rahib."

"Hm..."

Reza sedang menulis sesuatu.

"Baca ini."

Rahib mengambil kertas yang diberikan oleh Reza. Rahib membuka lipatan kertas tersebut yang berisi.

'Eh, ternyata Carla punya adik loh! Pasti belum tau kan?'

Rahib membalikkan badan, menatap wajah reza yang berminyak.

"Udah." Lalu, Rahib memutar badan kembali.

"Eh, sejak kapan?"

"Reza, jika ibu sedang mengajar, kamu harus memperhatikan. Kamu mau menggantikan ibu mengajar?"

"Eh, enggak bu."

"kalau begitu, diam."

Bu Wanda kembali mengajar.

"Oh iya, tidak mengherankan. Loe kan orang pintar merendah. Bisa gali info dengan cepat-"

"Reza!"

"Gak akan ku ulangi, bu!"

———————————————

" = Bahasa Indonesia

" = Bahasa Inggris

avataravatar
Next chapter