webnovel

Mengantar Pulang

Xabiru menatap Davin dengan tatapan bingung. Dia mulai sedikit mempercayai lelaki di depannya.

"Mandilah dan ganti baju, aku akan mengantarmu pulang,." kata Davin lembut sambil. mengulurkan tas belanjaan yang di bawa Beno tadi.

"Benarkah?" sahut Xabiru kesal. Jangan- jangan dia menipuku.

"Cepatlah, sebelum aku berubah pikiran!" katanya dingin .

Xabiru segera mengambil tas itu dan membawanya ke kamar mandi. Dia mandi dengan cepat kemudian berganti menggunakan baju baru itu. Setelah mandi dan berganti baju, Xabiru merasa kulitnya tidak lengket lagi dan dia merasa segar. Xabiru berdandan dengan bedak dan lipstik yang ada di dalam di tasnya setelah itu dia segera menemui Davin di ruang kerjanya.

Davin mengangkat kepalanya saat merasa seseorang menatapnya. Tatapannya segera bertemu dengan tatapan Xabiru tapi gadis itu segera mengalihkan tatapannya ke arah lain.

"Sudah siap?" tanya Davin kemudian.

Xabiru hanya mengangguk.

Davin berdiri dari duduk, kemudian berjalan ke arah Xabiru. "Ayo!"

Mereka segera keluar dari unit milik Davin dan menggunakan lift menuju lantai dasar dimana mobil Davin terparkir disana. Xabiru mengamati Davin yang sedang menyetir ketika mereka sudah meluncur di jalan. Wajah itu mirip David, sangat mirip hingga dia tak bisa membedakannya. Wajah Davin tampak serius menatap jalan di hadapan mereka membuatnya terlihat makin tampan. Pipi Xabiru memerah mengingat wajah itu pernah menciumnya tapi dia segera mengenyahkan pikiran itu dari otaknya.

"Aku tahu wajahku memang tampan tapi tak perlu sampai ngiler gitu melihatanya," Davin berkat dengan cuek, tak ada tawa di mulutnya,

"Sialan!"

Xabiru memukul bahu Davin cukup keras>

"Aduh, ternyata kamu galak juga," Xabiru tak bisa menahan senyumnya mendengar Davin mengaduh. "Pantas saja, David gak betah sama kamu dan memilih Cindy yang lembut,"

"Dan kamu pasti bukan orang yang menyenangkan sampai pacarmu lebih memilih David daripada kamu!"

"Itu bukan karena aku tidak menyenangkan tapi karena aku yang melepasnya ketika dia menyerahkan dirinya kepada David yang dia kira aku!" Senyumnya yang dingin berubah menjadi nakal, "Lagipula aku sudah menemukan seseorang yang lebih menarik hatiku,"

"Aku yakin dia pasti tak tertarik padamu, hanya perempuan bodoh yang mau sama kamu!"

"Aku lihat, sepertinya dia juga tertarik padaku. Benar katamu, sepertinya dia memang sangat bodoh, terlalu bodoh untuk menyadari perasaannya. Terlalu bodoh dan terlalu mudah dibohongi."

Entah mengapa Xabiru merasa kata-katanya itu ditujukan padanya. dia menjadi terdiam karenanya sementara Davin langsung tersenyum lebar.

Mobil yang mereka tumpangi masih meluncur tapi kini tak ada lagi pembicaraan di antara keduanya, Suasana di dalam mobil terasa begitu sunyi hanya detak jantung dan suara nafas mereka yang teratur tedengar memenuhi ruangan di dalam mobil. Akhirnya mobil Davin sampai juga di depan rumah Xabiru, Suasana di rumah itu masih gelap karena orang tua Xabiru memang tidak malam ini karena mereka menginap di rumah kerabat mereka. Xabiru segera turun dari mobil, setelah mengucap terimakasih dia segera berjalan menuju pintu rumahnya.

Xabiru mengambil kunci dari dalam tas setelah itu dia memasukkannya ke dalam lubang pintu, memutarnya kemudian mendorong pintunya hingga terbuka.

"Kamu tidak menawariku masuk?" tanya Davin mengagetkan Xabiru.

"Uh, kamu membuatku kaget!" Xabiru mendorong Davin.

Davin terkekeh.

Xabiru menghidupkan lampu ruang tamu, melihat Davin tengah berjalan menuju sofa di ruang tamu, Xabiru segera mengusirnya,

"Maaf, ini sudah malam, kamu pulang saja. Orang tuaku tidak di rumah, aku tidak mau ada kesalahpahaman dari orang-orang!"

"Kamu berani di rumah sendiri?" Davin tersenyum nakal.

"Berani!"

"Kalau kamu tidak berani, aku bersedia menemuimu,"

"Pulang sana, ah!"

"Jadi kamu mnengusirku?"

"He eh,"

"Kalau begitu baiklah, aku pulang dulu. Kalau nanti kamu membutuhkan aku untuk menemanimu, telpon saja!"

"Gak akan, aku bukan gadis penakut seperti yang kamu bayangkan,"

Davin keluar dari dalam rumah dengan enggan, ditatapnya Xabiru dengan penuh sayang. Xabiru berjalan di belakang Davin hingga di depan pintu rumahnya.

"Baiklah, aku pamit dulu," Davin tiba-tiba meraih tubuhnya dan mendaratkan sebuah kecupan di kening Xabiru membuat Xabiru menjadi teregun..