webnovel

Rencana Rega

Sammy duduk menatap sarapan paginya yang telah tersedia diatas meja makan, pagi itu dirinya sendirian menikmati menu makan pagi tanpa sang kakak. Semmy masih tertidur pulas kelelahan terlalu banyak begadang ditempat kerja disela kepadatan jam kuliah.

Sammy merasa kesepian tanpa kehadiran sang kakak, akhir-akhir ini semmy terlalu sibuk pada kegiatannya sendiri sampai ia melupakan adiknya yang sebatang kara sendirian dirumah. Sammy menghela nafas ditengah kesunyian.

Tangannya berusaha mengambil sebuah roti tawar diolesi selai kacang favoritnya, ditengah lamunan lagi-lagi sammy teringat saat melihat tangan kanannya, kejadian akan bibir reisa yang menempel pada telapak tangannya. Selera makannya mendadak kacau, situasi itu sudah membuatnya susah fokus pada hal lain. "Come on sam..., apa yang terjadi padamu", gerutunya pada diri sendiri.

"Sam…kenapa loe menggerutu sambil memandangi tangan seperti itu", sang kakak datang membuyarkan angan-angan sammy. "Kau... sudah bangun?!", sentak sammy gelagapan langsung menaruh tangannya diatas meja.

Semmy ikut bergabung dengan sang adik dimeja makan.

"Ada apa denganmu?" semmy menarik kursi duduk disebelah adiknya. Semmy melihat tingkah adiknya tak beres.

Sammy tersedak roti yang dimakannya, kakaknya buru-buru mengambil susu diatas meja menyodorkan pada sang adik. Sammy menyumpal memasukkan setengah roti kedalam mulut memenuhi mulutnya tak ingin bisa menjawab pertanyaan kakaknya.

"Loe beneran gak apa-apa?", semmy masih merasa khawatir.

Kehilangan kendali sammy tiba-tiba tersedak roti yang ada dimulutnya. Semmy refleks menyodorkan minum sembari memukul-mukul pelan punggung sammy. "sudah cukup"

Sammy meneguk setengah susu yang diberikan semmy.

"Loe kenapa sih?! Bengong ditanya malah diem saja"

"Kau kemana saja beberapa hari ini, aku bosan dirumah sendirian", sammy menyalahkan sang kakak membabi buta.

"Maaf sam, kakak terlalu sibuk sampai jarang pulang"

"Apa kau akan pulang malem terus?", sela sammy. "Kau sekarang sering menghabiskan waktumu diluar dibandingkan dirumah", keluhnya.

"Aku benci harus makan sendirian"

Semmy merasa bersalah atas apa yang dirasakan sammy tanpa kehadiran semmy disisinya.

"Maafin gue sam…", ulang semmy lagi. Sammy buru-buru mengalihkan pandangan merasa tak enak sang kakak harus menjadi sasaran kekesalan atas keanehan yang terjadi pada diri sammy.

"Apa hari ini loe gak sibuk?"

"Kenapa?", jawab sammy pura-pura malas.

Semmy memanggil bi ina lalu meminta tolong mengambil jaket hitam dikamarnya. Bi ina datang dan bergegas melakukan perintah semmy.

"Jangan merayuku itu gak akan mempan", timpal Sammy lagi.

"Ini den jaketnya", bi ina segera memberikan jaket semmy. "Makasih bi ina"

Semmy menerimanya dengan sopan. Tangannya membuka salah satu saku jaket lalu merogoh mencari sesuatu didalamnya.

"Kau mau pergi ke kafe tempatku bekerja?"

"Apa ini?", mata sammy tertuju pada sesuatu yang diberikan sang kakak.

Semmy menyodorkan dua buah tiket. "Hari ini ada acara dikafe, gue kasih tiket gratis ini khusus buat loe"

"Enggak…". Tolak sammy. "Untuk apa aku datang ke acara itu"

"Yakin loe gak mau?"

Penolakan sammy tegas. "Enggak…", tanpa pikir panjang lagi.

"Yaudah…" semmy memasukkan tiketnya kembali kedalam saku jaket.

"Gue bisa ngasih ini buat aurel dan reisa", tambahnya.

Ketika mendengar nama reisa disebut sammy mulai tertarik. "Tunggu…"

"Apa lagi?", sahut semmy malas.

"Aku mau tiketnya" sammy merebut tiketnya kembali dari semmy. "Aku gak akan kasih bagianku pada adik kesayanganmu itu", beralasan picik tak ingin memberikan tiket itu pada Shakira, sammy mendapatkan kedua tiket itu kembali untuk dirinya.

"Lalu…kau mau pergi sama siapa? Kalau loe pergi sendirian berikan satu tiketnya"

Semmy berusaha merebut kembali satu tiket dari tangan sammy tapi adiknya berhasil mengelak.

"Aku... butuh... dua", jawabny agak terbata. Semmy tersenyum licik.

"Jadi…kau mau pergi sama reisa?", tebak sang kakak menerka-nerka.

Sammy tak mengiyakan. "Apa aku harus pergi dengan adik kesanganmu itu", balas sammy melawak. "Terserah jika loe gak keberatan", goda semmy balik.

"Kau sendiri yang kasih pendapat, kenapa kau tanyakan lagi", palingnya. Si kakak tertawa seolah tertawa seolah tau isi hati sang adik.

Semmy merestui. "Oke…gue tunggu kalian disana"

Sammy menatap kedua tiket itu penuh harap. Semmy tersenyum dibalik tingkah aneh sang adik. Gelagat sammy menunjukkan reaksi lain dalam dirinya.

Bi ina memabwakan nasi goreng tambahan untuk sarapan pagi, wanita paruh baya itu melayani si kembar dengan penuh kesabaran dan telaten layaknya anak sendiri.

Semmy dan sammy merasa nyaman menjadikan bi ina sebagai pengganti sosok seorang ibu bagi mereka.

Rega berbisik-bisik telponan dibelakang area parkiran sekolah, tempat tak jauh dari toilet umum sekolah.

"Apa semuanya sudah siap? Ga, loe atur gimana caranya bisa bawa dia tanpa ketahuan orang lain, hari ini rencana kita harus berhasil"

"Lokasinya dekat sekolah gue"

Karin mendengar orang berbicara berbisik saat melewati pintu masuk toilet, rasa penasarannya membuat karin mencari tau dari mana arah suara. Disana rega sedang mengobrol ditelpon, gerak geriknya mencurigakan. Karin menguping sedikit pembicaraannya.

"Nama tempatnya kafe klasik area deket sekolah gue, uangnya akan gue kasih setelah rencana kalian berhasil". rega menutup panggilannya.

"Loe ngapain disini?". Karin memergoki rega.

"Karin?! Loe ngikutin gue", rega salting takut karin mengetahui semua rencana kejahatannya.

"Ngapain gue ngikutin loe", sewot Karin."Terus loe ngapain disini", nyolot rega balik.

"Loe jangan-jangan nguping pembicaraan gue ditelpon?"

Karin merasa aneh saat rega menanyakannya. "enggak..., elak karin. "Ngapain gue nguping pembicaraan loe, gak penting juga kan", karin membela diri.

"Denger! Jangan ikut campur urusan gue", ancam rega. "Ini semua karena loe yang gak bisa diem jaga rahasia kita", cetus rega.

"Rahasia apa?!"

Dibalik perseteruan rega dan Karin, kira muncul mendengar sedikit obrolan mereka.

Rega tak percaya mendapati kekasihnya juga berada disana. Karin tak banyak kata langsung cabut meninggalkan rega dan kira. Rega kebingungan menjawab kira.

"Kok loe bisa ada disini?"

"Jawab gue, ga!" seru Karin ingin respon rega.

"Itu gak seperti yang loe pikirkan"

"Gue denger sendiri loe tadi ngomongin tentang rahasia", kira terus mendesak rega mengaku.

"Katakan yang sesungguhnya ga ada rahasia apa loe sama Karin mantan pacar loe itu"

Rega panik menggenggam tangan kira, tangan rega serasa beku akibat kegugupan yang sedang melandanya . "Oke gue jelasin, rahasia yang gue maksud disini adalah tentang Karin dan gue yang pernah menjalin hubungan, loe udah tau itukan?!,kira please… percaya sama gue" rega membujuk kira dengan menggamit kedua tangan kira, gadis itu membisu serasa dipermainkan. Tatapan rega meluluhkan hati kecurigaan kira, sekali lagi kesabarannya masih tersimpan untuk kekasihnya itu.

"Oke…gue percaya loe kali ini, bila gue nanti tau loe berbohong maka gue gak akan bisa maafin loe lagi"

Rega menganggukkan kepala lalu memeluk tubuh kira. Rasa ingin tau kira masih menghantui, apalagi harus melihat kekasihnya mengobrol bareng mantan pacarnya.

Kira tak membalas pelukan rega, hatinya masih resah akan sikap rega dibelakang dirinya.

Sammy mencium aroma tubuhnya, mengendus setiap bagian baju, wangi menyengat hinggap memenuhi udara didalam mobil, kepercayaan dirinya keluar.

"Kau...ada dimana sekarang?" Sammy menelpon reisa mengajaknya ketemuan diluar kampus. "Jangan banyak alasan, kutunggu dihalte dekat rumahmu"

Sammy menutup ponselnya dengan menghela nafas apanjang penuh kelegaan. Senyum tipis keluar dari bibir pemuda itu.

Seribu alasan reisa menolak ajakan sammy namun kepintaran sammy mengalahkan segalanya, pemuda itu mengancam akan menjemput kerumah kalau reisa tak mau menuruti kemauan sammy. Akhirnya reisa mengalah dan menyetujui ajakan sammy.

Reisa menunggu dihalte tempat biasanya ia menunggu angkutan umum. Sammy berkata akan datang beberapa menit lagi. Sempat heran sammy akan mengajak pergi kemana, cowok itu hanya berkata bersiaplah aku akan mengajakmu keluar, tanpa penjelasan dan basa basi memutus telepon tak memberi kesempatan reisa untuk bertanya.

Selang tak lama mobil berwarna merah melintas didepan reisa.

Sammy membuka pintu mobil keluar mengenakan kacamata hitam dengan topi putih diatas kepalanya. Reisa tertegun, penampakan sammy terkesan lebih keren dari biasanya, memakai jaket abu muda kembaran semmy, berbalut dalaman kaos warna putih, bercelana jeans bawahan sepatu putih.

Reisa meneliti outfit sammy. "Kita mau pergi kemana sih?", bengong reisa. Demi apa? Cowok yang kupikir cuek dan kuper selama ini sungguh lain, hanya dengan cara berpakain yang berbeda dia bisa berubah 380 derajat. Wake up reisa!

Semua yang menempel dibadan sammy dari atas sampai bawah membuat reisa minder, topi putih merk hugo boss tower honeycomb harga berkisar kurang dari dua juta, sneakers yang diinjaknya berlebel jordan dior, sepatu limited dan premium dibandrol bisa mencapai puluhan juta, belum termasuk jam tangan dan lainnya.

Reisa mengenakan baju hem katun warna putih bawahan rok ethnic seperempat kaki, memakai flatshoes warna hitam. Penampilannya sungguh terkesan norak disebelah sammy. Reisa menahan nafas beberapa detik merapikan rambutnya yang diikat keatas ibarat anak kecil yang baru memiliki rambut panjang, mungkin reisa lebih membutuhkan hijab untuk menutupi seluruh kepala termasuk wajahnya sekarang. Pikir reisa.

"Kita mau pergi kemana sih?", tanyaku lagi.

Sammy memperhatikan gelagat reisa, sammy lebih mendekat pada reisa.

"Ada apa?", tubuhku salting. Ikatan rambut reisa merasa tak cocok untuk gadis itu, tangan Sammy menarik karet yang mengikat rambut reisa. "Sam…apa yang kau lakuin?", reisa memegangi rambutnya berantakan. Sigap tangan sammy ikut merapikan "Rambutmu lebih bagus digerai", ujar sammy. Reisa seakan terpaku pada sammy.

"Tunggu sebentar", sammy berbalik kearah mobil lalu mengambil sebuah topi bucket hat warna abu putih.

Reisa masih saja mematung saat sammy mencoba memakaikan topinya diatas kepala reisa. "Tapi…aku gak biasa memakai ini sam", reisa menolak ingin melepas topi dari kepalanya.

"Lihatlah…", sammy mengarahkan tubuh reisa pada pantulan kaca besar pada mobil.

"Manis", satu kata yang keluar dari bibir sammy. Keduanya terpantul dikaca mobil.

Reisa merasa sammy mendandaninya sangat elok, selebihnya benda itu sangat cocok untuk menutupi wajah reisa dari rasa salting. Perubahannya mungkin gak menyeluruh sempurna tapi seenggaknya menjadikan reisa lebih baik dari sebelumnya. Apalagi ungkapan manis yang diucapkan sammy membuat reisa tak bisa berkata-kata.

"Kita berangkat sekarang", sammy mempersilahkan reisa masuk. Reisa bahkan belum mendapatkan jawaban kemana dirinya akan dibawa pergi.