webnovel

Pengagum Sammy

Kisah pak handoyoh tak masuk akal dipikiran reisa, Apakah memang seberuntung itu? reisa tak mengerti, selama ini dirinya tak tau tentang sammy apalagi mengenalnya, anggapan semua orang mengira dia tak mudah berteman dengan orang lain, Shakira pun mengatakan hal yang sama. Apa ini hanya suatu kebetulan?

Reisa keluar dari ruangan pak handoyoh penuh perasaan gelisah dan banyak pertanyaan dalam hatinya.

Ponsel didalam tas reisa berdering tangannya merogoh semua bagian dalam tasnya, seseorang menelpon, tertera nama Shakira dilayar ponsel miliknya, sahabatnya menelpon namun reisa menolak panggilan Shakira. Reisa tergopoh pergi ke kelas spikologi menegok kanan kiri dari luar jendela mengintai apakah sammy berada didalam ruangan, reisa melihat sekelompok cewek yang kemarin berada disampingnya saat melihat pertandingan si kembar, yuna salah satunya juga berada disana sedang tertawa bercanda bareng teman-teman gengnya, mereka terdiri dari yuna, rika, debi dan lila.

"Hey yun…", senggol debi teman yuna." Bukannya itu cewek yang kemarin?"

Mata yuna terperanjat mencari keberadaan reisa. "Ngapain cewek itu kesini?", sewot yuna.

"Kita kerjain yuk", ajak rika teman yuna memiliki rambut pendek layaknya anak tomboy, tingkah rika bersikap sok mentang-mentang. "Eh…jangan kasihan", tolak lila paling penakut diantara yang lain, yuna menarik baju lila tanpa segan mengekor rika dari belakang. Mendekati reisa sendirian. Debi pun mau tak mau ikut membuntuti agar tak bernasib seperti lila.

Aku tak melihatnya dalam kelas, muncul segerombolan cewek mengelilingi tempatku berdiri. Reisa dikepung kelompok yuna.

"Ngapain loe kesini? Nyariin sammy?", tanya rika sewot. Tangan yuna sudah gatal ingin mendarat disalah satu tubuh reisa mengingat kejadian kemarin gadis itu seperti sudah mempermalukannya depan keramaian. Aura mereka sinis.

Reisa hanya diam tak menyangkal karena tujuannya disana memang mencari Sammy, mereka mengetahuinya sebelum reisa berkata apapun.

"Denger ya Sammy itu milik gue", cakap yuna. "…jadi jangan coba-coba loe deketin dia, paham?"

Reisa agak syok mendengar ungkapan yuna. Apakah dia kekasih Sammy? Waktu itu juga dia berteriak-teriak nama Sammy tanpa rasa canggung diantara keramaian. Tak kusangka cowok kutu buku seperti dia sudah memiliki seorang pasangan.

Rika mendorong tubuh reisa sampai terbentur tembok, reisa tak berusaha membela dirinya.

Geng yuna tertawa puas melampiaskan aksi buruk yang tak tersampaikan waktu kemarin. Tangan yuna mencengkeram kedua pipi reisa "Muka loe itu gak cantik beraninya deketin sammy "

"Lepasin…", tangan reisa memberontak melemparkan tangan yuna dari wajahnya.

"Berani ya loe sama gue", sebuah tamparan akan mendarat dipipi reisa, sedetik saja malah sebaliknya tangan yuna kesakitan saat seseorang sengaja meremasnya hingga niat buruk pada reisa tak terlaksanakan.

"Sammy?"

Semua teman cewek yuna terkejut termasuk reisa. Sammy tiba-tiba datang menolong reisa dari kekejaman yuna. Tatapan dingin sammy pada yuna terkesan kesal.

"Kau sudah kelewatan", ujar Sammy.

Yuna merintih kesakitan. "Sam lepasin tangan gue", pinta yuna.

Reisa tergopoh melerai tindakannya meraih tangan Sammy.

"Lepasin dia sam…", pinta reisa.

Seketika tangan Sammy menjatuhkan tangan yuna melepaskan genggamannya.

Sikap dinginnya membuatku was-was merinding, tangan yang tadi memegang yuna langsung menarik tanganku menjauhkan tubuhku dari kawanan yuna.

"Tunggu sam…", teriak yuna. "Sammy…" Namanya beberapa kali diteriakkan yuna, bukan halangan untuk Sammy membawa reisa, yuna ingin mengikutinya namun ketiga temannya melarang yuna untuk mengejar mereka. Kedongkolan yuna semakin bertambah merasa dirinya telah kalah untuk yang kedua kalinya

Tak bisa berkata-kata lagi mengikuti pasrah berjalan dibelakang punggungnya. Sammy masih menggandeng tangan reisa, tangannya terasa dingin? Teringat semmy sengaja menarik tangan reisa kemarin, dirasa tangannya terasa hangat beda dengan tangan Sammy.

Reisa refleks buru-buru menarik tangan kanan nya dari Sammy takut orang lain salah paham.

Tak berbicara sepakatah katapun sampai kita berada diperpustakaan. Tempat duduk yang selalu dipakai oleh Sammy selalu terparkir kosong, kadang aku merasa aneh, apa tempat itu sudah disewa olehnya? Atau semua mahasisawa disini tau tempat itu selalu dipakai Sammy.

Jari telunjuk sammy memberi isyarat menyuruh reisa duduk, tanpa banyak bertanya reisa mengikuti perintahnya. Kenapa dia terkesan marah?

"Untuk apa kau pergi kesana?", selidik sammy.

"Aku…mencarimu makanya aku kesana", jawabku tanpa berbelit.

Sammy ikut duduk, "aku selalu ada disini", tunjuk jari Sammy pada meja dan kursi yang ditempatinya sekarang.

"Baiklah…" reisa menyetujuinya.

Berpaling muka Sammy mengucapkan kata "maaf…", reisa tertegun dengan tingkahnya, semburat rasa malu dan kesal bercampur menghiasi mimik muka sammy. Kalimat yang seharusnya dikatakan yuna malah disampaikan oleh dirinya.

"Jadi…cewek yang bernama yuna itu kekasihmu?", tanyaku butuh penjelasan.

Sammy membuang muka, "Apa kau becanda?! Yuna itu…hanya teman satu jurusan", sangkal Sammy. Reisa menganggukkan kepala. "Berarti dia menyukaimu"

"Hentikan! Aku tak ingin membicarakannya", sambar Sammy mulai badmood.

"Kenapa kau minta maaf?", heran reisa.

"Karena kejadian tadi…, sudahlah jangan dibahas", pungkas Sammy lagi.

Sikap dinginnya memang tersirat dari kepribadian tingkah lakunya, bukannya tak peduli pada orang lain mungkin dia dipandang cuek tapi masih memiliki kepekaan disekitarnya hingga orang lain masih respek padanya.

"Sam…", panggilku lirih. Sammy menyahut panggilanku. "Apa?"

"Ada yang ingin kusampaikan", ucap reisa.

"Cepet katakan", balas Sammy.

"Aku…ada permohonan padamu"

"Iya… apa…, jangan berbelit-belit", ujarnya makin penasaran. Sammy menaruh kepalanya disandaran kursi seperti kebiasaannya, menyilangkan kedua tangan lalu menutup mata.

"Maukah kau ketemu ayahku?"

Tubuh Sammy terbangun dengan mata terbelalak, "coba katakan sekali lagi", tanya sammy

pura-pura tak dengar. "Aku ingin kau ketemu ayahku", ulang reisa sekali lagi.

"Kau…ingin aku bertemu ayahmu?"

Kepala reisa mengangguk. "Untuk…apa?", kaget Sammy.

Kerumitan terjaring diotak reisa harus menjelaskan darimana.

"Aku…gak bisa cerita banyak pokok intinya disini ayahku ingin bertemu sama guru pembimbingku, kau kan guru pembimbingku jadi otomatis kau lah yang ingin ditemui ayahku"

Sammy merenungkan perkataan reisa masuk akal meskipun dia bukan guru atau dosen, jelas dirinya sudah menjadi pembimbing dan motivator reisa untuk menulis.

Jari Sammy mengetuk-ngetuk meja gelisah tak langsung menyetujui permintaan reisa.

"Gimana sam? Kau mau kan? Please…", tanya reisa lagi memohon sangat melas.

Sammy memutuskan "oke…, aku bersedia"

Senyum mengembang dibibir reisa, ada simbol lesung pipit dikedua pipinya. "Seriously?" kegembiraan ditunjukkan reisa, tak sangka sammy akan mengabulkan permohonannya sangat cepat tanpa alasan ataupun imbalan.

"Kau seneng banget?!" sambar Sammy.

"Karena kau sudah setuju bertemu ayah, makasih", ucap reisa tersenyum lega.

"Kau sungguh merepotkan?!"

Kedua tangan reisa disatukan "maaf ya…"

"Untuk sekarang aku belum siap" timpal Sammy lagi.

"Tak apa…, waktunya kau yang putuskan" cengar cengir reisa mendatangkan kegelisahan Sammy. Entah berapa banyak permintaan yang akan diminta reisa pada dirinya. Reisa melupakan pertanyaan penting, kenapa sammy suka rela menjadi pembimbingnya. Bagian itu terlewatkan.