webnovel

Geng yuna

"Sam…loe tau charger HP kakak"

Semmy nyelonong masuk kamar sammy dan menemukan si adik sedang menatap layar laptopnya tanpa berkedip, tatapannya kososng, "Sam… loe ngelamun ?". mematung tak berkutik mengerjakan apapun. Sang kakak mengkagetkannya.

Sammy tergugah melepaskan kacamata mengucek-ngucek mata lelah. "Enggak…siapa yang ngelamun ", sangkalnya tak membenarkan.

" Gak biasanya loe ngelamun, ada apa ? cerita sama gue", tawar semmy.

"Apaan sih ?! kalau kau gak ada urusan jangan resek, aku lagi sibuk mengerjakan tugas", pungkas sammy mengalihkan pandangan ke layar laptopnya lagi.

"Loe kepikiran si reisa" tebak sang kakak. Sammy dibuat terhenti memainkan jemarinya diatas keyboard laptop. Berubah arah pandangan.

"Loe masih keinget kejadian diparkiran"

Sammy menyentuh keningnya yang bahkan tak merasa pusing. Pemuda itu beberapa detik merenung tak jelas lagi.

"Maafin gue sam", ujar kakaknya lagi.

"Maaf untuk apa ?"

"Untuk…kejadian itu", jawabnya singkat. Sedikit ragu-ragu semmy mendekati sang adik merangkul pundaknya. Sammy tak merasa keberatan.

"Lupakan", balas sammy enteng.

"Ada yang harus loe tau sam", tambah semmy. Sammy menjauh dari rengkuhan tangan kakaknya. "Apa ? jangan berbelit-belit", reaksi sang kakak membuktikan ada sesuatu yang berat untuk dikatakan. Sammy menunggu cukup lama untuk mendengar jawaban sang kakak.

"Gue dan reisa taruhan"

"Taruhan ? maksudmu ?", sammy melototi semmy.

Semmy memantapkan hati untuk berterus terang.

"Gue yang dari awal merencanakan semua kejadian diparkiran dan nazil juga gue yang nyuruh agar dia memprovokasi loe"

" Apa ?! Astaga kak sem, kau gak waras, kau tau resiko yang kau lakukan, kau selalu menempatkanku untuk memperbaiki semua kekacauanmu"

Kening sammy berkerut mulai pusing sungguhan. Lelucon sang kakak sudah mengakibatkan dirinya melukai reisa. "Sorry sam…, kakak gak pernah kepikiran loe akan bereaksi berlebihan pada reisa"

"Please…maafin kakak, sam", ucap semmy dengan raut memohon.

"Mungkin dia tak akan lagi mau berada didekatku", tanpa sadar sammy bergumam mengeluarkan isi pikirannya. " Sudahlah…, aku memang bukan tipe orang yang bisa berinteraksi dengan orang lain", tambah sammy mengkritik dirinya sendiri.

Semmy kesulitan menjawab sang adik lagi-lagi putus asa terhadap kekurangan yang ada dalam dirinya.

Semmy merangkul pundak adiknya lagi, "Kakak disini sam, gue akan selalu ada bareng loe", memberi perhatian pada sammy layaknya seorang kakak sekaligus teman.

"Gimana dengan aurel ", goda sammy menyuruh semmy memilih.

" Ayolah sam…, jangan berkata begitu meskipun hanya untuk bercanda"

"Kau bahkan gak bisa memilih antara kami", acuh sammy melihat salah tingkah kakaknya, selalu kikuk saat disindir akan aurel. Adik tirinya juga dekat dengan sang kakak, sangat dekat sampai sammy penasaran ingin tau siapa pilihan terbaik diantara mereka bagi semmy. Jelas untuk sammy kakaknya adalah yang terbaik bagi dirinya. Sammy tersenyum tipis puas sudah membalas keisengan semmy.

Berjalan sambil melamun reisa memasuki koridor, melangkahkan kaki pelan memondong beberapa buku ditangannya, suasana mencekam diarea sekitar yang masih sangat sepi membuat bulu kuduk reisa merinding, entah dirinya yang kepagian kekampus atau memang mahasiswa lain tak ada yang melakukan absen pagi.

Buku-buku terlempar jatuh kelantai, suara benturan lutut sangat keras mencium lantai, tubuhku terhempas merunduk tak berdaya, kakiku terjangkit sesuatu hingga jatuh. Kututup mataku rapat, tubuhku sedikit gemetar karena rasa takut, sayup-sayup terdengar suara cewek menertawakanku. Untungnya itu bukan suara kuntilanak atau hantu kampus melainkan grup gangster yuna sedang mempermainkanku.

"Ketemu lagi sama cewek udik"

Berderet empat orang cewek berdiri tepat didepanku dimana aku sudah tersungkur, salah seorang dari mereka memang sengaja menjegal kakiku, yuna, rina,lila dan debi menampakkan diri menjahiliku lagi. Penampilan mereka layaknya cewek-cewek julit kaya punya akhlak buruk, mereka bisa dikategorikan tersangka pembullyan karena sikap mereka yang senang menindas.

Reisa hanya melirik malas sibuk memunguti barangnya terbengkalai diatas lantai.

"Gadis j#%l@n9 berani banget loe masih deketin sammy", tangannya menampel tangan reisa kuat hingga buku yang tadi dipungutinya tercecer lagi diatas lantai. Rika mendorong tubuhku kebelakang hingga ambruk untuk kedua kalinya.

"Apa mau kalian?", tanyaku geram. Selama ini aku diam bukan berarti takut pada mereka, membuat keributan hanya akan memancing permasalahan yang berimbas pada diriku sendiri, aku ingin jadi anak baik bukan karena aku ingin tapi menjaga amanah ayah agar putri nya senantiasa memiliki perilaku yang baik.

" Loe masih belagak gak tau?!", rika maju bersikap sok garang. Yuna merasa posisinya tergeser mendorong tubuh rika kebelakang. Yuna tak ingin kalah. "Jauhi sammy! wajah jelek loe itu gak pantes deket dia", ikut bicara.

"Kenapa kalian anggap aku ancaman ? aku...gak ada hubungan apa-apa sama sammy", sambarku mulai berani bicara. "Aku dan dia…sudah tak lagi berteman", jelas reisa.

"Benarkah?" Ekspresi yuna seperti spikopat yang berhasil mencapai misinya.

"Loe percaya sama cewek ini yun?", tangkas debi memanas-manasi. Lila si penakut mengawasi keadaan sekitar menjaga agar tak ada satupun orang menyaksikan kejailan mereka.

Yuna sangat kesal terbesit ingatan tubuh reisa digendong sammy masuk kedalam ruang kesehatan, sejauh ia mengenal sammy yuna tak pernah melihat cowok itu begitu sangat perhatian pada seseorang, termasuk dirinya yang sudah dikenal sangat lama.

"Enggak", yuna menggerakkan tangan mengode teman-temannya. "Bawa dia ", suruh yuna.

Seketika ketiga temannya mengangkat tubuhku berdiri dan menggelendengku pergi, tak ada yang menolong, tanpa shakira reisa seolah sendiri tanpa seorang teman. Reisa berusaha memberontak tapi kalah telak dari mereka berempat.

Reisa digiring masuk kedalam Gudang tua tempat penyimpanan barang yang sudah tak terpakai dibelakang kampus, disana tak ada cctv yang jadi ancaman merekam mereka.

Reisa menelan ludah getir. "dudukkan dia disini", suruh rika. Ada satu bangku kusam diantara barang-barang yang sudah usang tak terpakai. "Kalian mau apa?", tanyaku gelisah. Badan reisa ditahan rika dan debi, lila hanya ketakutan berdiri disamping yuna.

"Berikan tas nya pada gue", ucap yuna menadahkan tangan, debi langsung merebut tas reisa dari tangannya. "Kau mau apa dengan tasku?"

Yuna mengorek-ngorek tas reisa mencari sesuatu. "Dimana? Dimana benda itu?", tanya yuna tak menemukan benda yang dicari dalam tas reisa.

"Loe nyariin apa sih yun?", tanya lila penasaran.

"Barang kesayangan sammy"

Reisa mengerti benda yang dimaksud yuna. "Dimana loe sembunyiin rubik sammy"

Reisa menggelengkan kepala dan menutup mulut rapat tak menjawab pertanyaan yuna. Yuna geram mendekatkan wajahnya ke muka reisa, memandang lekat mata reisa tajam berupaya mengancam gadis itu agar mau bicara. Reisa tak bergeming membuka mulutnya. Rasa tegang itu bercampur rasa bingung dalam pikiran reisa. entah hilang kemana rubik yang dibawa dalam tas reisa.

Benda itu tak seharusnya hilang sebelum reisa bisa mengembalikannya pada sang pemilik yaitu sammy.