webnovel

Bab 2

Selesai Solat magrib semua orang di Musola saling bertanya-tanya melihat sosok yang mirip sekali dengan almarhum pa Ardhan ayah dari Jasmine yang meninggal 4 tahun lalu. Sampai akhirnya seseorang memberanikan diri untuk bertanya kepada pria tersebut sambil duduk di teras musola dan hendak memakai sepatunya kembali.

"Permisi, saya boleh numpang tanya?" tanya mang Asep lelaki paruh baya yang memang dulu dikenal dekat dengan almarhum pa Ardhan semasa hidup di kampung itu.

"Iya boleh pa, silahkan" jawab pria itu dengan ramah

"Apa anda kem..baran...nya mas Ar...dhan suaminya ibu Kar....tika yang punya toko kue di.. de..pan sa...na?" tanya mang Asep sambil terbata-bata karena takut salah bicara.

"Dari mna bapak tahu kalu saya kembarannya mas Ardhan???" tanya pria tersebut sambil menoleh kearah mang Asep setelah selesai memakai kembali sepatunya.

"Saya hanya teringat cerita mas Ardhan dulu kalau dia punya saudara kembar, tapi katanya mereka tidak tinggal bersama. Apa betul begitu?" tanya mang Asep kembali dengan nada yang sedikit lebih rileks

"Memang betul pa, perkenalkan nama saya Arfhan kembarannya mas Ardhan" sambil menjulurkan tangan kanannya kearah mang Asep. "Kami memang sudah sejak lama tidak tinggal bersama, tepatnya kami dipisahkan karena keegoisan orang tua kami yang dulu semenjak kami kecil mereka memilih untuk berpisah yang sampai sekarangpun saya tidak tahu penyebab perpisahan mereka. Bahkan sampai sekarang Papa saya dan Mas Ardhan sudah meninggalpun Mama saya belum mau menceritakan semua penyebabnya" tuturnya dengan sopan dan lembut menjelaskan kepada mang Asep. mang Asep yang dari tadi mendengarkan hanya mengangguk-anggukan kepala sebagai tanda kalau dia paham akan apa yang Arfhan ceritakan.

"Tapi mas Arfhan terlihat masih sangat muda, tidak seperti sepantaran dengan mas Ardhan" ucap mang Asep dengan polosnya

"Hmmpphhh..... mungkin karena mas Ardhan tinggal di kampung dan mengerjakan pekerjaan yang lumayan berat,jadi beliau terlihat sedikit lebih tua dari saya pa" ucap Arfhan sambil menahan senyumnya.

"Iya juga ya,,,, mas Ardhan memang pkerja keras sekali, beliau semasa hidupnya tidak pernah berhenti bekerja. Meskipun lelah sepulang kerja, tetapi ketika Jasmine anaknya merengek minta dibuatkan mainan beliau selalu menuruti kemauan putrinya itu. Saya salut sama mas Ardhan, beliau tidak pernah terlihat marah ataupun kesal kepada putrinya, beliau terlihat sangat menyayangi putri semata wayangnya." tutur mang Asep menjelaskan perangai Ardhan dimatanya yang tanpa cela dan sangat menyayangi keluarganya.

"Sepertinya bapak,,, " belum sempat Arfhan meneruskan perkataannya, mang Asep sudah menyela "Jangan panggil Bapak atuh mas Arfhan, panggil mang Asep saja biar agak santai ngobrolnya... saya kan bukan Bapak pejabat atau pengusaha mas, jadi gak pntes di bilang bapak... iya kan??" tanya mang Asep sambil tersenyum kepada Arfhan.

"Iya pak, eh mang Asep maksud saya"

"Nah,,,, gitu dong panggil mamang aja. da mamang mh orang sunda, jadi te tuman di panggil bapak th"

"Te tuman???" apa itu maksudnya pak, eh mang???" tanya Arfhan heran karena tidak mengerti dengan kata yang diucapkan mang Asep barusan

"Maksudnya gak biasa mas, saya gak Bias dipanggil bapak begitu maksudnya" jelas manh Asep dengan nada yang sedikit kocak

"oooohhh begitu ya,,,, oya mamang sudah lama kenal dengan Kakak saya????" tanya Arfhan penasaran

"Oh jelas atuh mas, saya mah kenal beliau dari semenjak beliau pindah ke kampung ini, mungkin sejak 14 tahun yang lalu mas" jawab mang Asep. Dan memang kenyataannya Ardhan pindah ke kampung itu kurang lebih 15 tahun yang lalu tepatnya semenjak menikah dengan Kartika istrinya.

"Oya mang, siapa nama anaknya tadi? " tanya Arfhan penasaran

"Oh,namanya neng Jasmine. sebenarnya dia anak yang baik, tapi semenjak mas Ardhan meninggal neng Jasmine dijauhin sama temen-temennya soalnya dia sering jahilin orang lain apalagi kalau temennya itu kelihatan deket sama ayahnya. Mungkin karena neng Jasmine iri lihat tmen-temennya yang masih bisa dilindungi ayahnya, sedangkan dia tidak" ujar mang Asep dengan nada yang sedih sambil menitikkan beberapa butir air mata. Sedangkan Arfhan hanya mendengarkan dan merasa terharu mendengar cerita dari mamg Asep tersebut.

" Ya sudah mang, kalau begitu saya pamit duluan ya soalnya takut mba Kartika nyariin saya karena tadi cuma pamit mau solat ke musola" ucap Arfhan pamit

"Baiklah, salam buat mba Kartika ya mas Arfhan" ujar mang Asep sambil menerima uluran tangan Arfhan sebagai tanda pamit.

"Insyaalloh nanti saya sampaikan sama mba Kartikanya"

Arfhanpun bergegas pergi menuju rumah keluarga Ardhan dan melihat Kartika sedang menutup tokonya. Arfhan segera berlari dan membantu Kartika mendorong dan mengunci Rolling Door toko kuenya.

"Ko udah ditutup mba, bukannya ini masih belum terlalu malam ya??? " tanya Arfhan sambil mengunci pintu Rolling Door tersebut

"Hari ini saya sedikit lelah, makanya udah tutup jam segini. lagian ahir-ahir ini toko agak sepi jadi saya selalu tutup lebih awal dari biasanya" ujarnya sambil berjalan menuju teras rumahnya. Sesampainya di teras merekapun berbincang-bincang dengan santai seperti sodara yang memang sejak lama tidak bertemu. sampai-sampai mereka tidak sadar kalau Jasmine sudah berdiri di dekat pagar rumahnya dan memperhatikan sosok yang ia lihat mirip sekali dengan almarhum ayahnya.

"Ayah.... " teriak Jasmine yang mengira kalau Arfhan adalah ayahnya Ardhan.

Arfhan dan Kartikapun seketika menoleh ke arah suara Jasmine, Kartika segera memeluk Jasmine sambil mengatakam bahwa pria itu bukan ayahnya.