webnovel

Sempiternal Partner [Jungkook FF]

"Bersiaplah. Sebentar lagi jodohmu akan datang," "Apa maksudnya Ma?" "Kau akan segera dijodohkan" Mampus. Satu kata yang tersirat dalam benak Nala. Ia akan segera dijodohkan. Bahkan para tetua sekaligus nenek leluhurnya itu menggeleng tidak paham. Apakah lelaki yang dijodohkan itu sesuai dengan apa yang ia impikan? Bagaimana bisa seorang gadis indigo yang mempunyai bakat seperti orang pintar ini dijodohkan dengan seseorang yang bahkan dia dan bundanya sendiri tidak mengetahui jelas asal usul pria yang dijodohkan dengannya.

salshafm · Teen
Not enough ratings
12 Chs

bagian tujuh.

Tak terasa ujian akhir semester perkuliahan semester kedua akan segera dilaksanakan. Tidak ada waktu bagi Nala untuk berleha-leha ataupun beristirahat.

Nala benar-benar sibuk dengan tugas dan sekumpulan dokumen yang harus ia print.

"Maaaa! Tinta printernya abis ya?"

"Lah, Mama kan ga pernah make Nal. Coba di cek dulu,"

Nala membongkar isi printernya dan mengeluarkan kotak kecil yang berisi tinta printer. Nala mengeceknya dengan setangkai lidi yang diambilnya dari sapu lidi.

"Yahh... beneran abis ini ma,"

"Yaudah, Kamu kalo mau ngeprint nyari warnet atau tukan fotocopy-an dulu sana. Tinta printernya beli kapan-kapan,"

Nala melepas tautan usb pada laptopnya kemudian ia mengganti pakaiannya dengan celana training dan kaos oblong yang ditutupi jaket hitamnya.

"Nala ngeprint dulu ya ma, Assalamualaikum," ucap Nala meminta izin pada bundanya sebelum menstater motor kesayangannya.

"Waalaikumsalam buruan balik ya Nal,"

"Siap ma,"

🐣

"Assalamualaikum. Permisi,"

Tok tok tok

"Permisi, Assalamualaikum,"

Tok tok tok

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam" jawab seseorang sembari membuka pintu untuk tamunya.

"Ada apa ya mas?" tanya sang pemilik rumah.

Pria dihadapannya itu hanya tersenyum kikuk sembari mengatur degup jantungnya.

"Mohon maaf bu, saya ingin bertanya. Apa bener ini rumahnya Nala?"

"Bener. Ini rumahnya Nala. Ada hubungan apa kamu sama anak saya?"

"Oh, ngga apa-apa bu. Saya datang ingin bersilaturahmi dengan keluarganya Nala beserta Nalanya sendiri,"

Mama Nala pun memicingkan sebelah matanya dan menatap lekat-lekat wajah pria yang ada di depannya. Ia merasakan hawa familiar dengan wajah didepannya.

"Kok saya ngerasa familiar ya dengan wajah kamu?" tanya Mama Nala dengan bingung.

"Ibu pasti pernah melihat saya di rumahnya eyang Lastri. Saya kebetulan ngekost disitu, dan kebetulan kenal Nala dikenalin dari eyang sendiri,"

"OH? kamu Heru ya? Kakak dan adik saya pernah membicarakan kamu, katanya kamu sedang mencari kenalan wanita. Wahh, mari masuk. Gausah segan sama yang punya rumah." ujar Mama Nala mempersilahkan pria itu masuk.

Heru hanya mengangguk dan berjalan sopan menuju ruang tamu. Setelah dipersilahkan duduk, ia menatap sekeliling ruangan.

"Ibu bikinin minum dulu ya. Itu camilannya didalam toples di makan aja gapapa," ujar Mama Nala ramah.

"Kalau boleh tau Nala-nya ke–?"

Ucapannya terputus saat Mama Nala mengetahui pertanyaan yang ingin Heru lontarkan.

"Nala lagi ngeprint di luar. Kebetulan tinta printer abis jadi mau gamau dia ngeprint diluar deh. Paling bentar lagi dia pulang,"

Heru mengangguk paham dan tersenyum.

"Tunggu disini ya, ibu buatkan minum dulu,"

"Gausah repot-repot bu,"

"Tunggu ae. Ndak lama kok buat minumnya,"

Mamanya Nala pun pergi meninggalkan Heru sendirian di ruang tamu yang terkesan megah nan sepi. Heru mengedarkan pandangannya pada sekumpulan bingkai-bingkai foto yang menampakkan foto keluarga mereka, foto dua anak kecil dan foto seorang ibu dan dua anak kecil.

🐣

"Nal, dirumah ada tamu,"

"Hooh, dirumah ada tamu. Tamunya cowo,"

Bisikan demi bisikan masuk ke gendang telinga Nala.

"Palingan temennya papa kalo ga mama," jawab Nala tidak peduli.

"Ganteng, muda gitu kok temennya papa ama mamamu,"

"Udah mbah. Bentar lagi sampai rumah, nanti tinggal diliat aja siapa yang dateng," ujar Nala.

Nala membelokkan stang motornya untuk menepi di depan rumahnya kemudian ia membuka pagar dan memasukkan motornya ke dalam garasi rumah.

"Mamaaa. Nala udah selese ngeprint," ucap Nala setengah berteriak.

Tak

Nala mengaduh kesakitan. Mama Nala puas setelah memukul anak pertamanya itu menggunakan sendok.

"Kok dipukul sih ma!" Protes Nala.

"Brisik kamu! Jadi anak gadis tuh ya anggun dikit. Dah tu, mama dah buatin teh. Tolong anterin ke depan ya, kebetulan ada tamu," ujar mama Nala sembari menyodorkan teh yang habis ia bikin.

"Siapa yang dateng ma?"

"Nak Heru,"

Mulut Nala seketika membentuk O bundar. Ia tidak mengetahui tamu itu siapa, bukannya tidak tau, Nala hanya lupa dengan wajah Heru, anggapannya tamu yang hadir itu hanya sesosok teman dari mama atau papanya.

Nala berjalan anggun sambil membawa secangkir teh menuju ruang tamu. Heru yang memperhatikan Nala dari dekat membuat hatinya merasakan hal-hal yang aneh.

"Di minum ya om, adanya cuma teh."

OM??!

Heru membelalakkan matanya kaget. Namun segera ia tepis dan digantikan senyum manis yang terpasang di bibirnya.

"Saya masih muda. Jangan panggil om," protes Heru.

"Lah kan temennya papa? Eh temennya mama ya? Keliatan tua sih," ujar Nala tak tau malu.  Ia benar-benar lupa dengan sosok Heru.

"Heh jaga omongannya. Maaf ya, Nala emang sering kebiasaan buruk kek gini," ujar mama Nala datang secara tiba-tiba sambil membawa senampan berisi Buah-buahan.

"Hahaha gapapa bu. Nanti juga saya bakalan sering ngadepin sifatnya Nala,"

"Maksudnya?" tanya Nala bingung. Nala menatap mamanya bingung, mamanya pun ikutan bingung.

"Bapaknya Nala kemana bu?" tanya Heru.

"Suami saya kerja diluar kota. Dua hari lagi pulang ke Semarang. Bagaimana nak Heru?"

"Begini bu, maksud tujuan saya berkunjung kemari ingin bersilaturahmi sekalian meminta izin kepada kedua orang tua Nala dan dek Nala sendiri. Dua hari lagi saya akan datang kemari lagi bersama kedua orang tua saya meminta izin untuk meminang dek Nala," ujar Heru menjelaskan.

"Meminang? Meminang tu apa ma?"

tanya Nala tak paham dengan perkataan Heru. Sedangkan mama Nala hanya bisa bungkam dan terdiam pada tempatnya akibat perkataan dan permintaan Heru yang secara tiba-tiba.

"Dek Nala, mau kan saya pinang?"

Nala membelalakkan matanya dan menatap mamanya dengan tatapan bingung. Mama Nala hanya menggeleng tak tahu, ia sama-sama terkejut mendengar perkataan Heru.

"Maaf om, saya nyela sebentar. Maksudnya om apa ya?" tanya Nala bingung.

"Ibumu pasti paham kok Nal. Gimana bu?" tanya Heru sambil memandangi mama Nala.

"Loh kok tanya saya? Tanya saja sama anaknya sendiri. Jawabannya apa Nal?" ujar mama Nala menyenggol-nyenggol lengan Nala.

"Meminang tu kek pernah denger. Tapi lupa maksudnya apa. Om, boleh tau ga namanya om siapa?" tanya Nala.

"Heru dek," jawab Heru ramah.

Nala tampak berpikir. Ia merasakan hawa-hawa familiar mengenai sosok pria yang berada di hapadannya ini.

Nala membelalakkan matanya lebar-lebar setelah ia berpikir lama dan mendapatkan jawabannya.

"OH? KAMU YANG NGEKOS DIRUMAHNYA EYANG KAN?"