webnovel

Ayah Tiri

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Lu Man merasa sedih ketika melihat Pei Zichen masih kesal.

"Zichen, kau mau makan apa?" Lu Man berusaha untuk menyenangkannya.

Pei Zichen mendengus dingin dan mengabaikannya.

"Pei Zichen!" Pei Xiuyuan memberinya peringatan. Siapa yang mengajarinya bersikap tidak sopan seperti ini!

'Ayah memarahiku! Ayah memarahiku karena wanita jahat ini!' pikir Pei Zichen. 

'Benar kata Bibi, Ayah tidak peduli siapa pun kecuali wanita jahat ini!' pikirnya. 

Lu Man mendapati Pei Zichen hampir menangis. "Xiuyuan, jangan salahkan dia. Anak kecil perlu waktu untuk beradaptasi."

"Aku tidak perlu niat baikmu!" Pei Zichen memelototi Lu Man. Ia berpikir bahwa Lu Man sengaja berpura-pura menjadi orang baik di depan ayahnya.

Ketika Pei Zichen kembali ke rumah, Wang Yunxi menceritakan keburukan ibu tirinya, sehingga Pei Zichen tidak memiliki kesan yang baik terhadap ibu tirinya. 

Ketika seseorang dianggap sebagai orang yang jahat, apa pun yang dilakukannya akan dianggap buruk.

"Pei Zichen!" Pei Xiuyuan tidak mengerti mengapa anaknya begitu membenci Lu Man. Sebelum memperkenalkan Lu Man sebagai istrinya, sepertinya anaknya sangat menyukai Lu Man! Kalau tidak, anaknya tidak akan memanggilnya 'bibi cantik'.

Pei Xiuyuan memarahinya lagi...

'Ayah seperti ayah tiri saja.' 

Tiba-tiba dia teringat sebuah lagu dan menyanyikannya.

"Sayur pakcoi... berusia dua atau tiga tahun... tidak ada ibu… hidup bersama ayah… khawatir ayah akan menikahi ibu tiri..."

Pei Xiuyuan dan Lu Man terdiam. 

"Menikahi ibu tiri... setelah tiga setengah tahun... melahirkan adik laki-laki... adik laki-laki makan mie... aku minum sup... aku mengangkat mangkuk dan menangis…" 

Lagu ini terdengar sangat menyedihkan.

Pei Xiuyuan terdiam selama beberapa saat, "Jangan bernyanyi lagi. Tenanglah, kau pasti akan makan daging setiap hari."

Pei Zichen diam saja. 

Inikah maksudnya? Inikah maksudnya!

Dia menatap Pei Xiuyuan dengan penuh air mata.

"Sudahlah, kau adalah anak laki-laki. Anak laki-laki tidak boleh cengeng!" Pei Xiuyuan benar-benar tidak tahan dengan rengekan anaknya.

"Zichen, jangan khawatir, Bibi akan memperlakukanmu seperti anak kandung Bibi sendiri!" Lu Man berjanji bahwa dia tidak akan menganiaya anak ini.

Hati Pei Xiuyuan terasa hangat. Bahkan dalam kondisi seperti ini, Lu Man bersedia menerima anaknya dan bersikap baik.

"Wanita sangat pandai bermuka dua. Bagaimana aku bisa percaya padamu?" Pei Zichen cemberut. 

Bermuka dua… 

Anak ini!

"Hanya waktu yang bisa membuktikan bahwa Bibi tidak bermuka dua!"

Pei Zichen mendengus dingin. Jelas, dia tidak percaya pada ibu tiri ini.

Lu Man juga tidak banyak bicara lagi. Seperti katanya, waktu bisa membuktikan segalanya.

Rumah tua Keluarga Pei...

Di meja makan, seorang nenek tua berambut putih duduk di kursi utama. Dia adalah nenek Pei Xiuyuan, Liu Ling.

Wang Yunxi dan Mu Yunhai duduk di samping.

Wang Yunxi selalu takut pada neneknya, jadi dia merasa tertekan ketika mereka makan bersama.

"Nenek, di mana Zichen?" Wang Yunxi mencari topik pembicaraan.

"Kau harus bertanya pada dirimu sendiri." Nenek Pei melirik Wang Yunxi dengan dingin. Untungnya, Pei Zichen baik-baik saja, kalau tidak, dia tidak akan memaafkan Wang Yunxi!

"Apa maksudmu, Nenek! Jika aku tahu dia pergi ke mana, aku tak akan bertanya padamu..." Wang Yunxi tersenyum.

"Jangan pikir kalau aku tidak tahu." Nenek Pei bisa membiarkan Wang Yunxi mengatakan hal-hal buruk tentang Lu Man, tapi Wang Yunxi tidak boleh memperalat cicitnya!

Nenek Pei sudah kembali sejak kemarin, tapi dia tidak langsung pulang. Di luar, dia meminta seseorang untuk menyelidiki segalanya tentang Lu Man. Setelah itu, dia baru kembali ke rumah.

Wang Yunxi tidak bisa menyembunyikan apa pun dari neneknya. Dia menunduk dan berkata, "Aku mengerti."

Kemudian, dia mengangkat kepalanya dan memperkenalkan suaminya, "Nenek, ini Yunhai, suamiku."

Nenek Pei melirik Mu Yunhai dengan dingin, "Kau benar-benar mirip ibumu, bercinta seenaknya di usia muda."

"Aku tidak bermain-main. Kami sudah menikah!" Wang Yunxi mengepalkan tangannya. Neneknya terlalu kolot. 

"Menikah? Apakah kalian sudah memiliki surat nikah?"

"Sudah! Kami mendapatkannya di Amerika!" Wang Yunxi sedikit bangga. Di negerinya, dia masih belum cukup umur untuk menikah, tapi karena dia memiliki paspor Amerika, dia bisa menikah di sana!

Nenek Pei hanya meliriknya, kemudian mulai makan.

Wang Yunxi tidak berani berbicara lagi, tapi dia merasa bangga.

Nenek Pei mengabaikan Mu Yunhai dari awal sampai akhir. Ini membuat Mu Yunhai merasa canggung.

Setelah selesai makan, raut wajah Mu Yunhai tampak buruk.

"Kau tidak perlu memedulikan nenekku. Bahkan dia tidak menyukaiku, apalagi kau!"

"Dia tidak menyukaimu? Kenapa tidak menyukaimu?" Mu Yunhai tidak mengerti. Bukankah Wang Yunxi adalah putri kecil dari Keluarga Pei?

"Dia lebih suka anak laki-laki daripada anak perempuan! Apakah kau tahu mengapa nama keluargaku adalah Wang bukan Pei?"

"Kenapa?"

"Karena nenekku tidak menyukaiku. Dia tidak mau memberi nama Pei sebagai nama keluargaku, dan membiarkan aku ikut nama keluarga ibuku."

Mu Yunhai mengerutkan keningnya. 'Nenek Pei terlalu patriarki.' 

….. 

Lu Man menyukai paprika hijau, dan ia selalu memesan makanan yang mengandung paprika hijau.

Pei Zichen melihat paprika hijau di atas meja. Dia tahu bahwa ayahnya paling benci makan paprika hijau. Di rumahnya, para koki tidak pernah menyajikan paprika hijau. 'Bibi ini malah memesan paprika hijau. Ayah pasti akan marah!'

Dia menunggu ayahnya marah, tapi ayahnya masih belum marah. 

Bahkan...

Bahkan ketika Lu Man mengambilkan paprika hijau untuk ayahnya, ayahnya malah memakannya!

Pei Zichen terkejut!

Bagaimana mungkin! Bagaimana mungkin ini bisa terjadi!

"Ada apa denganmu, Zichen?" Lu Man memperhatikan Pei Zichen.

Pei Zichen mengabaikannya dan memandang ayahnya, "Ayah, di hidangan itu ada paprika hijau..."

"Hmm." Pei Xiuyuan sudah mengetahuinya. 

Pei Zichen langsung tertegun. Benar...

'Ayahku benar-benar menyukai wanita ini, bahkan Ayah mau memakan makanan yang paling ia benci!' pikir Pei Zichen. 

Pei Zichen merasa seolah langit akan hancur.

Melihat ekspresinya itu, Lu Man berbisik, "Cepat hibur anakmu!"

"Iya." Pei Xiuyuan sangat menuruti perintah istrinya, "Ayo makan jagung kernel. Ini adalah makanan kesukaanmu." 

Pei Zichen tidak bisa tersenyum, tapi dia tetap berkata, "Terima kasih, Ayah."