1 Prolog

Nama ku adalah Kazura Putri Hartono. Biasanya dipanggil Rara. Aku memiliki kehidupan yang sangat sempurna. Memiliki Ayah dan Ibu yang sangat menyayangi ku. Walaupun aku anak tunggal namun aku tak pernah merasa sendirian. Namun dalam sekejap semua itu terenggut dari ku.

Tepat di umurku yang ke-20 tahun aku harus menerima kenyataan pahit. Sebuah tragedi yang terjadi di hari ulang tahun ku. Bagiku itu adalah hari ulang tahun yang terburuk dalam hidupku.

Masih teringat jelas malam itu ketika aku pulang dari merayakan ulang tahun bersama teman-teman ku, aku melihat rumah ku yang gelap padahal rumah tetangga terang-terang saja.

Aku pun saat itu berpikir, bahwa kedua orang tua ku mungkin saja tidak berada di rumah namun aku merasa sangat aneh. Ketika mereka akan bepergian mereka pasti akan mengirimkan pesan padaku atau sekedar menuliskan memo di pintu kamar ku. Namun malam itu tak ada pesan atau pun memo yang tertinggal. Melihat keadaan rumah yang sangat gelap aku menghidupkan flash ponsel ku, entah mengapa saat memasuki rumah aku merinding, bulu kuduk ku berdiri dan aku merasakan ketakutan yang amat sangat.

Ditengah kegelapan rumah itu aku sama sekali tak berpikir untuk menghidupkan lampu dan hanya memakai flash ponsel. Ketika aku sampai diruang tamu aku melihat benda-benda berserakan. Foto keluarga yang terpajang di dinding jatuh dan pecahan kacanya berserakan dimana-mana. Seperti ada yang sengaja melakukannya dan itu terlihat jelas sekali. Foto itu sudah tak tau lagi bagaimana bentuk nya. Kertas foto nya hancur dicabik-cabik menggunakan benda tajam. Wajah ayah dan ibuku bahkan tak lagi kelihatan. Aku yang sudah sangat ketakutan makin menjadi-jadi, tangan ku gemetaran. Aku mulai menangis. Aku mulai memikirkan yang tidak-tidak.

Tak membuang waktu lagi aku langsung menuju ke kamar kedua orang tua ku. Ketika kuputar kenop pintu. Aku melihat sesuatu yang sangat tidak ingin kulihat selamanya.

Kedua orang tua ku berlumuran darah dan darahnya sudah memenuhi lantai kamar itu. Tubuh ayah dan ibuku juga sama seperti di foto itu dicabik-cabik menggunakan benda tajam. Aku langsung terbujur lemas, tangis ku mulai menjadi-jadi. Sekeliling ku terasa berputar-putar. Dan aku pun kehilangan kesadaran.

Setahun setelah kejadian itu, aku mengalami masa-masa sulit. Kecemasan dan depresi yang parah hingga menyebabkan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Aku juga sudah melakukan konsultasi ke Psikolog namun belum ada hasil apa apa. Aku masih merasa takut akan kegelapan dan takut melihat foto-foto yang terpajang di dinding. Aku juga masih sulit untuk mengendalikan diri dan jika sedang kambuh aku mulai berteriak-teriak dan membuang barang-barang disekitar ku.

Namun dengan ajaibnya aku bisa melewati masa-masa kuliah ku dengan baik seolah tak terjadi apa apa. Namun aku tau kondisi ku ini tak bisa disembuhkan dalam waktu 1 atau 2 tahun, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyembuhkannya.

Aku yang saat ini telah berusia 27 tahun menjalani hari-hari ku dengan biasa walaupun aku masih harus konsultasi ke Psikolog namun aku rasa aku akan baik-baik saja. Aku bukan lagi Rara yang selalu ceria dan tersenyum kepada siapa saja. Aku tumbuh menjadi seorang wanita yang menyembunyikan semua keceriaan dan senyuman ku. Setelah 7 tahun berlalu aku juga baru mendapatkan informasi tentang kebenaran dari kematian kedua orang tua ku. Tak lain dan tak bukan karena sebuah pengkhianatan yang bahkan dilakukan oleh orang terdekat keluarga ku. Semua itu dia lakukan demi mendapatkan sesuatu yang seharusnya bukan miliknya. Setelah aku juga mencari informasi tentang orang itu. Aku melihatnya duduk di kursi tertinggi di perusahaan yang ayah ku dirikan. Semua ini karena harta dan jabatan sampai ia tega melakukan hal sekejam ini pada diriku.

Aku yang ingin merebut kembali semua yang telah terenggut tak bisa berbuat apa-apa. Karena aku tak punya kekuatan untuk melakukannya. Pada akhirnya aku hanya bisa menjalani hari-hari ku sebagai seorang pekerja kantoran biasa yang setiap harinya selalu bermasalah dengan keuangan dan bahkan saat ini aku tengah menjadi pengangguran. Namun untungnya aku tinggal bersama satu-satunya orang yang ada dalam hidup ku, yang ada dalam setiap luka dan bahagia. Aku tinggal bersama Lola disebuah kontrakan kecil di dekat tempat kerja Lola, Cafe My Taste.

Kondisi PTSD ku sering menyebabkan aku berpindah-pindah tempat kerja dan pada akhirnya belum ada lagi perusahaan yang menerima ku sebagai karyawannya. Aku pun hidup dalam tanggungan Lola yang gajinya tak bisa untuk menghidupi kebutuhan 2 orang.

Namun aku hanya bisa terus berusaha, kemana arah menuntunku aku hanya perlu mengikutinya. Aku juga berusaha untuk menyembukan PTSD ku agar aku bisa menjalani hari-hari ku tanpa perlu mengalami gangguan kecemasan dan depersi.

Semarang, 29 Maret 2018

Kazura

****

Nama ku adalah Reygan Samudra. Biasanya dipanggil Rey. Aku bisa dibilang memiliki kehidupan yang lebih baik dari kebanyakan orang. Keluarga ku merupakan konglomerat yang telah meneruskan bisnis keluarga. Salah satunya adalah Perusahaan HNS Company. Perusahaan ini adalah perusahaan yang telah dibangun oleh kakek ku dan kakek telah mewariskannya kepada ayah ku. Namun saat ini aku lah yang memegang kendali atas perusahaan itu.

Bisa dibilang sempurna bukan. Namun semua kesempurnaan itu telah merenggut semua kebahagiaan ku. Kebahagiaan dari kehangatan yang diberikan oleh orang tua ku, senyuman mereka yang mengisi hari-hari ku. Kini semua itu hanyalah kenangan masa lalu.

Aku yang saat itu berumur 25 tahun tengah menjalani pendidikan di sebuah perguruan tinggi di Inggris. Namun karena suatu peristiwa yang begitu saja terjadi aku meninggalkan pendidikan ku dan pulang ke Tanah Air. Saat itu aku menerima kabar bahwa kedua orang tua ku telah meninggal. Meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan tersebut juga merenggut adik perempuan ku satu-satunya. Entah benar atau tidak meninggal akibat kecelakaan namun bagiku terasa janggal.

Kejadian tersebut sempat membuat ku syok dan depresi, namun aku berhasil mengatasinya. Aku pun mengetahui bahwa kecelakaan orang tua ku akibat dari tali rem mobil yang telah diputus sehingga menyebabkan kecelakaan beruntun. Aku sangat yakin bahwa semua ini adalah kesengajaan yang dibuat oleh seseorang. Namun aku harus mengumpulkan semua bukti agar aku bisa menangkap orang yang telah melakukan banyak dosa kepada ku.

Saat itu pun kakek langsung menyuruh aku untuk meneruskan perusahaan sebelum perusahaan diambil oleh orang-orang yang hanya tamak akan harta dan jabatan. Namun tentu saja banyak orang yang meragukan ku. Bahkan tak sedikit dari mereka terang-terangan menolak aku yang meneruskan perusahaan. Namun, aku tak peduli aku akan mempertahankan semua yang menjadi milik ku dan aku tidak akan melepaskannya. Tidak kepada orang-orang yang hanya gila akan kekayaan dan jabatan hingga tega melakukan kekejian pada orang lain

Aku yang saat ini berumur 34 tahun, justru merasa hampa. Belum cukup aku kehilangan orang tua dan adik ku, aku juga harus kehilangan teman masa kecil yang sangat berarti di hidupku. Dan bahkan aku juga akan kehilangan kakek ku.

Sekitar setahun yang lalu aku menerima kabar bahwa kakek ku tengah mengalami penyakit gagal ginjal stadium akhir, dan itu membutuhkan donor secepatnya. Kondisi nya sudah begitu parah hingga harus dirawat di rumah sakit. Kakek sengaja menyembunyikannya dari ku agar tak menjadi beban pikiran ku. Padahal aku sangat menyayangi kakek, aku tak sanggup lagi jika harus kehilangan orang yang ku sayangi.

Aku pun berjanji pada kakek akan menuruti semua perkataan dan keinginan kakek agar aku bisa melihat kakek lebih lama lagi. Namun permintaan kakek hanyalah satu. Satu saja sampai aku tak bisa memberikannya. Yaitu melihat ku menikah. Aku tak punya kekasih, aku bahkan tak memikirkan pernikahan karena yang ada dalam pikiran ku hanyalah mendapatkan donor ginjal dan kesembuhan kakek. Berulang kali kukatakan padanya bahwa aku tak akan menikah namun dia masih saja keras kepala meminta ku untuk menikah.

Walaupun kakek berada pada posisi nomor satu sebagai pasien penerima donor. Namun aku juga berusaha untuk mencari seseorang yang mau melakukannya. Segala cara aku mencoba untuk mencarikan donor ginjal, namun tak ada satupun yang cocok. Kadangkala aku berpikir bagaimana jika aku saja yang mendonorkan ginjal ku, namun itu ditentang keras oleh kakek ku. Kakek tidak ingin aku hidup hanya dengan satu ginjal, karena itu bisa memperburuk kondisi kesehatan ku. Aku sangat putus asa, aku tak mau lagi kehilangan orang yang aku sangat sayangi, dan ada disetiap aku berkeluh kesah. Aku hanya berharap, ada orang yang dengan murah hati mau mendonorkan ginjal nya dan semoga itu cocok. Hanya itu saja. Sesederhana itu.

Semarang, 29 Maret 2018

Reygan

avataravatar
Next chapter