webnovel

8. Sesama salah jurusan

Di tempat Chesi aku sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi dengan obrolan mereka. Aku sibuk kangen-kangenan dengan Hary "Cayankku." Teman-temanku hanya tertawa melihatku dimabuk oleh Cinta.

Entah cinta pada siapa? Entah cinta sama orang gila? Entah cinta sama orang yang paling jelek di Bandung? Entah cinta sama manusia jadi-jadian? Entah cinta sama monyet.. Mereka bilang aku mengalami "cinta buta." Terserah mereka bilang apa, karena Cinta tidak Buta. Dan begitu nyata ku rasakan dalam Hatiku.

Setiap pesan ku dengannya selalu diakhiri dengan "I mist u so much, mmmmuuach"

begitupun dia "I mist u too, mmmmmuuuach" begitulah orang yang dimabuk kepayang oleh Cinta.

~Setelah jadi mahasiswa(sekarang), jika aku teringat hal itu aku menjadi sedih.~

Aku lulus di Telkom, dan ku lihat begitu banyak teman-temanku yang lulus di poli. Jika nanti aku jadi kuliah di sana, pasti seperti kembali masa SMA 😂 tentu saja yang pertama kali aku beritahu adalah orang yang ku Cinta sebelum teman-teman dekatku.

Aku: Halow cynk… aku punya kabar gembira, aku lulus… ini semua karena kamu ;-)

Dia: Sykur deh yank, aku seneng jika kamu seneng.

Bukan karena aku lagi?

Tapi usaha ayank sendiri. Tapi…

Aku: Makasi cinta.. kamu selalu ada untukku.

Aku semakin sayang sama kamu. "tapi" kenapa?

Dia: Aku juga tambah sayang sama kamu.

Tapi… di teknik kan lebih banyak cowok dari ceweknya…

Aku: Lalu kalau banyak cowok kenapa?

Cemburu ya? Takut aku nyeleweng?

Dia: Tentu saja aku jelous… aku tak mau kamu pindah ke lain hati

Aku: Yank… walau kita jauh…

aku tetep merasa deket denganmu,

dan hatiku hanya untukmu

Dia: Yang Bener? Aku jadi seneng nich… :-*

Aku: Bener donk… kamu tau lagu lawas "semakin rindu" nggak?

Itulah perwakilan perasa'an ku padamu, hihihi

Dia: Jadi ayank semakin cinta… semakin rindu…

semakin dalam… cintamu padaku?

Aku: Iya… percaya deh sama aku!!! Gimana lagu itu jadi Mars cinta kita?

Dia: Hehe… aku setuju… luv u honey…

***

Namun kenyataannya aku tidak jadi mengambil poli dengan berbagai pertimbangan. Calon mahasiswa poli mengadakan OSPEK di padang panjang menggunakan seragam khusus selama seminggu, dan mereka berkumpul depan FEKON Jati, saat itu kebetulan aku akan melamar pekerjaan ke perusahaan yang menawarkan jadi Manajer yang ternyata tak jauh beda jadi salest yang membawaku ke Pesisir Selatan dulu.

Saat mereka menggunakan seragam seperti pasukan tentara Jepang waktu menjajah Indonesia yang menurutku "begitu gagah" membuat ku sedih, kecewa dan begitu rendah diri di hadapan mereka. Kemudian aku langsung menata hati…

Aku tak pernah beritahu Hary bahwa aku tidak jadi kuliah di Poli. Aku cinta padanya dan aku tak ingin dia menganggapku gadis bodoh tak berpendidikan.

Setiap dia bertanya "gimana kuliahnya yank?" tapi aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

Semakin lama, aku semakin ciut di hadapannya, kenapa cinta ada kebohongan?

Selama Ramadhan aku dan dia tetap menjalin kasih dengan perantara handphone. Dia dengan cintanya percaya penuh padaku dan itu membuatku merasa semakin berdosa padanya.

Dan aku mulai jarang SMS dia dan sering nonaktifkan hape. Akhirnya… aku "memutuskan hubungan kami" dan itu sangat menyakitkan. Agar dia bebas, bebas memilih yang lain walau entah dia sendiri punya gandengan di sana atau tidak aku sendiri tidak tahu. Yang penting putus dulu deh. Walau aku yang memutuskannya, tapi… aku sangat-sangat patah hati. Tak ada tangisan tak ada air mata saat putus dengannya. Karena semua butiran jatuh ke dalam, sakitnya sangat menyiksa.

Hingga saat ini aku masih sedih, memutuskan benang merah yang terikat dengan panjang puluhan ribu kilo meter. Namun, dengan sedikit hiburan aku bisa melupakannya sejenak. Jika aku sendiri, pasti sedih sendirian teringat akan dirinya.

Usai memutuskan Hary, Zaki menyatakan perasaannya padaku, dan akhirnya aku jadian dengan anak SMA itu. Kadang-kadang waktu bersama Zaki aku bisa menangis sendiri. Dan dia pasti kebingungan sendiri kenapa aku menangis? Dan dia sibuk menghiburku. Zaki adalah seorang pelajar yang baik, pengertian, dan brondong yang manis karena dia selalu menuruti semua kemauanku. Meski sebenarnya usia kami sama, namun status tingkat tetap aku lah yang lebih senior.

Aku tak pernah memberikan hati untuknya… dan dia tak perlu tahu itu… hanya ada nama Harry… dalam hatiku.

Sebulan sebelum seleksi masuk PTN lagi, aku rangkai puisi yang manis untuknya. Permohonan maaf, tidak bisa melanjutkan hubungan dengannya alasan memutuskannya karena Aku ingin berkonsentrasi menghadapi seleksi kali ini. Maaf Zaki… semoga kamu dapat seseorang yang benar-benar menyayangi kamu…

Karena keinginan itu pula, aku benar-benar konsentatrasi untuk seleksi ini. Dan aku berhasil masuk Fakultas Hukum Universitas Andalas, dengan almamater bewarna Hijau Daun tua, dengan lambang pohon beringin dan slogannya "UNTUK KEDJAJAAN BANGSA."

*maaf yaaa.. SMS alay zaman old.. mengingatkan kebucinan mak2 reader yg dulu sempat ngegadis dgn empong n*kia 🤣🤣

Bulan puasa kali ini disibukkan oleh mata kuliah wajib dan kuliah umum. Aku paling senang kuliah Umum dari pada kuliah jurusanku sendiri yang membosankan. Tiap dosen jurusanku menyuruhku menghafal pasal-pasal Undang-Undang yang berlaku. Padahal tiap tahun ada Undang-Undang baru, dan itu dipaksa terus masuk ke otakku, cape dech…

Walau aku bosan dengan kuliah jurusanku sendiri, aku tak pernah bolos kuliah dan tetap mencatat ilmu yang disumbangkan dosen. Dan paling sering aku ngobrol bisik-bisik dengan Chika, jika dosennya menerangkan kuliah yang tak ku mengerti.

Hingga saat ini aku masih bingung dengan pria berkacamata yang sangat misterius yakni "Akel." Dia selalu menatapku dengan sinis, dan membuatku salah tingkah di hadapannya. Aku takut, jika ada orang melihatku dengan sinis. Apa yang membuatnya benci padaku? Setiapku ajak ngorol, dia pura-pura membaca buku, terus jawab pertanyaanku dengan singkat lalu pergi gitu aja.

Ramadhan berakhir, Idul Fitri datang. Sekali lagi aku mengucapkan "Selamat" pada Feli terlebih dahulu. Dia membalas pesan ku, hatiku menjadi tenang. Lalu ku beranikan diri untuk menelponnya

"Halo…" sapanya.

"Halo... Apa kabar?"

"Ya… gini-gini aja"

Sepanjang telepon aku banyak diam, air mata ku mengalir

"Ki… kok diam aja? Aman?"

"Fel, sebenarnya aku sedih… karena kita berakhir seperti ini" dengan suara serak..

Suara Feli berubah tak kalah sedih "kan sudah sering ku bilang, kita ini tetap teman"

"Tapi.. aku ingin kita temenan kayak dulu lagi"

"Aku juga"

"Apa aku masih dibolehkan main ke rumahmu?"

"Tentu aja… pintu rumahku selalu terbuka untukmu"

Mendengar itu, membuatku menjadi bahagia "besok aku ke sana ya?"

"Oke… aku tunggu…"

Setelah telepon ku tutup, langsung ku chat Chesi

Ches… besok aku ke rumah Feli

Oh ya? Baguslah… akhirnya baikan juga…

seandainya aku di Padang, pasti aku ikut ngumpul

Hehe… nanti kamu bawa dodol kentang aja ke sini…

Waktu ke rumah Feli, aku menggunakan aksesoris serba merah muda.

"Pinky nih ye?" Feli tahu, sejak dulu aku anti dengan warna merah muda.

"Perubahan…" ujarku sekenanya.

Selama main di rumahnya, dari ceritanya aku tahu sekarang Feli lagi menjalin kasih dengan anak kampus ku juga, dari jurusan Biologi. Aku bahagia jika dia bahagia dengan pacarnya yang sekarang, dan semoga hubungan ku dengan Feli kembali sehangat dulu lagi.

***

Hari pertama kuliah sehabis lebaran aku, Aang dan seorang teman yang baru dekat bernama Mili pergi main ke sebuah pusat perbelanjaan.

Di sana, aku bertemu dengan teman SMP bernama Doly. Gayanya urak-urakan sekali? Doly kuliah di tempat yang sama dengan Feli. Rambutnya yang keriting, dibiarkan memanjang tak beraturan dan beberapa helai jenggot menggantung di dagunya.

Dia ke sini bersama temannya yang sedikit lebih rapi, aku perkenalkan Doly pada Aang dan Mili, tapi dia tak memperkenalkan teman yang bersama dengannya pada kami..

"Yuki sekarang kuliah ya?"

"Iya…"

"Di mana?"

"Hukum Unand"

Di belakang Doly, tampak temannya yang curi-curi pandang. Karena tidak kenal, aku cuek saja.

"Akhirnya kuliah juga ya? Kemaren ku lihat Yuki kerjaannya keluyuran terus sama Rani."

Doly memang sempat ku kenalkan pada Rani, waktu itu Doly lagi memperbaiki motornya di bengkel depan rumahku dan kebetulan Rani menjemputku. Langsung ku kenalkan mereka.

"Hehe… soalnya nggak ada kerjaan sih? Makanya Yuki nemenin Rani keluyuran."

Ku lihat, Aang terus memandang aneh pada temennya Doly, kalau diperhatikan Aang tampak cukup lucu karena rambut yang kemaren gundul sudah mulai agak panjang. Maklum, rambut cowok kan lekas panjangnya.

Lalu aku, Mili dan Anggi pamitan karena kami akan menuju arena permainan.

Semenjak kuliah, hape selalu dimasukkan ke tas dengan profile silent. Malamnya saat akan membuat tugas ku periksa hape sudah ada empat panggilan tak terjawab dari nomer yang tak dikenal.

Mungkin orang iseng… kali ini tidak ku ladeni. Malamnya aku lupa mengubah profile hape dan waktu akan berangkat kampus esok paginya kembali ada empat panggilan tak terjawab dengan nomer yang sama dengan yang kemaren. Mungkin ini temenku… langsung ku tulis pesan, semenjak kuliah, ibu membelikan telpon pintar yang harganya murah, ram kecil. Tapi tidak apa, dari pada terusan memakai hape tulit tulit di zaman canggih gini.

Hai ini siapa? Mau nelpon ya? Sori ya! Kemaren Hpku silent

Apa benar ini Yukita?

Langsung ku berpikir negatif, dan semakin yakin ini adalah orang iseng.

Eh… kayaknya kamu salah orang. Aku bukan Yukita

Dan orang iseng itu tidak membalas dan misscall lagi. Lalu ku berangkat ke kampus, di Pasar Baru aku bertemu Odi, dan ditebengi hingga depan fakultas.

Sekarang jalan pikiran ku sedikit berubah. Dulu aku berpikir orang yang menggunakan kendaraan sendiri adalah orang yang boros karena menghamburkan uang. Padahal biaya bis operasional jadi sumbangan wajib tiap semester, tapi tidak dimanfaatkan. Sekarang aku tahu alasan orang-orang lebih suka membawa kendaraan sendiri, karena bis operasional itu selalu penuh dan sesak. Aku sering berdiri dan desak-desakkan dengan penumpang lainnya. Kadang-kadang aku tejatuh saat pak supir ngerem mendadak. Setelah sampai depan fakultas, Odi melanjutkan perjalanan hingga kampusnya politeknik.

Mata kuliah pertama kelar, dan kuliah selanjutnya nanti sore, aku, Mili dan Anggi mengisi waktu senggang dengan mengunjungi perputakaan? Weiz… rajin banget ya? Aku bukan mau membaca, tapi mau memakai layanan internet di perpustakaan pusat ini.

Aku bertemu dengan Nova sahabat SMP dulu yang juga temen sekelas dengan Doly. Nova kuliah di fakultas Ekonomi dengan program Studi Ilmu Ekonomi. Walaupun kami satu kampus, sudah hampir setengah semester kami lewati baru kali ini aku bertemu dengannya. Dan kami bincang-bincang beberapa saat. Dari dia aku tahu, Nova sebagai tim redaksi tabloid kampus kami bernama "GENTA." Setelah itu ku perkenalkan dia pada dua temanku.

"Yuki… kalau punya karya… masukkan saja atensinya ke redaksi tabloid genta di gedung PKM ya…"

"Emangnya ada honornya?"

"Kamu ini? Menunggu dana turun untuk percetakkan tiap bulannya saja udah susah. Ini mau minta honor segala?"

"Hehe.. siapa tahu kan ada honornya? Nanti deh… kalau ada karya terbaru aku minta tolong sama kamu aja"

"Oke… eh… nanti pulang jam berapa?"

"Sekitar setengah limaan"

"Gimana kalau barengan aja? Aku yang ke hukum"

"Oke deh…"

Lalu kami berpisah, karena Nova ada urusan lain.

"Ternyata Yuki banyak kenal dengan senior ya?" kata Aang.

"Iya…" sahut Mili.

Sekilas tentang Mili, Mili adalah teman baikku dan Anggi. Awalnya aku sempat sebal pada Mili ini, karena waktu aku tahu dia adalah teman sekelasku dan kebetulan sekali kami satu bis, aku mengajaknya bicara. Namun… dia hanya cuek dan tak mengubris apa yang ku tanya padanya. Dalam benak sempat terpikirkan olehku "dia itu sombong sekali?" dan membuatku enggan dekat dengannya.

Karena kami selalu satu bis menuju Pasar Baru, membuatku penasaran untuk mengenalnya lebih jauh. Dan dengan sok kenal, akhirnya dia mau mengeluarkan suaranya padaku dan Anggi. Lama-kelamaan dia tersenyum pada kami dan senyumannya itu sangat manis.

Semakin lama mengenalnya, membuatku semakin mengenal siapa Mili sebenarnya.

Kami sama-sama lulus asal-asalan di Hukum ini. Dia juga mencintai dunia sastra seperti aku, dan dia juga jago dalam eksakta seperti Anggi. Kami bertiga adalah orang-orang yang sama-sama kuliah di Hukum karena Takdir Tuhan yang tidak kami harapkan. Suatu hari aku meminjam catatan Mili, dan belakang catatannya berisi banyak sekali puisi karyanya. Dan menurutku puisinya begitu bagus dan eistetik dibandingkan dengan karyaku, tidak ada apa-apanya dibanding dengan karyanya.

Ingin sahabat

Hari ini

Teringat kicau merdunya

Teringat senyum indahnya

Ingat tawa manisnya

Betapa kuingin, sahabat

Ada kau, aku

Di setiap suka duka

Klise, katamu

Kataku itu nyata

Ingin sahabat seperti itu

Pendek kata, TULUS

Apa kau juga*

Itu salah satu puisinya yang begitu berkesan di hatiku. Dengan puisinya itu mem-buatku sedikit ge-er… dan ada sebuah curahan hati darinya yang membuatku terharu

Mungkin aku dan Mili ditakdirkan sama-sama tidak bisa menyatu dengan orang yang kami kagumi. Dan kami sama-sama memiliki seseorang yang kami cintai dalam hati. Namun untuknya aku berdoa, semoga akan datang seseorang yang menyayanginya dan dia menyayagi seseorang itu. Itulah harapanku untuk sahabat baruku ini.

Kedekatanku dengan Mili, lebih enak dibandingkan deket dengan Chika. Chika itu anak orang kaya, kadang-kadang aku merasa tertindas karena kelakuannya. Dan aku sedikit tidak mengerti dengan Chika. Entah hanya sekedar perasaan, atau memang kenyataan.

Ternyata memang lebih cocok berteman dengan seorang yang sepantar dengan kita.

Mili adalah anak manis nan begitu pendiam, yang tinggal di Rindang alam. Jika kami pulang bertiga, kami akan bareng hingga Pasar Baru, lalu Mili melanjutkan naik angkot jurusan Bandar Buat.

Sedangkan aku dan Anggi naik angkot hijau tua, aku turun di simpang Anduring lalu naik angkot Pink jurusan Kalawi yang lewat depan rumahku. Sedangkan Anggi turun di halte busway lalu melanjutkan naik bis hingga ke rumahnya.

Dari puisinya itulah aku tahu Mili adalah gadis yang sangat pintar membuat puisi-puisi yang "konvensional." Dia sangat kaya akan majas yang dibaluti dengan kalimat-kalimat yang memiliki estetika seni yang hebat. Puisiku tak bisa mengalahkan buah tangan Mili. Ini adalah menurutku sendiri, aku lebih jago dalam sastra prosa. Dan mungkin ini sedikit kelebihan dari Mili hehehe

Saat kuliah terkhir, datang pesan dari Nova

Assalam… Yuki… maaf ya… kita nggak jadi pulang bareng, karena ada urusan di Genta

Walaikumsallam… ok… gak papa kok nov… selamat bekerja…

Setelah itu kami bertiga pulang. Sampai di Pasar Baru kami berpisah dengan Mili

"Ang… kok nggak bawa motor aja? Apa perjalanannya nggak terlalu jauh dari sini ke rumah kamu?"

"Hemmm… pengen sih bawa motor. Tapi Ang udah biasa bareng Yuki. Jika Ang tumpangi, gimana dengan Mili? Nggak mungkin ditinggalin? Dan nggak mungkin lagi bonceng tiga kan? Hahaha"

"Haha.. beneran nih kalau bawa motor Yuki ditumpangi?"

"So pasti donk…"

"Gimana nanti Ki sama Mili pulang naik bis berdua, setelah sampai Pasar Baru baru kita pulang bareng. Kayaknya enak juga sore-sore pulang naik motor, hehehe"

"Ide bagus tuh… besok bawa motor aja"