webnovel

Rencana Om Dimas

Selamat Membaca

Sebelum kejadian kakaknya Dimas Baskoro ini mendatangi kakaknya Dani Baskoro, Papanya Arin seperti biasa dia tiap hari minta uang sama kakak nya kadang ada 100 juta bahkan sampai 1M yang dihabiskan nya dalam meja judi dan berpoya-poya dengan istrinya itu yang wanita sosialita.

Walaupun Dimas juga memiliki perusahaan sendiri namun tidaklah sebesar perusahaan Dani yang sudah maju dan mempunyai banyak cabang.

Entahlah karena iri atau apa Dimas selalu merasa dikalahkan oleh kakaknya yang jadi anak kebanggaan ayahnya tuan Raden Diningrat Baskoro itu, Dimas merasa marah dan dendam sekali sama kakaknya yang sangat baik pada adiknya itu, mana berani Dani tidak memberikan apa yang diminta Dimas, namun hari ini Dani menolak keinginan Dimas yang ingin mengelola perusahaan yang baru Dani rintis di Amerika, karena menurut Dani, Dimas belum memahami betul sedangkan Dani saja baru mulai dan masih dibantu asisten juga teman baiknya di Amerika itu.

Dani dan Dimas ini adik kakak berbeda selisih 8 tahunan, Dani seorang pebisnis ulung sedangkan Dimas pebisnis restoran yang masih tahap belajar tadinya Dimas enggan mengikuti keinginan ayah nya Tuan Raden, Dimas lebih menyukai balapan mobil, dunia otomotif pilihan nya, Dimas terjun jadi pebisnis restoran pun karena hasutan sang istri yang ingin dunia sosialita nya naek kelas.

Dari situlah awalnya niatan Dimas yang dahulu melenyapkan kakak dan keluarga kecilnya itu dari dunia ini semakin menjadi.Di kediaman rumah Dimas dalam kamarnya, Dimas meragu apa iya akan menghabisi kakak nya sekeluarga atau tidak.

'Aku haru mengingkirkan kakak ku' batin nya.

Dimas pun menghubungi seseorang pembunuh bayaran atas rekomendasi temannya yang sama jahat dengan dirinya.

Tuut.... Tuuut...

Dimas menelepon Jack.

"Hallo Jack, tolong kau ikuti kakak ku kalo bisa kau suruh temanmu menabrak nya dari depan sampai dia dan keluarga tiada" ancamnya.

"Dan pastikan tidak ada yang melihat atau saksi mata mengerti!" hardiknya.

"Kalo kau berhasil akan ku kasih kalian semuanya bonus dariku!" tawarnya.

"Oke bos!!"

Dimas menutup telepon nya.

"Mas.. Kamu menelepon siapa?Apa yang kamu rahasiakan dari ku?" tanya Anggita, istri nya Dimas.

"Masa depan kita"

"Maksudmu mas, jangan bilang kau punya rencana menyingkirkan kakakmu, dan kamu tidak tega kan?" ketus Anggita.

"Tentu saja kali ini aku yakin, aku sudah mempersiapkan sebaik mungkin dan perusahaan yang di Amerika akan jadi milik ku, aku sudah buat tanda tangan palsu kakak!" jelasnya.

"Baiklah sayangku, kau jenius" puji Anggita, dan Dimas mengecup kening Anggita.

"Ayo kita makan malam dulu, aku sudah mempersiapkan dari tadi" ajak Anggita.

"Kau sengaja masak untuk ku, tumben sekali" cibirnya.

"Kau pikir aku tidak bisa masak, aku hanya malas saja ke dapur" elak Anggita dan merangkul lengan suaminya.

Mereka berjalan beriringan menuju ruang maka, makan malam yang istimewa. Dimas menghabiskan malamnya dengan lahap.

"Ini benar-benar enak sayang ku, sering-sering lah memasak untuk suami ini" pinta Dimas.

"Kalo aku masak tiap hari mas, akan kasih aku apa?" jawab Anggita.

"Apa saja yang kau mau, asalkan aku mampu memberikannya" jelasnya.

"Ternasuk mengambil semua harta kakak mu mas" tanya Anggita.

"Jika itu yang kau mau akan kulakukan" jawab nya berdiri, beranjak dari kursinya menuju ruang TV.

"Kemarilah sayang, temani aku nonton" ajak Dimas.

'Tumben sekali suami ku mengajak ku menonton, biasanya kalo ku ajak dia mengejek ku, ah ku temani pas dia akan mengabulkan semua keinginan ku' batin Anggita tersenyum mendekati sang suami.

"Mas mau aku buatkan kopi apa teh?" tanya Anggita.

"Kopi sayang"

'Ternyata yang di tonton nya balapan mobil, koleksi mobil sudah banyak juga' batin Anggita melirik kearah Dimas yang sedang menonton balapan mobil.

"Ini mas kopi sama kuenya, mas mau nambah koleksi mobil" tanya Anggita yang duduk disebelah Dimas.

"Hmmmm"

"Tapi tidak sekarang kalo kita di Amerika sayang, mobil luar itu lebih bagus dan kita tes drive- disana" jelas Dimas.

"Hmm aku tidak sabar akan pergi ke Amerika mas" rayu Anggita sambil memeluk suaminya.

"Kita lihat besok sayang, jika tugas mereka berhasil lusanya aku akan mengambil alih perusahaan kakak ku, mungkin minggu ini kita berangkat"

"Benar itu sayang"

"Ya tentu". meng*** kening istrinya.

Sampai pertandingan balap mobil itu selesai mereka pun tidur di kamarnya yang sebelumnya ada ritual malam dulu pinta Dimas.

Sang surya telah terbit menyinari kaca jendela mereka walau masih setengah mengintip dan kicauan burung bernyanyian.

"Mmmh" lenguh Anggita dan mengucek matanya melihat kearah jam di kamar mereka.

"Oh, astaga aku bangun kesiangan, sebaiknya aku siapkan sarapan dulu" lirihnya, bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi, mencuci mukanya dan turun ke bawah.

"Mbok, biarkan aku yang masak nasi goreng hari ini, aku akan masak spesial buat suamiku.

"Baik, nyonya".

Anggita memasak dengan penuh cinta dan harumnya membangunkan sang suami yang masih tertidur.

"Hmm, Harum sekali sayang" puji Dimas.

"Mandi dulu baru makan mas!" hardik Anggita.

"Siap bos" jawab sang suami.

10 menit Dimas sudah mandi dan berpakaian rapih, turun kelantai bawah dengan menenteng tas kerjanya, dan mendekati sang istri men***m keningnya.

"Ini sarapan nya mas, dan air putih nya" ucap sang istri duduk menemani sang suami.

"Kamu tidak ada acara hari ini? Tumben belum mandi?" tanya Dimas.

"Ini gara-gara kamu semalam mas buat anak sampe pagi, aku kurang tidur, belum mandi, aku mau tiduran lagi abis mandi nanti, paling siangan aku mau ke salon mas" jelas Anggita memberi tahukan jadwal nya hari ini.

"Hari ini aku mau bertemu teman ku yang pengacara untuk membantu ku nanti mengambil alih perusahaan kakak, mungkin aku pulang malam, kau jangan malam-malam pulang nya ya!" titah suaminya setelah menghabiskan sarapan dan mencium kening istri, beranjak dari kursi menuju keluar.

"Hati-hati mas"

"Byeee"

Dimas pun melambaikan tangannya.

Perjalanan menuju kantor Dimas hanya 30 menit dari rumahnya, restoran yang dikelolanya baru membuka cabang di 3 kota, Dimas masuk kedlaam ruangan nya.Dimas di sibukkan dengan ramainya hari ini restoran mendapat bookingan dari perusahaan yang sedang mengadakan Rapat. Siang hari nya,Dimas mendapatkan telepon dari Jack.

Tuuut.... Tuuuut... Tuuuut...

Dimas mengangkat telepon, melonggarkan dasinya.

"Hallo"

"Hallo bos, semua beres bos, sayang bos anaknya masih hidup dia hilang ingatan dan ditemani dua orang dari panti asuhan"

"Cih begitu saja kau tidak becus!!" hardik Dimas.

"Awasi saja anak itu dari jauh jangan sampai ketahuan!" ancam Dimas.

"Tapi bos, ibu panti sudah mengirimkan laporan ke polisi bos, aku harus menyuruh teman ku untuk kabur, kirim biaya lagi bos!!" pinta Jack.

"Cih, duit saja kerjamu!!"

"Ya gue transfer sekarang"

"Awasi gadis dan ibu panti itu, jangan sampai dia ke kota A"

"Baik bos, laksanakan"

"Kita lihat besok sayang, jika tugas mereka berhasil lusanya aku akan mengambil alih perusahaan kakak ku, mungkin minggu ini kita berangkat"

"Benar itu sayang"

"Ya tentu". mengecup kening istrinya.

Sampai pertandingan balap mobil itu selesai mereka pun tidur di kamarnya yang sebelumnya ada ritual malam dulu pinta Dimas.

Sang surya telah terbit menyinari kaca jendela mereka walau masih setengah mengintip dan kicauan burung bernyanyian.

"Mmmh" lenguh Anggita dan mengucek matanya melihat kearah jam di kamar mereka.

"Oh, astaga aku bangun kesiangan, sebaiknya aku siapkan sarapan dulu" lirihnya, bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi, mencuci mukanya dan turun ke bawah.

"Mbok, biarkan aku yang masak nasi goreng hari ini, aku akan masak spesial buat suamiku.

"Baik, nyonya".

Anggita memasak dengan penuh cinta dan harumnya membangunkan sang suami yang masih tertidur.

"Hmm, Harum sekali sayang" puji Dimas.

"Mandi dulu baru makan mas!" hardik Anggita.

"Siap bos" jawab sang suami.

10 menit Dimas sudah mandi dan berpakaian rapih, turun kelantai bawah dengan menenteng tas kerjanya, dan mendekati sang istri mencium keningnya.

"Ini sarapan nya mas, dan air putih nya" ucap sang istri duduk menemani sang suami.

"Kamu tidak ada acara hari ini? Tumben belum mandi?" tanya Dimas.

"Ini gara-gara kamu semalam mas buat anak sampe pagi, aku kurang tidur, belum mandi, aku mau tiduran lagi abis mandi nanti, paling siangan aku mau ke salon mas" jelas Anggita memberi tahukan jadwal nya hari ini.

"Hari ini aku mau bertemu teman ku yang pengacara untuk membantu ku nanti mengambil alih perusahaan kakak, mungkin aku pulang malam, kau jangan malam-malam pulang nya ya!" titah suaminya setelah menghabiskan sarapan dan mencium kening istri, beranjak dari kursi menuju keluar.

"Hati-hati mas"

"Byeee"

Dimas pun melambaikan tangannya.

Perjalanan menuju kantor Dimas hanya 30 menit dari rumahnya, restoran yang dikelolanya baru membuka cabang di 3 kota, Dimas masuk kedlaam ruangan nya.Dimas di sibukkan dengan ramainya hari ini restoran mendapat bookingan dari perusahaan yang sedang mengadakan Rapat. Siang hari nya,Dimas mendapatkan telepon dari Jack.

Tuuut.... Tuuuut... Tuuuut...

Dimas mengangkat telepon, melonggarkan dasinya.

"Hallo"

"Hallo bos, semua beres bos, sayang bos anaknya masih hidup dia hilang ingatan dan ditemani dua orang dari panti asuhan"

"Cih begitu saja kau tidak becus!!" hardik Dimas.

"Awasi saja anak itu dari jauh jangan sampai ketahuan!" ancam Dimas.

"Tapi bos, ibu panti sudah mengirimkan laporan ke polisi bos, aku harus menyuruh teman ku untuk kabur, kirim biaya lagi bos!!" pinta Jack.

"Cih, duit saja kerjamu!!"

"Ya gue transfer sekarang"

"Awasi gadis dan ibu panti itu, jangan sampai dia ke kota A"

"Baik bos, laksanakan"

"Wait bos seperti bos besar Tuan Raden ada di rumah sakit bos, tapi dia tidak mengunjungi cucunya, hanya mengunjungi jasad kakaknya bos!!" jelas Jack.

"Cih, jadi tua bangka itu sudah tau, kau hati-hati Jack jangan sampai tua bangka itu mengetahui mu, bisa kacau rencana kita" hardik Dimas dan menutup telpon karena kesal.

"Aku harus segera menjual rumah dan aset kakak ku" lirih nya Dimas.

"Tua bangka itu benar-benar lebih menyayangi kakak, aku merasa di anak tirikan" lirihnya mengusap air mata yang tak sengaja keluar.

Bersambung