webnovel

Sekretaris Willona

Willona Adara Paramadhita—perempuan cantik bertalenta dengan otak cerdas. Ia harus mendapati perusahaan keluarganya bangkrut dan memaksa dirinya untuk menjadi seorang sekretaris dari Kenan Argadinatha—Argants Contructions Corporation. Sudah dua tahun lamanya Willona menjadi sekretaris Kenan menghadapi sikap dingin, angkuh, dan tak berperikemanusiaan memberinya lembur setiap malam. Lalu apa yang membuat Willona bertahan? Gaji besar! Jelas. Orang buta pun tahu jika seorang Kenan tak akan memberi gaji kecil kepada siapa pun yang berada di lingkup kerjanya. Dan hal inilah yang membuat Willona bertahan hingga detik ini. Namun, suatu malam mengubah segalanya. Willona harus menghadapi pernikahan mendadak dari keluarganya hanya karena sebuah janji. Terpaksa, hanya itulah kata keluar dari mulutnya untuk mengiyakan. Willona tidak menyangka seseorang yang telah menjadi suaminya adalah bossnya sendiri. Dan hal itu yang membuat Willona membrontak dalam hati karena mendapati Kenan bukanlah lelaki single. Dia mempunyai kekasih. Lalu, apa yang akan dilakukan Willona? Memilih bercerai atau tetap mempertahan pernikahan dengan menahan sesak di hati?

SenyaSSM · Urban
Not enough ratings
18 Chs

Kebusukan Jerry

"Kau pembohong, Willona! Kau membohongiku!"

Mendengar perkataan itu, Willona menghempas tangan Jerry kasar. Senyum kecutnya menyeringai di bibir tipis disaput lipstik merah membara.

"Apa aku tidak salah dengar?"

"Kalimat itu sepertinya cocok dengan kau." Willona mengusap lembut dada kekar Jerry dengan fokus mata terangkat, menatap lekat sang mantan kekasih.

"Bukannya kau sedang memainkan peran baru dengan status akan menjadi seorang ayah, apa aku tadi salah dengar?"

Jerry pun tak luput memandang wajah ayu dengan garis tegas membentuk kesempurnaan Willona, entah kenapa Jerry tak bisa lepas dari Willona, meski pertanyaan Willona memang benar adanya.

"Aku mempunyai alasan, Will. Tapi, aku justru mendengarmu sudah menikah dengan pak Kenan, apa selama ini kau berselingkuh dariku?" todong Jerry yang seakan ingin mendengar kalimat itu diiyakan oleh Willona agar rasa bersalahnya, tak begitu membesar.

Karena bagaimanapun, Jerry memang menjalin hubungan dengan Tania di saat hubungannya dan Willona berlangsung. Jerry juga sengaja membuat Tania hamil agar ia bisa memiliki berbagai aset yang beratas namakan istrinya saat ini.

Satu hal lagi, marga kuat yang disandang Tania membuat Jerry gelap mata dan melupakan hubungannya dengan Willona yang hampir merenakan pernikahan.

"Aku pun sama, sekarang kita tidak mempunyai hubungan apa pun. Sekarang, lupakan hubungan yang pernah ada di antara kita."

"Istrimu begitu baik, jangan membuatnya sedih karena kebodohanmu, Jerry!"

Willona menghempas tubuh Jerry, sehingga tangan kuat yang melingkar di pinggang rampingnya juga ikut terlepas.

Tubuh berbalut dress hitam indah menyelimuti tubuh indah Willona kembali mengayun langkah, ia sudah tidak ingin memberikan hadiah yang sengaja Willona beli saat di perjalanan.

Hati Willona sudah remuk redam, menahan sesak di dada saat suara lembut Jerry kembali membelai gendang telinganya.

Willona pun rindu saat Jerry memanggilnya dengan panggilan 'sayang' di antara mereka. Bahkan dekapan hangat itu, begitu menyayat luka baru yang semakin menganga hebat di relung hati.

'Kamu begitu jahat padaku, Jerry! Hanya tinggal satu tahun lagi, aku akan mengajukan surat cerai dengan pak Kenan, tapi kamu justru mengkhianatiku. Sekarang, kita memang lebih baik tak saling mengenal.'

Willona melangkah dengan keputus asaan, langkahnya hampir sampai di ambang pintu, namun sebuah tangan kembali mengikat pingangganya posesif.

"Jangan pergi Willona, aku tidak rela kau bersama dengan pak Kenan. Tinggalkan dia!"

Tubuh Willona terpaku di tempat, kini anak sungai matanya sudah tidak bisa lagi dibendung saat seluruh kenangan kembali terulas dari mulut Jerry.

"Hentikan, Jerry! Kau seperti menabur garam di atas luka, dan kau bagaimana rasany?!" pekik Willona kembali memberontak untuk kesekian kali.

"Aku tidak melakukan itu. Aku hanya ingin kamu mengingat, aku tidak akan bisa kamu lupakan. Saat kamu menangis, kau selalu berada dalam pelukanku, dan sekarang pun sama ... apa kamu melanjutkan hubungan kita Willona?"

"Aku tahu ini gila, tapi kita sudah sama-sama memiliki orang lain. Menurutku, itu semua tidak bisa menghentikan hubungan kita yang—"

PLAK!

Tamparan keras mengenai wajah tampan Jerry yang terlihat mengikuti kecepatan arah tamparan itu. Perlahan kepala Jerry terangkat, menatap kembali manik mata yang telah membasah. Beruntung toilet tersebut begitu sepi, tidak ada tamu yang datang ke sana.

"Kau memang gila! Aku menyesal mengenalmu. Aku bahkan tak berniat meninggalkan pak Kenan hanya demi pria brengsek sepertimu!" tandas Willona dengan nada tinggi.

Tenggorakannya terasa begitu sakit, lidah pun terasa mati rasa saat kata-kata itu bergulir.

Hanya kekuatan sebagai seorang perempuanlah yang kini Willona punya untuk mempertahankan statusnya sebagai istri dari Kenan, meski status itu akan segera berakhir. Jika, Kenan sudah memberinya surat cerai.

Jerry tertawa iblis, senyum seringai mengiring hilangnya akal sehat Jerrey saat ini. Ia ingin merasakan bagaimana keindahan tubuh Willona yang selama ini tak pernah tersentuh olehnya. Sentuhan manik mata hitam yang bergerak dari ujung rambut hitam tertata indah hingga turun sampai di ujung heels Willona.

"Sudah sejauh ini, tapi kamu menolak kesepakatan itu, Willona."

"Kita sama-sama mendapatkan keluarga Argadinatha ...."

"Kau mau apa, Jerry? Berhenti di sana kataku! Jangan bergerak lagi!" ucap Willona mendesak Jerry untuk tidak melangkahkan kakinya seiring dengan heels Willona bergerak mundur.

"Kamu takut padaku?"

"Kenapa pria lain sudah menikmatimu, tapi aku justru tidak kamu izinkan menyentuh lengan putihmu ini, Sayang dan juga ....."

Willona menatap nanar pada manik mata hitam legam pekat yang telah dipenuhi dengan kabut hasrat. Willona memekik saat gaunnya dirobek paksa oleh Jerry.

"Kau ternyata seperti dugaanku, Willona. Kamu begitu indah daripada Tania. Setelah aku mendapatkan harta Tania dan menggurkan kandungan itu, aku akan mendapatkanmu."

Jerry mendekatkan bibirnya tepat di samping telinga Willona yang sudah terjebak di antara dinding dan tubuh kekar Jerry.

"Bagaimanapun caranya," bisiknya.

"Jerry, lepaskan aku! Kau keterlaluan, aku tidak sudi tersentuh oleh tangan kotormu itu."

"Pergi dariku! Jangan sentuh aku!" Ulang Willona memekik keras. Ia masih berusaha menutupi bagian tubuhnya yang terbuka, dan menjadi santapan lapar bagi manik hitam Jerry.

Namun, kekuatan Willona begitu lemah dibandingkan dengan luapan gairah Jerry yang telah membuncah.

"Aku pun harus menikmati tubuhmu, Willona."

Jerry memaksa membukam bibir tipis Willona, meski sudah ribuan penolakan telah perempuan cantik itu berikan. Pagutan kasar dan gigitan yang hanya Jerry yang begitu minat, tak membuat nyali pria itu menyerah.

Tangan Jerry sudah bergerak ingin merobek gaun indah Willona yang sudah rusak, namun usahanya gagal. Sebuah tendangan dari kaki panjang membuat tubuhnya tersungkur begitu jauh, hingga ia memekik kesakitan.

"Agh! Sialan, siapa yang berani bermain-main de ... denganku?"

Suara Jerry yang awalnya begitu lantang, kini tiba-tiba menelan saat melihat sebuah tubuh kekar berbalut jas hitam sedang melepas jasnya, dan membalurkan pada tubuh Willona yang setengah hampir telanjang.

Willona terisak dengan tubuh bergetar, dekapan Kenan membuat Willona semakin tak bisa menahan Isak tangisnya meluruh deras.

"Sudah tidak apa-apa, aku pastikan dia tidak akan lagi bisa menyentuhmu, atau riwayat seluruh keluarganya akan hancur."

Lontaran ancaman dan tatapan membunuh Kenan sungguh membuat Jerry terasa tertujam seribu belati tajam yang seketika membungkam detak jantungnya yang berdegub kencang.

"Bawa aku pergi, aku tidak mau di sini ...."

Willona mendongak, menatap penuh kerapuhan pada kedua pasang mata elang yang kini juga menatapnya. "Kumohon," sambungnya.

Kenan semakin tak berdaya dengan kalimat yang keluar dari mulut sekretarisnya. Kini suara lantang bergema di toilet megah yang bernuansa hitam dan abu-abu.

"Keluar kalian, urus pria itu. Jangan lepaskan, sampai dia merasakan, apa yang dirasakan istriku!"

"Baik, Tuan Kenan," ucap salah satu pemimpin dari beberapa anak buah Kenan yang selalu menjadi bayangan hitam pria gagah tersebut.

"Pak Kenan, Anda tidak bisa melakukan ini padaku! Kita sekarang satu keluarga!"