7 Jam malam

Tik..tok..tik..tok  jarum jam terus berputar.

Aku menatap jam yang menempel di dinding atas meja kerjaku, jarum jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Akan Tetapi pekerjaanku tak kunjung selesai juga.

" Hoam…." Menguap dengan menutup mulut.

"Semangat Lembur !! udah sepi banget pula..apa aku bawa pulang aja ya berkas-berkas ini, aku selesaikan dirumah saja. Besok kan harus kirim file ke staf keuangan" Gumamku yang sedang memijit perlahan pundak dan leherku yang terasa pegal.

Ku tengok kanan kiri dan sekelilingku terasa sunyi. Suasana dilantai tiga terasa mencekam, hanya ada aku dan karyawan dipojok lumayan jauh dari mejaku. Tiba tiba…

"kreek…." Terdengar suara pintu.

Aku yang mulai berpikiran horor, sedikit merinding. Firasatku mulai tidak enak. Kuangkat pantatku dari kursi, dan melangkahkan kaki berjalan melihat asal suara tadi. Kesana kemari, aku memastikan kalau keadaan baik baik saja. 

Aku tidak menemukan siapapun di sekitarku. Tidak ada pula pintu terbuka seperti yang aku dengar tadi. Aku berlari kembali ke mejaku.

"Ah, sudahlah mungkin OB yang ingin membersihkan ruangan bos".

Saat aku fokus menghadap komputer dan tanganku bermain di atas keyboard, tiba tiba aku merasakan ada tangan yang menghentak pundakku.

"Aaaaaaaa…ampuun aku mohon jangan ganggu saya pak, buk, mbah .saya orang baru dikantor ini" aku sangat ketakutan sehingga berteriak histeris dan menutup mataku dengan telapak tangan.

"Ssssst..eh..eh vir" aku tidak berani menengok ke belakang setelah terdengar suara  laki laki yang tidak asing dibelakangku. 

"Ka..ka..kamu siapa ?" Masih menutup wajahku.

"Hey,, aku Frans. Kamu kenapa ketakutan seperti itu ?" 

"Hah,, pak Frans ? "Perlahan lahan ku buka mataku dan menengok ke belakang. 

Saking ketakutannya, secara reflek Aku berdiri langsung memeluk lelaki bertubuh gagah, berkulit putih, berwajah tampan dan memakai jas biru dongker di hadapanku.

Setelah beberapa detik aku memeluknya, aku tersadar langsung menarik tubuhku dari pelukan pak Frans. "Eh…eh maaf pak saya reflek tadi. Saya kira penunggu disini menggangku saya" tertunduk malu. 

"Saya mengerti kamu ketakutan kan sendirian disini" senyum merona diwajah bos ganteng itu. 

"Iya pak, kantor udah sepi banget, namun kerjaan saya ini belun kelar juga." menunjukan tumpukan berkas berkas dimeja. 

"Udah diselesaikan besok saja, nanti saya konfirmasi dengan staf untuk kasih dispen didline nya. Sekarang kamu saya antar pulang ya, udah malam  gak baik kalau wanita pulang sendiri " tawar Pak Frans untuk mengantarku pulang 

"Ta..ta..tapi..pak, " . 

"Sssttt….udah gak boleh nolak, saya antar kamu pulang saja. Motor kamu ditinggal disini saja. Ada satpam yang berjaga sift malam disini. Nanti kalau ada apa-apa dijalan, saya yang repot bertanggung jawab." jari telunjuk pak frans menutup mulutku. 

"Yasudah pak saya beberes dulu." jawabku lirih.

Aku dan Frans berjalan beriringan  menuju lantai dasar. Saat di lobi kantor, aku di minta untuk mennggunya di depan lobi, sedangkan pak bosku sedang mengambil mobil di parkiran yang jaraknya lumayan dari lobi. 

"Sudah kamu tunggu disini saja, aku ambil mobil sebentar." Ucapnya.

Aku menunggu Frans entah kenapa cukup lama mengambil mobil saja. saat aku berdiri di depan lobi, Dimas salah satu spv dikantor ini yang sempat berkenalan denganku di dekat toilet tadi, menghampiriku dengan motor gagahnya "Eh,mbak Vira kenapa berdiri disini sendiri? Nunggu siapa ? Nunggu jemputan pacarnya ya hehe." Tanya laki laki berbadan isi, berkemeja putih dan rambut klimis ini kepadaku dengan ke sok tahu nya.

"Emm tidak pak " jawab singkatku

"Yaudah ayo kalau begitu biar saya antar pulang." Tawar laki laki didepanku.

"Ehm, terimakasih atas tawarannya pak, saya menunggu pak Frans, yang sedang ambil mobil di parkiran." Jawabku sembari menunjuk ke arah parkiran

"Yaudah kalau begitu saya duluan ya ." 

"Frans lagi...Frans lagi..." Gerutu Dimas dalam hati. Dengan raut wajah yang kesal, Dimas mengegas motornya langsung meninggalkan tempatku berdiri.

Ngeeng ...

"Aneh issh." batinku 

****

Sorotan tajam lampu mobil exspander dari arah utara, dan berhenti didepanku. tin..tin..tin mengklakson berkali-kali. Aku bingung celingukan. Entah siapa yang punya mobil ini. "apa ini pak Frans ya ?, tapi kok mobilnya beda ." tanyaku dalam hati.

Kaca mobil putih gagah itu pun terbuka "eh ayo masuk, kenapa berdiri disitu saja!!." Teriak Frans dari dalam mobil. Ternyata Frans mengganti mobilnya, dia tidak menggunakan mobil sedan seperti biasanya. Karena mobil kesayangannya dibawa supir untuk service di bengkel.

Saat didalam mobil aku mencoba membuka obrolan agar perjalanan kami dari kantor ke rumahku yang memakan waktu 1jam tidak membosankan. " Oh ya pak, besok bapak berangkat ke luar kotanya dengan jesica jam berapa ?" Tanyaku membuyarkan lamunan Frans yang sedang fokus mengendalikan setir mobil.

"Hmm..kok manggilnya pak lagi sih !" protesnya.

"Emm..iya maaf mas." jawabku lirih.

"iYa, saya besok dengan temanmu jesica itu berangkatnya dari kantor jam 10 diantar supir kantor. Kenapa?. 

"Ah nggak mas, cuman tanya saja. saya kira pakai kendaraan umum pesawat atau kereta gitu." 

***

Perjalanan ke rumah, Kami melewati Jalan Ahmad Yani, dimana banyak pedagang kaki lima buka lapak di pinggir trotoar. Banyak sekali penjual makanan seperti pedagang siomay dan batagor, bakso dan mie ayam, martabak, penyetan dan masih banyak lagi. Untuk para pembeli yang makan di tempat, mereka menggelar tikar dan ada juga meja di atas trotoar tersebut.

Jalanan sekitar sini memang terkenal ramai akan pusat makanannya. Terlebih jam malam merupakan jam pulang kantor. para pekerja yang selepas kantor mencari makan malam, atau hanya sekedar nongkrong untuk ngopi anak muda dipinggiran jalan Ahmad Yani. 

"Kruuk..kruuuk." tiba-tiba terdengar suara perutku yang menandakan aku sudah lapar.

"Kamu lapar ya, gimana kalau kita berhenti dulu cari makan disekitar sini." Tawar Frans kepadaku.

"Ah, ndak usah mas, biar saya makan dirumah saja bersama ayah. Aku menolak ajakan makan dipinggir jalan bersama Frans karena mengingat ayahku yang makan sendiri dirumah. 

"Yasudah kita beli makanan saja, dibungkus, lalu kita makan dirumah, bersama ayah kamu. Gimana?."

"Baiklah mas"

"kamu mau makan apa ?" Mobil Frans berjalan perlahan lahan kami tengok kanan dan kiri.

"Terserah mas saja deh, saya ngikut.'' jawabku.

Akhirnya Frans memberhentikan mobilnya didepan salah satu pedagang kaki lima langganan Frans ketika dia mencari makan malam diluar saat pulang kantor. Frans memarkirkan mobilnya di sebrang kiri pedagang chines food. "Orang kaya, doyan juga makan kaki lima. Biasanya kan makan makanan mewah hehe." Gumamku. 

"Kamu di mobil saja, biar aku yang turun membelikannya. Nanti menu disana aku foto dan send, kamu tinggal pilih saja sesukamu." Jelas Frans

"Iya mas".

Aku melihat dari dalam mobil. Frans menyebrang jalan raya yang pada malam itu sedang ramai sekali kendaraan berlalu lalang. Maka dari itu Fran melarangku untuk ikut turun bersamanya. Hampir 15 menit Frans bisa menyebrang ke pedagang chiness Food tersebut.

Aku menunggu Frans yang sedang membeli makanan dimobil. Karena Terasa jenuh aku memainkan handphoneku berniat untuk menghubungi Jesica. tiba-tiba, Tlilit…tlilit. panggilan telepon masuk dari ayahku. 

"Halo assalamualaikum yah." Jawabku

"Waalaikumsalam, Vira kamu sedang dimana nak? Jam segini kenapa belum pulang ?" Tanya lelaki separuh baya yang cemas akan anaknya. 

" Maaf yah, vira lupa kasih kabar, tadi vira lembur dikantor, tapi ini sudah perjalanan pulang diantar bos vira. Ini sedang mengantri beli makanan buat makan malam kita. Pasti Ayah belum makan juga kan? " jelasku

" Oh, baiklah kalau kamu sudah mau pulang dan diantar bosmu juga. Ayah lega setidaknya kamu ada yang menjaga tidak pulang malam sendiri. Maaf ya nak, ayah khawatir. Iya sayang, ayah kebetulan juga belum makan malam."

"Yaudah ya yah, vira sedang menunggu mas Frans beli makanan." Aku segera mematikan teleponku karena ada pesan masuk dari Frans mengirim foto menu makanan yang harusku pilih. Aku membalas pesan tersebut dengan memesan capcay kuah untuku, sedangkan untuk ayahku, nasi goreng spesial. Ku memencet tombol berbentuk panah untuk mengirim balasan dariku.

Lumayan lama aku menunggu Frans membeli makanan untuk kita makan dirumah. Akhirnya dia kembali ke mobil setelah mendapatkan makanan yang kami pesan. Kami melanjutkan perjalanan kerumah.

"Tok..tok..tok assalamualaikum, ayah. Vira pulang." melepas sepatu sembari menunggu dibukanan pintu.

"Uhuk..uhuk..uhuk walaikumsalam." Terdengar dari dalam rumah suara ayah yang sesak, batuk dan terbata bata menjawab salam.

Kreek..(suara pintu terbuka )

"Ayah kenapa, ayah sakit ya?. vira antar ke dokter sekarang ya ?" vira cemas melihat ayahnya keluar membukakan pintu dengan wajah sedikit pucat, sambil menempelkan tangan di dahi ayahnya. 

"Tidak nak cuman kecapekan aja dengan pekerjaan di kantor. ayo silahkan masuk nak Frans"  mempersilahkan masuk frans yang sedang berdiri di muka pintu.

"Vira…ini makanannya" Frans memberikan kantong plastik berisi makanan yang dia beli pada saat perjalanan pulang.

"Oh iya mas terimakasih, vira siapkan dulu ya." Membawa makanan ke meja makan dan mempersiapkannya

Saat sedang menunggu aku mempersiapkan makanan, ayahku dan Frans berbincang di ruang tamu. Aku yang sedang sibuk menyiapkan makan untuk mereka, samar samar mendengar percakapan mereka. Tidak begitu jelas, intinya obrolan mereka tentang menikah. Entah apa yang ditanyakan ayahku pada Frans. 

Aku menghampiri mereka yang asik mengobrol. Sesaat mereka berhenti saat aku muncul di ruang tamu. "emm,,Ayah, mas Frans, makanannya sudah siap mari kita makan sama-sama. 

"Ayo nak Frans, mari kita ke ruang makan. kita makan dulu." ajak ayahku ke Frans.

"Baik om."

Ayah dan Frans beranjak dari sofa ruang tamu menuju ke ruang makan untuk makan bersama. 

" Wah ini sepertinya enak, chiness food kesukaan ayah" senyum bahagia ayah melihat makanan kesukaannya terhidang di meja makan. 

"Alhamdulillah kalau om suka. Saya awalnya takut kalau om tidak suka dengan makanan yang saya beli." Jawab Frans yang sedang melahap makanannya.

"Jadi kita bertiga ini penggemar chiness food hahah" tawa sumringahku ditengah perbincangan kami bertiga.

" Ayah kebelakang dulu ya, kalian lanjut makannya" pamit ayahku untuk pergi ke kamar mandi.

Glodak…Bruuuk

"Aduh…" terdengar suara benda jatuh dan orang kesakitan dari arah belakang

Aku yang mendengar suara tersebut panik, dan langsung lari menuju kebelakang. "Ayah !!!" 

*Besambung*

avataravatar
Next chapter