webnovel

Sekata - Kata

Mikemose · Fantasy
Not enough ratings
6 Chs

-Tak Terduga-

'Tok-tok' ketukan pintu terdengar keras. 'Assalamualaikum...,' berikut dengan suara salam. Terdengar seperti suara laki-laki. Berulang kali suara itu terdengar, dibiarkan semakin mengeras, juga belum berhenti padahal beberapa menit telah berlalu. Kemudian seseorang keluar dari balik pintu. Siapa lagi kalo bukan aku, sigadis tomboy paling pemberani di komplek Pintu Air Gia.

"Waalaikumsalam. Ada apa Junet?" Sambil menguap.

"Si emak mana?"

"Emak, Emak lagi nggak dirumah pergi ke rumah nenek. Iya, paling minggu depan udah balik lagi kerumah."

"Ohh gitu ya, gimana ya. Kamu sibuk nggak?"

"Gue, hmmm, kebetulan banget nih. Net,lu bantuin gue ya. Ngambil motor gue semalam, rusak jadi gue tinggal cafe."

"Hmm, iya udah deh. Sekarang ya?"

"Iya, tungguin ya gue siap-siap dulu. Awas lo sampe kemana-mana gue tampol lo," bergegas pergi meninggalkan Junet.

"Iya, huuuuft nggak papalah yang penting bisa jalan sama Gia. Ya elah, dari dulu tuh anak emang nggak berubah masih saja bangun siang. Jam segini baru bangun. Matahari tuh udah tinggi." Gumam Junet.

Sebenarnya Junet itu basa-basi saja nyari Ibunya Gia. Mentang-mentang hari minggu libur dia maksudnya ingin ngajak keluar liburan. Iya, paiing dekat pantai Pasir Padi, kalo pun jauh ya mainnya di Sungiliat, kan banyak pantainya dan indah-indah semua.

Wanita keren tomboy kayak aku nggak perlu banyak dandan. Yang penting enak dipandang, tutur kata sopan dan yang paling penting senyum menawan. Aku pun siap untuk pergi mengambil motor dan juga membawanya ke bengkel untuk diperbaiki.

"Net, buruan, Yak elah malah tidur. Wooi Net bangun."

"Iya, ada apa. Yuk," Kaget sedikit Junet membuka matanya dalam keadaan setengah sadar ia menaiki motornya. Berjalan pergi.

"Junet!, gue belom naik tahu."

"Ooowalah, ketinggalan. Ayoo."

Aku dan Junet pergi menuju cafe semalam untuk mengambil motor. Keluar dari halaman rumah menuju jalan setapak. Belok kiri jalan raya dan menuju tempat tujuan. Jalanan masih lengang tidak begitu ramai seperti hari biasa. Terhenti dilampu merah.

"Gia! Sama siapa tuh? Siapa laki-laki itu. Baru saja aku mau kerumah Gia. Eh, dia ada di lampu merah. Apa mungkin, mungkin ia mau ngambil motornya yang semalam rusak ya. Tertinggal dicafe. Aku ikutin ajalah," Galih bergumam sendiri dalam mobil. Melewati lampu merah berlawan arah dengan Gia. Akhirnya ia memutuskan untuk putar balik. Tujuannya sudah pasti ke cafe semalam.

Perasaan Galih tampak curiga ia telah sampai di cafe. Menunggu dalam mobil. Tak lama aku dan Junet datang menuju motor scoopy yang rusak. Dengan sigap Junet membawa motor scoopy yang rusak ke bengkel sedang aku menaiki motornya. Rupanya bengkel motor tidak terlalu jauh dari cafe itu berada. Karena kerusakannya cukup mengkhawatirkan motor tersebut perlu perbaikan khusus dan terpaksa Aku dan Junet menunggu.

"Gia, kayaknya motor lu bakal lama deh. Yuk kita makan."

"Ayuuklah.,"

Suasana hampir menjelang siang. Rumah makan terisi beberapa orang yang sedang kelaparan termasuk Aku dan Junet. 2 ayam bakar dan Jus buah tersaji di depan meja kami. Hidangan yang menggugah selera telah siap disantap berdua.

Galih melihat dari kejauhan perihal aku dan Junet. Ia tak dapat melakukan apapun, kecuali menonton acara mukbang aku dan Junet. Rasa gelisah, cemburu dan tak menyangka melihat pemandangan itu. Tampak mesra seperti orang yang asik pacaran.

"Apa begini akhir yang kuterima. Sungguh aku tak percaya Gia sudah punya pacar. Tidak-tidak mungkin saja laki-laki itu hanya temannya saja. Barangkali Gia minta bantuannya untuk membawa motornya ke bengkel saja. Tapi, kok pake acara makan-makan segala sih. Gia, kamu nggak pacaran kan? itu pasti bukan pacar kamu deh."gumam Galih yang masih di dalam mobilnya.`

Lama Galih memantau ternyata Gia dan Junet belum juga selesai menyantap makanannya. Sedapnya hidangan membuat obrolan mereka semakin asik kelihatan. Tawa Gia lepas manis bagai permen lolipop rasa stroberi sungguh yang terbaik. Tapi, sayang tawanya bukan untukku. Sebaiknya aku pergi. Melihat mereka mesra seperti itu terus-menerus membuatku membuka luka-luka lama yang belum sanggup kuperbaiki.

"Gia,  aku pergi ya. Semoga nanti kita dapat bertemu lagi." Ucap Galih sambil menjauh pergi dari tempat parkir.