webnovel

Sang Mantan

"Tik tik tik," suara hujan terdengar dari luar kost Fany, Elen da Cika.

            Pada saat itu Fany yang hendak keluar dari kost menuju sebuah toko buah, tiba-tiba saja harus kehujanan, karena sepeda motor yang Fany kendarai mati tiba-tiba di tengah jalan. Fany baru sadar bahwa dirinya lupa untuk mengisi bensin sepeda motornya. Alhasil, Fany memutuskan untuk menuntut sepeda motor itu menuju penjual bensin di depannya.

            Jaraknya terbilang lumayan jauh, Fany sempat berpikir untuk terdiam dan memilih untuk menunggu hujan reda. Tetapi percuma juga, pakaian Fany sudah basah kuyup. Karena hujan yang datang di saat siang hari saat matahari sangat terik dan tidak ada mendung. Bingung memang, terkadang alam saja lupa untuk memberi pertanda kapan datanganya hujan.

"Kenapa harus gue yang apes?" gerutu Fany.

            Dengan wajah kesal dan sedikit cemas, Fany terus mendorong sepeda motornya menuju penjual bensin terdekat. Ia seperti melihat sebuah toko yang menyediakan bensin, saat itu ia segera mendorong sepeda motornya dengan terburu-buru.

            Tepat di depan toko ia dengan segera mengambil bensin itu seraya memberitahu pemilik toko bahwa dirinya hendak membeli bensin. Naasnya, tangan Fany yang tidak terlalu panjang didului oleh tangan seseorang.

Dengan kesal Fany berteriak, "Itu bensin gue."

            Fany menoleh ke sebelahnya dan melihat seorang laki-laki dengan postur tubuh seperti Aldo. Laki-laki itu menggunakan helm di kepalanya, jadi Fany tidak bisa mengenalinya secara jelas. Saat laki-laki itu menoleh dan melihat kepada Fany, Fany mencoba melihat bola mata seorang laki-laki yang sepertinya tengah merekah.

"Aldo? Itu bensin gue," ujar Fany.

            Fany terkejut ketika mengetahui ternyata Aldo adalah orang yangs udah mengambil bensin satu-satunya di toko itu. Apa lagi hujan yang semakin lama semakin deras, Fany takut bahwa ia masih harus mendorong sepeda motornya ke tempat yang lebih jauh lagi dalam kondisi hujan dan pakainnya yang sudah basah.

"Ini bensin gue, karena sekarang bensin ini ada di tangan gue," ucap Aldo.

            Mendengar ucapan Aldo, Fany geram. Sontak saja, sifat egois dan tidak mau mengalahnya keluar. Dengan paksa Fany menaroik botol bensin itu dari tangan Aldo sementara tangan Aldo masih menggengga erat botol bensin itu. Fany dengan sekuat tenaga merebut botol bensin itu.

"Punya gue," ucap Fany.

"Gue!" ucap Aldo.

            Tidak ada yang mau mengalah dari Aldo dan Fany, keduanya masih kekeh dengan ego mereka yang menganggap bahwa satu-satunya bensin yang ada di toko itu adalah milik mereka. Melihat Fany dan Aldo yang sedang bertengkar hanya karena masalah bensin, seseorang keluar dari dalam tokonya dan ikut melerai pertengakaran antara Fany dan Aldo.

            Bahkan pemilik toko itu bingung sendiri, kenapa mereka bisa bertengkar hanya karena masalah sebotol bensin? Kemudian, si pemilik toko memberitahu bahwa di toko sebelah masih ada bensin, jadi tidak perlu bertengkar hanya karena masalah bensin saja.

            Keduanya tidak memperdulikan ucapan si pemilik toko. Alhasil, Fany dan Aldo masih melanjutkan pertengkaran mereka. Tanpa adanya niat untuk mengalah dari salah staunya. Akhirnya, mereka melanjutkan perebutan sebotol bensin itu.

"Prakkkkk!" suara botol bensin itu terjatuh.

            Terlihat sebotol bensin itu terjatuh dari genggaman tangan Aldo dan tidak ada yang tersisa. Hal ini dilihat oleh si pemilik toko. Melihat dan mengetahui hal itu, si pemilik toko mengatakan seandainya mereka tidak memiliki sikap kekanak-kanakan bisa saja bensin yang hanya tinggal satu botol itu dibagi dua, jika memang tidak ada yang ingin mengalah.

"Ini semua karena lo!" celetuk Aldo.

Fany tidak terima saat Aldo menyalahkan dirinya.

"Eh ini semua itu gara-gara lo! Kalau saja lo mau mengalah, semuanya gak akan seperti ini," ucap Fany.

            Aldo merasa bahwa Fany yang tidak dewasa dalam setiap hal yang sudah mereka lalui, termasuk salah satunya saat ini. Bahkan ketika Fany dan Aldo tidak memiliki hubungan lagi, kemudian mereka dipertemukan, Fany tetap tidak bisa bersikap dewasa, dan terus saja ingin dimengerti sementara dirinya tidak bisa untuk mengerti orang lain.

            Berawal dari pertengkaran akibat sebotol bensin, akhirnya pertengkaran itu disambung dnegan pembicaraan perselingkuhan yang telah dilakukan oleh Aldo. Pada saat itu Fany tudak terima, karena menurut Aldo, Fany bisa untuk intropeksi diri.

            Saat mengetahui Aldo yang berselingkuh, itu artinya Fany harus intropeksi diri dan mencari apa yang perlu diperbaikai dari sifatnya selama menjalani hubungan bersama dengan Aldo. Namun, dalam perkara ini yang terjadi malah kebalikannya, Fany malah membiarkan Aldo dan tidak mau intropeksi diri. Sedangkan di saat Aldo sudah menemui orang yang dapat memberikan kebahagiaan Fany malah marah.

            Saat mendengar pemaparan yang Aldo sampaikan, Fany kembali tidak terima. Ia memberitahu bahwa harusnya Aldo bisa untuk mengatakan apa yang tidak dirinya sukai dari Fany dan membantu Fany untuk memperbaikinya, bukan mencari yang lebih dari Fany hanya untuk menghindari Fany dan mendapatkan kebahagaiaan dari yang lainnya.

"Apa itu yang dinamakan laki-laki sejati?" tanya Fany.

            Saat Fany dan Aldo mengatakan kekesalan satu sama lainnya. Maka, saat itulah si pemikik toko paham bahwa semuanya ini terjadi karena cerita di masa lalu mereka yang belum usai. Mungkin hubungannya telah usai tetapi kenangannya selalu diingat.

"Sudah, selesaikan masalah kalian. Putus bukannya makin waras ini malah makin gila!" ucap si pemilik toko.

            Si pemilik toko langsung kembali ke dalam tokonya dan tidak peduli dnegan perdebatan yang dilakukan oleh Fany dan Aldo. Saat itu, Fany langsung mendorong sepeda motornya dan meninggalkan Fany. Melihat Aldo yang pergi begitu saja ketika Fany belum selesai berbicara, dari situ Fany sangat yakin bahwa keputusannya untuk berpisah dan mengakhiri hubungan dnegan Aldo adalah keputusan yang tepat.

            Keduanya berjalan dengan jarak yang sedikit jauh seraya mendorong sepeda morornya masing-masing. Di bawah terik matahari dengan hujan yang semakin lama semakin reda. Keduanya terus saja mendorong sepeda motornya. Sampai akhirnya, mereka menemukan sebuah pombensin, Fany sengaja mengambil jarak antara dirinya dengan Aldo.

            Ia tidak ingin ada orang lain yang melihat dirinya bersama dengan Aldo walaupun mereka memamg tidak sengaja dipertemukan. Setelah menunggu giliran untuk mengisi bensin saat ini waktunya Fany untuk mengisi.

            Setelah itu, Fany pergi dari tempat itu, ia melajukan sepeda motornya ke kost. Terlihat Aldo yang pada saat itu ada di hadapannya, Fany melihat punggung Aldo dan melihat jok belakang sepeda motor Aldo yang dulu adalah tempat Fany duduk seraya memeluk Aldo saat hendak pergi berkencan.

            Tidak boleh munafik memang, kenanagan indah dan masin masih menyelimuti pikiran Fany. Sampai akhirnya Fany melihat Aldo yang berhenti di pinggir jalan raya, da nada seorang perempuan yang naik mengisi jok belakang sepeda motor Aldo yang sebelumnya kosong.

"Apa dia pelakornya?" tanya Fany.