webnovel

Gladis Diculik

Anak buahnya terkulai lemas di depan pintu gudang dengan kondisi yang memprihatinkan. Baron begitu terkejut melihat itu dan menggerakkan semua anak buahnya untuk mengejar Daniel dan rekan perempuannya tadi. Tak disangkanya bila Daniel sudah menyiapkan sebuah rencana agar lari dari genggamannya dan merekam semua perlakuan Baron yang telah menggurungnya hingga dia menjadi incaran polisi.

"Sial!! Daniel, kau selalu saja menyudutkanku," umpat Baron mengepalkan jemarinya sambil menyuruh anak buahnya untuk pergi dari tempat itu.

Di perjalanan, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan tertera berderet angka di layar ponselnya. Awalnya Baron tidak memperdulikan panggilan masuk itu, namun karena ada pesan masuk yang membuatnya sedikit tercengang dan tertegun. Pria itu langsung menelpon balik.

["Dasar Detektive sialan! Berani sekali kau menggumbar berita bohong tentangku,"] teriak Baron sangat kesal.

"Ini kesalahanmu Baron karena kau telah mempermainkan kepercayaanku dan tidak mau diajak kompromi dengan baik."

["Lihat saja, aku tak akan melepaskanmu Daniel,"]

Tuttt.. Tutt...

Pria separuh baya itu langsung menutup teleponnya dengan kasar dan meminta sopirnya segera menghilang dari tempat tersebut.

***

Daniel sudah meminta bantuan rekan kerjanya yang bekerja di bagian informasi Badan kepolisian nasional dan telah melacak di mana keberadaan Baron. Pria itu tersenyum sumringah dan cepat menuju lokasi yang telah mereka temukan.

Gladis dan Daniel serta Boy langsung tancap gas ke lokasi Baron berada sedangkan Reno dan beberapa anggota polisi lainnya mengikuti dari belakang bilamana si Baron itu mengalihkan umpan. Menempuh jarak kurang lebih hampir setengah jam akhirnya mereka tiba di sebuah pelabuhan kapal sepertinya Baron berniat ingin melarikan diri. Namun sayang, Daniel sudah memasang semua alat pelacak di kendaraan Baron beserta anak buahnya.

Mengingat pria itu sangatlah cerdik dan teliti sekali membuat Daniel harus merencanakan sesuatu yang lebih matang lagi untuk menghadapinya. Entah kenapa malam itu, Daniel terus menatap Gladis yang sedang tidak tenang sejak tadi sehingga Daniel yang duduk di sebelahnya langsung menanyakan hal itu.

"Dis, apakah kau baik-baik saja?"

Gladis langsung menoleh ke arah Daniel dan menceritakan kekhawatirannya saat itu, tetapi Daniel terus menggubrisnya bahwa itu hanya perasaan Gladis saja. Melihat ketua The one tidak percaya dengan kata-katanya Gladis langsung menujukkan tatapan memelas.

"Apakah aku terlalu ketakutan jadi menimbulkan rasa khawatir yang seperti ini! Arrrgh, apa yang dikatakan Daniel benar," ucapnya tak terlalu memikirkan hal itu lagi.

Berjalan mengikuti Daniel dan yang lainnya. Gladis terus menoleh ke belakang bilamana saja ada orang yang mengikuti mereka. Sampai di lokasi Baron berada ternyata di kapal tersebut tidak ada siapa pun. Boy juga memberitahu bahwa semua kapal di sana kosong.

"Apa jangan-jangan!" Gladis langsung mendekati Daniel dan membisikkan sesuatu pada pria itu.

"Mundur dan jaga jarak!" teriak Daniel setelah mengetahui bahwa ada sebuah bom yang dipasang di sisi kapal yang mereka naiki.

Berutungnya saat itu mereka membawa anggota pasukan khusus dan langsung meredam bom tersebut dengan perlahan sedangkan Daniel dan Boy terus mencari di sekitar pelabuhan bila saja ada petunjuk. Sedangkan Gladis duduk di sisi perahu sambil menunggu anggota swat mematikan bom tersebut.

Namun, siapa sangka di saat bersamaan Gladis menyentuh sebuah peti yang terbuat dari kayu dan memiliki nama merk sama dengan yang pernah mereka temukan di sebuah gudang waktu penculikan anak.

"Bukankah ini," ucap Gladis langsung beranjak dari duduknya dan mengambil ponselnya lalu menelpon Daniel untuk memberitahu hal itu.

Gladis memotret nama merk tersebut dan memeriksanya jikalau saja ada sesuatu yang bisa ditemukan. Namun, tidak ada apa pun. Ia langsung keluar dari kapal dan berdiri di sudut dinding gudang pelabuhan. Entah kenapa mereka merasa aneh dengan gudang tersebut, seolah ia mendengar sesuatu hal yakni suara seseorang dari dalam gudang.

"Mungkinkah aku hanya salah mendengar saja." Gladis semakin menghampiri gudang dan berusaha menyentuh knop pintu gudang dan mengintip dari jendela kaca.

Langkahnya terhenti tatkala melihat seseorang lewat dari dalam gudang, hal itu semakin membuatnya untuk segera mendekati pintu, tetapi sayangnya pintu tersebut terkunci. Ia meminta bantuan salah satu polisi yang tinggal bersamanya untuk membuka pintu tersebut.

Brakkk!!

Polisi itu membuka paksa pintu gudang tersebut sambil memegang pistol di tangannya menoleh ke kiri dan kanan kalau saja ada orang di dalam gudang itu. Di saat pria itu lengah, seseorang menendang pistol polisi tersebut hingga jatuh ke lantai. Dugaan Gladis benar bahwa di dalam gudang memang ada orang, dua orang pria memukuli polisi tersebut hingga babak belur.

Gladis menarik pelatuknya untuk menolong polisi pria tadi dan perkelahian mereka dimulai. Dengan sigap Gladis ikut memukuli dua pria itu sampai babak belur dan dua orang iru terkulai lemas. "Siapa anda sebenarnya?" tanya Gladis sembari menarik tangan pria itu.

Tidak menjawab pertanyaannya membuat Gladis tambah kesal, "Haruskah aku membunuh kalian agar kalian bisa mengatakan siapa kalian sebenarnya?" tanya Gladis terus memilintir tangan pria itu hingga membuatnya merintih kesakitan.

Bukk!!

Seseorang dari belakang langsung memukul punggung Gladis dan membuatnya jatuh ke lantai sedangkan polisi yang berniat menolong Gladis pun dipukuli hingga pingsan.

"Ayo, segera tinggalkan tempat ini sekarang dan bawa gadis ini!" titah seorang pria yang tak lain adalah Baron.

Tiga anak buahnya membopong tubuh Gladis dan segera angkat kaki dari tempat tersebut. Sedangkan Daniel dan Boy baru saja sampai di gudang dan mendapati satu polisi terluka parah, melihat Gladis tidak ada bersamanya membuat Daniel langsung bertanya, "Di mana Gladis? Bukankah aku menyuruhmu untuk menjaganya?"

"Maafkan saya, Pak. Seseorang membawanya," balasnya terbata-bata dan langsung pingsan.

"Apa? Sial!!" teriak Daniel dengan sangat marah.

Boy langsung menelpon Reno dan memberitahu bahwa Gladis diculik. Daniel meminyq Boy untuk memeriksa cctv di sekitar gudang, dia langsung menelusuri pelabuhan itu bila saja Baron masoh ada di sana. Mencari dan terus mencari namun Gladis tidak ditemukan.

["Sha, tolong cari di mana keberadaan Gladis sekarang!"] teriak Daniel sambil memegang ponselnya.

Dengan nafas terengah-engah Daniel kalang kabut karena membiarakn Galdis dalam bahaya padahal lukanya belum sembuh benar. "Bagaimana bisa aku membiarkannya tidakikut bersamaku padahal aku tidak ingin dia mengejar penjahat, Namun, ternyata saat ini aku membiarkan nyawanya dalam bahaya."

Daniel menendang pintu yang ada di depannya hingga membuat anak buahnya ternyalang kaget. Mengatur ritme nafasnya yang maosh memburu membuat Daniel tak kuasa lagi menahan amarahnya. "Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya sambil menggertakkan giginya.

Tak lama ponselnya berdering dengan sigap Daniel langsung merogoh saku celananya dan matanya terbelalak kaget melihat nama yang tertera diayar ponselnya.