webnovel

Berhenti Sementara

Namun sayangnya di saat ingin melihat mayat Baron seseorang menyentuh pundaknya pelan dan bertanya, "Dis, Pak Daniel memanggilmu," ucap suara khas yang amat dikenalnya ya itu adalah suara Boy.

"Oh baiklah." Kanza bergegas memuyar tubuhnya kembali dengan rasa penasaran yang masih mengusik pikirannya membuat Gladis begitu tidak fokus dengan pertanyaan dari sang atasan.

Melambaikan tangan ke arah Kanza membuat Daniel mengerutkan dahinya karena gadis itu masih tetap diposisinya dengan lamunan panjang. Berulang kali pria itu memanggil Galdis namun gadis itu tetap saja termenung. "Hey, apa yang sedang kau lamunkan, Dis?" tanya Daniel sekali lagi sembari memegang pundaknya.

"Oh, aku sedang memikirkan sesuatu, Pak," balas Gladis sambil melirik kepada pria di depannya.

"Sesuatu! Apa maksudmu hadis menarik nafas pendek nya lalu memberitahu dia benar-benar tidak yakin bila Baron dinyatakan meninggal secrpat itu karena beredar kabar burung yang didengarnya, Baron adalah mafia yang terkenal begitu kuat dan tangguh tidak mungkin dengan mudah satu tembakan bisa langsung menewaskannya.

Sejujurnya hal yang sama pun ada di benak Daniel, tetapi melihat dokter yang memeriksa Baron adalah dokter kepercayaan polisi yang tidak mungkin akan berbuat sesuatu yang menyimpang jadi dengan sangat yakin sekali Daniel langsung meminta Gladis untuk tidak memikirkan sesuatu yang sudah nyata dan terbukti bahwa Baron telah tiada. Setelah melihat proses pemakaman Baron, Gladis duduk di dalam mobil seraya berpangku tangan menatapi pemakaman pria yang bernama Baron itu.

"aku berharap sekali, kami bisasedikit informasi dari Baron, tetapi ternyata pria itu tewas! Bagaimana bisa sudah dua kali saksi tewas begitu saja. Bukankah itu sangat aneh?" pikirnya sambil terus mengedarkan kedua bola matanya malas.

Daniel berjalan mendekati teras luar kantor masuk ke dalam mobil karena mereka ingin melaporkan peristiwa ini kepada sang atasan. Namun, tidak disangka ketika sampai di kantor Kepolisian atasan malah memarahi Daniel habis-habisan. Bagaimana tidak, sudah kedua kalinya tersangka tewas di depan mereka. Hal itu membuat Kepala Kepolisian ingin berpikir ulang untuk melanjutkan misi anggota Tim The One mencari pelaku penculikan anak yang sampai saat ini belum juga ditemukan.

Merasa tidak terima dengan apa yang dikatakan Kepala Kepolisian, Gladis berjalan maju dan berkata, "Bapak tidak boleh seperti ini karena bukan hanya Pak Daniel yang ada di tim The one, tetapi kami bertiga pun ada di sana. Namun, apa salahnya Bapak memberikan kami kesempatan kedua kalinya agar bisa menemukan pelaku yang sesungguhnya! Bukankah kami telah mengirim semua bukti dari pekerjaan yang begitu melelahkan ini," tutur Galdis panjang lebar sembari menatap tajam ke arah pria di depannya.

"Lancang sekali lau bicara!" Kepala Kepolisian balik menatap tajam ke arah Gladis.

Daniel bersikap cepat dan menyuruh Galdis ntuk mundur ke belakang, sia tidak ingin Gladis pun ikut kena imbas kemarahan kepala Polisi yang terkenal sangat pemarah dan arogan itu.

"Baik, Pak," ucap Gladis berusaha mengalah, tetapi Daniel meminta Gladis untuk diam dan tidak berkomentar apapun lagi dan bahkan kepala kepolisia memarahi Daniel hingga anggota tim mereka untuk sementara, diberhentikan semenatra waktu.

Mau tidak mau, Daniel harus menuruti perintah dari kepala kepolisia. Dia tidak ingin dihukum lagi seperti dulu yang mengakibatkan kekasihnya tewas begitu tragis. Berjalan ke luar dari kantor Kepolisian. Menghempaskan pantatnya di atas kuris deoan teras dan terus menghela napas panjang Gladys, Boy, Reno mengikuti dari belakang mereka tidak berdaya apa dan hanya ikut menemani demi duduk memperhatikan gerak-gerik anggota timnya membuat Daniel tersenyum tipis dan tidak menyangka bila tiga orang itu begitu setia padanya.

Dia beranjak dari duduknya dan mengajak tiga orang itu untuk makan siang bersama. Reno yang menyetir mobil melaju ke restoran tempat biasa mereka berkumpul langsung menginjak rem dan memarkir mobilnya ketika sampai di restoran tersebut.

"Ayo, kita masuk dan pesan makanan yang kalian inginkan karena aku akan mentraktir kalian," ucap Daniel melirik ketika anggota timnya.

"Apa? Bapal benar-benar akan mentraktir kami?" tanya Reno begitu polosnya.

Dengan spontan Galdis langsung memukul pundak Reno karena merasa sebal pria itu tidak begitu peka apa yang sedang dirasakan Daniel saat ini.

"Kenapa kau memukulku?" tanya Reno tanpa wajah bersalah.

"Bagaimana aku tidak memukulmu? Kenapa juga kau bilang seperti itu kepada Pak Daniel? Apakah kau tahu saat ini dia begitu sedih karena kita telah gagal menguak kasus ini," terang Galdis merasa sebal.

Reno tertunduk dan merasa bersalah, akhirnya ia pun langsung minta maaf kepada Daniel atas sikapnya tadi, tetapi Daniel tak mempermasalahkan hal itu dan menyuruh ketika anggotanya untuk makan sepuasnya karena bagi Dani membuat orang lain bahagia bisa mengubah mood nya Mereka pun menyantap makan siang dengan aneka lauk yang yang tertata di atas meja.

Boy terus menatap Daniel, dia yang begitu mengenal kepribadian Daniel merasa iba dengan apa yang menimpa timnya hari ini. Bagaimana tidak mereka sudah berusaha begitu keras mengejar Baron sampai ke pelabuhan, tetapi pria itu malah tewas di depan mata mereka bahkan baru ada saksi kunci yanh ditemukan dari penculikan anak beberapa waktu yang lalu. Setengah perjalanan mereka terhambat karena kematian Baron dan akhirnya Kepala Kepolisian langsung menghentikan anggota tim mereka untuk tidak bergerak lagi alias diskor.

"Apa Bapak yakin akan berhenti sampai di sini?" tanya Gladis sambil mengunyak makanannya.

"Bagaimana kita tidak berhenti bila kepala kemudian telah menyuruh kita untuk berhenti, aku bisa apa?" jawab Daniel seraya tertunduk lemah.

Mendengar hal itu, Gladis ikut tertunduk sambil menghela nafas panjang. Ia tidak menyangka bila pria yang begitu dikaguminya yang begitu semangat beberapa tahun lalu kini sudah begitu lemah dan tidak ada semangat untuk menggali lebih dalam masalah ini meski Kepala Kepolisian melarang mereka ingat kejadian beberapa tahun membuat Gladis mengepalkan kedua jemarinya, amarahnya mulai memuncak karena gadis itu juga sedang mencari tahu siapa orang yang telah menewaskan kedua orang tuanya.

Hal yang sama pun dirasakan oleh Daniel, dia adalah pria yang paling ingin menangkap tersangka. Baginya bila Baron masih hidup maka dengan mudah dia bisa mencari dalang yang telah membunuh kekasihnya beberapa tahun lalu.

"Tidak! Aku tidak bisa diam saja. Sebelum aku menemukan pelaku kejahatan yang telah menewaskan Dania, saat ini aku memang bukan lagi ketua tim The One. Namun, aku akan tetap melakukan penyelidikan sendiri," ucapnya dalam hati sambil terus meneguk minumannya.

Tak pernah terbayangkan olehnya, bila timnya akan distop sementara di saat dia mulai bersemangat tinggi mencari pwmbunuh yang berinisial RJ. Berulang kali Daniel mwncoba mengingat, apakah ada anggota musuhnya yang berinisial seperti itu, tetapi dia tidak mengingat apa pun karena Danile yakin dia tidak pernah lupa pada musuh-musuhnya.