1 Awal Tragedi

Ponsel Daniel kala malam itu, tiba-tiba saja berdering karena terlalu sibuk mencari pelaku pembunuhan anak di bawah umur yang dibantai layaknya binatang, Daniel tak menyadari ponselnya terus saja berdering. Bagaimana tidak mengabaikan ponselnya karena malam itu dia merasa geram disebabkan kasus yang ditanganinya dan dibawah kekuasaannya tidak menemukan titik terang.

Hampir satu bulan mengejar dan mencari pelaku, tetapi mereka selalu saja gagal menangkapnya, "Sial!! Apa yang harus aku lakukan lagi," ucapnya geram.

"Sabar, Pak! Kita pasti bisa menemukan pembunuh itu," ujar salah satu anak buahnya yang bernama Reno dan berusaha menenangkannya.

"Sebaiknya, Bapak angkat telepon Bapak dulu," ucapnya lagi menyadarkan Daniel karena sejak tadi ponsel tersebut berbunyi.

"Dania! Kenapa ia menelponku malam-malam begini?" ucap Daniel mengerutkan dahinya dan balik menelponnya.

Namun, siapa sangka teleponnya itu membuat Dania harus tewas di tangan seseorang pembunuh. Tidak dijawab sampai beberapa panggilan masuk dan berhenti ketika ponsel kekasihnya mati secara mendadak. Daniel bersikeras melacak tempat telepon Dania terakhir aktif.

Berlari menuju ke tempat yang tak jauh dari kejadian pembunuhan seorang gadis tadi, Daniel sangat terkejut sekali ketika temannya menelpon dan memberitahu kabar tentang kekasihnya itu. Mendengar kabar itu, Daniel langsung menuju ke tempat kejadian perkara, "TIDAK!!" teriak Daniel dengan sangat histeris.

Dia terduduk lemah sambil berurai air mata, wanita yang hendak dia lamar malam itu kini telah terbaring lemah tak lagi bernyawa dengan banyak tusukan di perut dan dadanya, bukan hanya itu saja bahkan dia harus menelan bulat-bulat, jika tubuh kekasihnya itu ditemukan dengan kondisi setengah telanjang.

"Siapa yang telah tega melakukan ini padamu, Dania?" ucap Daniel dengan sangat terpukul sekali.

Semua anggota mengumpulkan barang bukti dan memeriksa sebuah gang lorong yang begitu sepi, Reno berjalan menggelilingi gang tersebut dan tak bisa menemukan cctv yang terpasang di sana.

"Pak, kami tidak menemukan ponsel korban," ucap seorang polisi satunya lagi.

Mendengar anak buahnya tak bisa menemukan ponsel kekasihnya, Daniel langsung melepaskan pelukannya dan terus mencari di samping kiri dan kanan. Di mana posisi Dania terbaring lemah, tetapi mereka tak menemukan ponsel tersebut.

"Apakah ponsel tersebut diambil tersangka," ucap Daniel menduga.

Bukan hanya itu saja, mereka juga tak menemukan sepasang sepatu dan tas yang digunakan Dania, pria bertubuh tinggi, kekar itu menatap kekasihnya dengan sangat dalam dan melihat mulut Dania yang terbuka. Merasa sangat penasaran sekali, Daniel menyentuh bibir Dania dan matanya ternyalang kaget ketika melihat ada sebuah saputangan di dalam mulut kekasihnya itu.

"Kurang ajar sekali!" jerit Daniel histeris dan terus memeluk tubuh kekasihnya itu.

Berniat ingin mengenggam erat tangannya malah Daniel menemukan sebuah memo yang masih digengam erat oleh Dania. "Putri Salon, tempat sampah," ucap Daniel sambil membaca isi tulisan memo tersebut.

Dia tak terlalu menanggapi kertas kecil berwarna biru tersebut dan hanya sibuk memeluk kekasihnya, namun lertas tersebut tidak dibuangnya melainkan dimasukkan dalam saku celananya, Reno menyentuh pundak Daniel dengan pelan sambil membisikkan sesuatu hal yang membuat air matanya jatuh.

"Apa??" ucap Daniel seolah tak ingin percaya dengan kata-kata temannya itu.

"Cepat kalian kelilingi tempat ini dan temukan siapa yang telah membunuh Daniaku," bentaknya dengan intonasi marah seraya memerintah.

Tetapi sayangnya, mereka tak menemukan petunjuk sama sekali, "Apa yang harus kita katakan pada Pak Daniel, jika kita tidak menemukan apa pun!" seru seorang pria berseragam itu.

"Kita tetap harus mengatakan kejujuran, meski tak menemukan apa pun di tempat ini," balas polisi satunya lagi.

Reno berjalan mendekati mereka dan mencoba bertanya pada seorang yang baru saja lewat, "Apakah kalian melihat kejadian pembunuhan seorang gadis di depan gang itu?"

"Tidak! Kami baru saja pulang dari menutup toko dan tidak mendengar suara kegaduhan apa-apa," jawabnya dengan sangat serius.

"Bagaimana bisa, jarak yang begitu dekat seperti ini, mereka tidak tahu!" umpat Reno dengan sangat kesal.

Mereka bertiga berjalan lagi ke arah gang yang tembus ke sebuah sisi penginapan dan mencoba bertanya pada empunya penginapan tersebut dan menyodorkan sebuah foto Dania, tetapi pemilik penginapan tersebut tak berkomentar banyak dan pastinya dia tidak tahu apa yang terjadi diluar penginapan, katanya.

Tak mendapat informasi apa pun, Reno kembali ke tempat Daniel berada dan memberitahukan hal itu, "Aku pasti bisa menemukan pembunuh Dania dan akan menghukumnya dengan hukuman yang setimpal!" decak Daniel mulai gusar.

Tiba-tiba ponsel Reno berdering dan pria berkumis tipis itu langsung menggangkat sambungan teleponnya.

"Hallo," ucap Reno dengan suara khasnya.

["Hallo, Pak, saya dari polisi lalu lintas timur ingin memberitahukan bahwa ada sepasang suami istri yang menjadi korban pembunuhan.]

Di saat yang bersamaan juga ditemukan seorang polisi dan istrinya tewas di depan pintu rumah.

"Apa? Bagaimana bisa ada tiga pembunuhan sekaligus?" ucap Reno sambil melirik Daniel yang terus saja meratapi kekasihnya.

["Entahlah, Pak, kami juga sedang menyelidikinya."]

"Baiklah, aku akan datang ke sana," ucap Reno langsung mematikan sambungan telepon dan menghela nafas beratnya.

"Tiga orang sekaligus tewas di malam yang sama! Bukankah itu nampak aneh," gumamnya sambil menghampiri Daniel.

Selaku anak buah sekaligus sahabatnya, Reno berpamitan karena harus memeriksa tempat kejadian korban pembunuhan tadi, "Pergilah lebih dulu," ucap Daniel balik meliriknya

"Aku akan datang setelah ambulan tiba," ucap Daniel lagi.

"Baiklah, kalau begitu," jawab Reno menganggukan kepalanya.

Dengan berat hati, Reno langsung pergi berjalan kaki karena lokasi kejadian tidak jauh dari tempat itu. Separuh polisi mengikuti Reno dan separuhnya lagi bersama Daniel. Alangkah terkejutnya Reno ketika mendapati sepasang suami istri yang dibunuh secara kejam dengan kaki dan tangannya diikat lalu dipotong.

"Kejam sekali!" ucap Reno menutup matanya dan terus menggelengkan kepalanya.

Bukan hanya kaki dan tangan saja, tetapi pembunuh itu juga mengikat leher korban dengan sebuah ikat pinggang hingga membuat leher korban membiru dan membekas. Melihat itu membuat Reno tertegun salivanya dan bergidik merinding, mereka berjalan masuk, lalu memeriksa seisi rumah, jika saja bisa menemukan barang bukti, semakin memeriksa ke setiap ruangan semuan nampak sepi dan kosong. Tak ada satu pun orang yang ada di dalam rumah, tetapi melihat sebuah bingkai foto yang terpampang jelas di dinding ruang tamu, Reno mengerutkan dahinya dan berucap, "Dua pasangan suami istri itu memiliki seorang putri, tetapi di mana putrinya."

"Kami menemukan bahwa pasangan suami istri sempat mel--" Belum menyelesaikan perkataannya, Reno dikagetkan dengan kedatangan seseorang yang mengenakan seragam sekolah melangkah masuk ke dalam dengan buliran bening yang terus saja berjatuhan membasahi pipinya.

"Siapa anda?" tanya Reno menatap berang ke arah seseorang yang tengah berdiri di depannya.

avataravatar
Next chapter