webnovel

Chapter 2 : Awal Dari Sebuah Tekad - Part 1

Aku mengambil jalan yang berlawanan dengan Belric.

Sepertinya aku punya cukup waktu untuk mengunjungi bangunan yang ada di depanku ini.

Yup, bangunan ini...

Serikat Petualang.

Mendengar dari namanya disana pasti ada beberapa manusia yang cukup kuat.

Tapi...

Ada yang aneh dengan bangunan ini.

Tampaknya bangunan ini diselimuti sesuatu yang aneh.

Sihir?

Apa semua bangunan serikat petualang seperti ini? aku tidak begitu yakin, didalamnya pasti ada seseorang yang kuat.

Untuk saat ini aku tidak mempunyai "mana" sama sekali oleh karena itu aku harus waspada terhadap orang yang bisa melakukan hal semacam ini.

Setelah meyakinkan diri, aku masuk ke serikat petualang.

Mataku disuguhi dengan aroma pertarungan— tidak, ini adalah aroma pembantaian. Seseorang yang kuat menindas yang lemah.

Ini sangat-sangat mengagumkan

Ohh tidak! aku hampir saja akan terlibat dengan apa yang kulihat.

Aku harus tetap berhati-hati, aku hanya melihat lelaki itu, aku belum melihat orang yang menggunakan sihirnya. Jadi jangan sampai aku terlibat kedalamnya.

"Oi, apa kau mengerti? Manusia lemah sepertimu tidak pantas menjadi inquistor!"

Suara itu berasal dari petualang berbadan besar yang menutupi tubuhnya dengan armor sekelas mid – end

Dia menginjakkan kakinya di kepala inquisitor yang sedang telungkup.

Entah mungkin sebelumnya inquisitor itu telah dirobohkan sebelumnya.

"Tidak menjawab ya?"

Orang yang berbicara dengan arogan itu mungkin rekan satu timnya.

Orang arogan itu kemudian menendang inquisitor yang tertelungkup

Sorak sorai dari penonton memenuhi ruangan ini.

Setelah terdiam beberapa saat aku melanjutkan langkahku menuju meja resepsionis.

"Pak tua, aku ingin mendaftar"

Pak tua yang dibelakang meja respsionis itu mengabaikanku dan malah asik ikut bersorak. Dia tidak benar-benar tua, perawakannya hampir cukup ideal hanya saja banyak keriput diwajahnya yang membuat dia terlihat tua.

Oh ayolah aku sudah tahu hasil akhir dari kejadian ini. Inquisitor itu bisa membalikan keadaan dengan mudah jika dia menginginkannya. Seperti yang kupikirkan, ini adalah pembantaian sepihak tinggal menunggu waktu. Maksudku, lihat saja inquisitor itu, setelah dia dianiaya seperti itu wajahnya tidak mengeluarkan ekspresi sama sekali yang artinya semua tendangan yang ditujukan padanya seperti pijatan manja untuknya.

Apa manusia-manusia disini tidak mengerti tentang perbedaan kekuatan?

Akhirnya aku jadi mengerti sudut pandang orang lemah yang melawan terus melakukan perlawanan tanpa arti.

Dasar Bodoh!

"Oi pak tua!"

Aku mengeraskan suaraku.

"Ini! tusukkan jarum ini ke jarimu lalu teteskan darahmu ke kartu ini"

Pak tua itu memberikan jarum dan sesuatu yang mirip dengan pemberian Belric.

Aku melakukan apa yang diinstruksikan pak tua itu.

"Ini! aku sudah selesai"

Aku memberikan kartu itu ke paktua yang ada dibelakang meja resepsionis

"Taruh disini, aku akan memeriksanya nanti, sekarang diam dan perhatikan baik-baik petualang yang hebat ini"

Pak tua ini benar-benar memperlakukanku dengan kasar.

"Pak tua! Bagaimana kalau kita taruhan saja? Aku punya pedang mid – end dan sebagai gantinya kau pertaruhkan uangmu!"

Aku mencoba untuk menggoda pak tua ini dengan taruhan sambil mengeluarkan Detta dari sarung pedang dibelakang pinggangku.

"Hoo... semangat muda? Huh? Anak muda memang seringkali seceroboh ini. Tapi kali ini kamu salah dalam menentukan pilihanmu, lihatlah perbedaan fisik petualang itu dengan inquistor yang terinjak itu. kau tidak mengerti sama sekali ya bocah?"

Pak tua itu mengejek seperti dia tahu siapa yang akan menang. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini.

"Apa kau takut kalah pak tua?"

Aku melempar bait padanya, semoga dia memakan umpanku

"Apa yang kau katakan bocah? Aku ikut dengan 500 Dinna. Jangan menyesali ini bocah hahaha"

Aku sungguh benci orang seperti dia. aku akan menaikkan taruhanku.

"500 Dinna? Itu terlalu sedikit bagaimana kalau ditambah dengan ini!"

Aku meletakkan sesuatu yang disebut kartu identitas pemberian dari Belric keatas meja resepsionis.

"Kau gila!"

"Aku tahu kau menyesal telah membuat taruhan denganku setelah kau menyadari situasinya. Tapi bocah macam apa kau ini? Sampai berani mempertaruhkan kebebasanmu?"

Pak tua itu terkejut dengan apa yang aku pertaruhkan. Jadi kartu ini benar-benar sangat berharga ya? Yah siapa sangka benda sekecil ini bisa sangat berharga. Tapi aku yakin dengan keputusan ini.

"Kau tidak perlu pertaruhkan kebebasanmu juga pak tua, kau hanya perlu menaikkan taruhannya? Dilihat dari manapun ini menguntungkan dirimu, coba pikirkan berapa harga dari budak yang menawarkan dirinya menjadi budak secara sukarela, ditambah aku adalah putra dari seorang pekerja keras yang populer didesa ini, aku juga pekerja keras sama seperti ayahku setidaknya aku pandai dalam pertarungan fisik"

Aku berbohong sedikit padanya. Oh ayolah setidaknya aku bisa mempermainkan ketamakan manusia bodoh ini.

"Cukup menarik, aku naikkan 2300 Dinna"

Pak tua itu meletakkan kantung koin yang berisikan 2800 Dinna keatas meja resepsionis. Kelihatannya itu adalah jumlah total dari semua uang yang dimiliki pak tua ini.

Setelah itu sorakan dari orang-orang yang menonton diruangan ini semakin mengeras dan ada sebagian dari mereka yang meneriakkan "Bunuh!" "Bunuh dia!" "Inquistor brengsek!" kelihatannya mereka membenci sekali Inquistor itu, aku tidak begitu peduli dengan itu.

Jika saja inquisitor itu orang biasa, siapapun pasti akan takut dengan apa yang terjadi sekarang ini, namun kelihatannya yang dia rasakan hanya seperti sedang dipijat manja disamping kerumunan lalat yang berisik.

Aku tidak menggunakan skill Appraisal ku karena memang aku tidak mempunyai "mana" sekarang ini. Tapi insting ku meyakini inquisitor itu bukan manusia lemah seperti orang-orang diruangan ini.

Waktu berlangsung cukup lama setelah aku membuat taruhan dengan pak tua itu. kemudian muncul dari lantai atas orang misterius yang memakai jubah putih dengan hiasan garis-garis berwarna emas, lebih mirip seperti pakaian para angel. Dia menuruni tangga.

"Nine, ayo kita pulang. Urusanku disini sudah selesai. Bersihkan semua hal yang menurutmu pantas dibersihkan jangan sisakan noda sedikitpun"

Orang misterius tersebut memerintahkan inquisitor dengan kata yang ambigu. Dia memanggil inquistor itu dengan sebutan "Nine"

Inquisitor tersebut dengan mudah mengangkat kaki petualang berbadan besar itu dengan satu tangannya kemudian dia berdiri dengan seolah tidak terjadi apa-apa. Ruangan ini dipenuhi dengan rasa terkejut.

"Dimengerti"

Tidak lama setelah dia menjawab orang itu kemudian terdengar suara "Splat Splat" itu cukup cepat semua orang diruangan ini tidak menyadari asal dari suara tersebut sampai akhirnya disusul dengan suara "gluduk" yang terdengar serentak.

Itu adalah suara dari tubuh yang jatuh kelantai. Tubuh itu milik petualang berbadan besar tadi dan rekannya. Karena lantai bangunan ini terbuat dari kayu jadi yang terdengar adalah suara "Gluduk". Ini menandakan akhir dari permainan. Itu artinya akulah pemenang dari taruhan yang kubuat sebelumnya dengan pak tua ini.

Setelah menyadari apa yang terjadi semua orang diruangan ini satu persatu memegangi mulut mereka. Sesuatu keluar dari mulut mereka dibarengi dengan suara "UUWWEEKK".

Reaksi semacam itu memang hal yang wajar untuk orang awam yang hanya punya sedikit pengalaman bertarung dilapangan. Mereka akan merasakan mual yang luar biasa ketika menyaksikan dengan jelas inquistor itu memukul kepala dari dua petualang tadi sampai pecah.

Tapi ini begitu menjijikan. Maksudku, vampire mana yang menyukai aroma darah yang telah terkontaminasi cairan aneh seperti ini.

Moodku jadi hancur gara-gara aroma darah yang telah terkontaminasi dengan bau dari cairan yang keluar dari mulut manusia-manusia bodoh.

"Pak tua, aku pemenangnya, jadi aku ambil uang ini"

Aku memasangkan Detta kembali ke belakang pinggangku, begitu juga kartu identitasku dan kantung yang berisikan 2800 Dinna yang sudah jadi milikku

Kemudian aku menunggu inquisitor dan orang misterius itu keluar.

Aku tidak ingin mencolok dihadapan siapapun selama "mana" ku belum kembali, itu sangat berbahaya.

"Aku pergi dulu pak tua! Lain kali aku akan datang kesini lagi untuk mendaftar menjadi petualang!"

Setelah mereka berdua keluar aku menyadari sesuatu. Sihir yang melapisi bangunan ini sudah hilang bersama kedua orang misterius itu. Aku pun bergegas keluar dari bangunan ini dan mencari Belric, mungkin dia masih ada di Bar Lucidsky.