15 Terima kasih Istriku

Panji melepas kepergian Felishia dengan tenang, ia bahkan mengucapkan terima kasih atas sambutan baiknya terhadap Melody.

"Sepertinya, dia wanita baik-baik. Aku harap setelah kalian menikah, bisa segera punya anak agar rasa bersalahku ke mama sedikit terobati," ucap Feli sebelum masuk ke mobilnya.

"Kamu ini, saya sama Mel akan ke Malang weekend ini, kamu ada acara kemana aja?" tanya Panji.

"Ke Medan, acara opening cabang sama Mama," jawab Feli kepada suaminya.

"Oke, kalau begitu, aman. Mama gak sendirian di rumah," kata Panji. Ia mempersilahkan Feli untuk kembali ke rumah setelah mengatakan akan mentransfer sejumlah uang kepadanya. Lalu, kembali ke dalam butik untuk menemui Melody kembali.

"Mbak Feli udah pulang?" tanya Melody ketika mendapati Panji masuk ke ruangan.

"Iya, jadi yang mana?" tanya Panji yang menyadari sepertinya Melody bingung memilih diantara dua dress yang masih ada di genggamannya.

"Semua bagus tapi harganya gak masuk akal," ucap Melody mengerucutkan bibirnya.

"Ya sudah, kita ambil keduanya saja daripada kamu bingung," ucap Panji enteng tanpa memikirkan berapa harga gaun tersebut.

"Satu saja, pemborosan namanya. Kan aku butuhnya cuma satu," kata Melody tak setuju dengan keputusan Panji.

"Baiklah terserah saja." Panji mengeluarkan kartu debitnya untuk membayar gaun beserta aksesoris yang sudah dipilihkan Hera untuk Melody.

"Besok ketemu dimana?" tanya Melody setelah menerima paper bag belanjaannya.

"Di rumah aja, mama udah siapkan masakan untuk kita dinner," jawab Panji. Ia mengajak Melody berpamitan kepada Hera sebelum meninggalkan butik tersebut.

"Baiklah, semoga tidak mengecewakan," ucap Melody yang masih mengkhawatirkan jika calon ibu mertuanya tidak menyukai dirinya.

Panji yang mengetahui kegelisahan Melody meraih jemari tangannya untuk menenangkan wanitanya. "Gak usah mikir aneh-aneh, sekarang kita pulang, kamu sudah lelah dan harus istirahat bukan?" Mereka sudah masuk ke dalam mobil dan kembali ke apartemen Melody.

Setelah mengantarkan Melody hingga ke unitnya, Panji pulang ke rumah untuk bertemu dengan istrinya. Felishia sendiri, ia sudah berada di kamarnya menunggu kedatangan suaminya.

"Belum tidur?" Panji yang baru saja masuk ke kamarnya dan mendapati istrinya masih sibuk dengan ponselnya.

"Belum, kan nungguin kamu datang, Mas." Feli yang malam ini memakai lingerie berwarna pink tampak manis.

"Aku mandi dulu ya, habis ini kita bicara," ucap Panji kepada istrinya. Lalu, masuk ke dalam kamar mandi. Tak lama kemudian, Panji yang sudah selesai mandi menghampiri istrinya yang sudah berbaring.

"Gimana hari ini?" tanya Felishia mempertanyakan kegiatan suaminya.

"Perusahaan lancar, tapi aku harus meminta pendapatmu mengenai Melody," ucap Panji sambil membelai rambut Felishia.

"Melody baik, tidak ada yang salah. Dia perempuan baik, aku hanya ingin dia melahirkan anak darimu, setidaknya mengobati kekecewaan Mama." Felishia tidak memungkiri jika Melody memiliki kriteria istri dan ibu idaman.

"Begitu saja?" tanya Panji memicingkan matanya bertanya lebih jauh.

"Apalagi, aku tidak keberatan. Kuakui dalam beberapa hal dia lebih baik dariku," kata Feli kepada suaminya.

"Ya sudah, artinya tidak ada yang membuatmu keberatan, Melody akan kubelikan rumah sendiri dan beberapa fasilitas lain. Apa kau keberatan?" tanya Panji kembali.

"Fasilitas apa?" tanya Feli lebih detail.

"Rumah, isinya dan mobil. Credit card serta tabungan seperti kamu, setidaknya untuk menjamin kehidupan anaknya nanti," ucap Panji menjelaskan.

"Baiklah, cukup itu, aku tidak keberatan." Feli memeluk lengan suaminya.

"Oke, aku ingin semua berjalan damai, tidak ada yang saling keberatan," kata Panji. Ia mengelus rambut panjang Feli yang sedikit basah. Kasih sayangnya kepada Feli tidak berubah. Ia hanya ingin wanita yang dicintainya bahagia dengan pilihannya walaupun ia kecewa dengan keputusan untuk tidak ingin memiliki anak.

"Iya, aku ngantuk. Bisakah kita tidur?" Feli dengan nada manjanya mengusel-usel lengan suaminya.

"Oke, kita tidur sekarang," kata Panji terbahak. Sudah lama ia tidak menikmati kemanjaan istrinya.

Keesokan harinya, Panji dan Felishia menghabiskan waktu bersama. Ia sudah berjanji, sebelum berangkat ke Malang dengan Melody, ia akan memanjakan istrinya.

"Sarapan apa?" Feli yang sudah rapi dan wangi menghampiri suaminya yang baru saja bangun dan masih menggeliat di atas tempat tidur.

"Sandwich boleh, tapi ingin sup. Kayaknya hujan-hujan gini enak," ucap Panji sambil menatap ke arah jendela. Udara pagi yang lebih dingin dari biasanya membuatnya malas untuk beranjak dari ranjangnya.

"Mau sarapan di kamar aja?" Feli yang datang dengan membawa teh madu untuk suaminya menawarkan.

"Gak usah, kita ke bawah aja, aku mandi sebentar," jawab Panji menerima ukuran cangkir teh dari istrinya, menghabiskan dalam beberapa tegukan ia bersiap untuk sarapan.

"Aku tunggu di bawah," kata Feli mengambil cangkir teh tersebut dan membawanya keluar kamar. Feli menghampiri Devina yang baru saja duduk di meja makan menunggunya dan Panji.

"Panji mana?" tanya Devina kepada menantunya.

"Sebentar lagi turun, Ma," jawan Feli sambil menuangkan teh madu untuk ibu mertuanya.

"Terima kasih, lalu bagaimana? Katanya semalam bertemu Melody?" tanya Devina.

"Iya, Ma. Gak ada masalah, aku rasa dia wanita baik-baik dan layak mengandung keturunan Kayana." Feli menatap ibu mertuanya sendu.

"Sudah,, kamu juga wanita baik. Sudah sejauh ini bersama anakku, terima kasih sudah bertahan," ucap Devina memeluk menantunya.

"Udah ah, Ma. Nanti Feli sedih-sedihan lagi," kata Feli melepas pelukannya.

"Yang penting kita sudah pastikan bahwa Melody wanita yang sepadan dengan Panji. Bukan soal kekayaan, mama hanya ingin keturunan Panji dilahirkan dari wanita berkualitas," ucap Devina.

"Iya, Ma. Feli paham maksudnya, lalu rencana selanjutnya bagaimana?" Feli ingin tahu rencana Devina ketika bertemu dengan Melody.

"Malam ini kan ketemu, kita lihat bagaimana. Dengar, pendidikan seorang anak harus dimulai sedini mungkin. Dan yang terbaik menurut mama ya cari ibunya dulu. Seperti apa wanita yang melahirkan anak Panji harus mama pastikan dari awal," ucap Devina kepada Feli.

"kayaknya seru, bahas apaan?" Panji yang sudah berpenampilan santai, kini duduk di sebelah istrinya.

"Malam ini, menu dinner Mama ada ambil salah satu dari restoran langganan. Melody harus coba Mas," kata Feli mengalihkan topik pembicaran.

"Oh, udah pesan ya. Apa aja lah Ma, toh cuma kita bertiga. Sayang jadi meeting sama Star Entertainment?" Panji bertanya kegiatan istrinya.

"Jadi, harga sudah deal. Tinggal tanda tangan kontrak siang ini mereka minta ketemu," jawa Felishia.

"Gak pakai baju compang-camping kan?" Panji memastikan pekerjaan yang istrinya ambil tidak 'menjual' tubuh indahnya.

"Gak ada, hanya pakai dress seksi seperti biasa, masih terbilang sopan," jawab Feli yakin. Karena ia sendiri sudah berjanji kepada Devina untuk menyortir jenis pekerjaan yang akan diambilnya.

"Oke, tak masalah. Itu produk lokal?" tanya Panji lebih lanjut.

"Iya Mas, harganya premium karena kualitasnya juga udah disana," kata Feli menjelaskan.

"Oke, kita sarapan lengkap menunya," kata Panji memandang meja makan yang sudah berderet menu sarapan pagi.

"KIta nggak kompak, mama mau nasi goreng sama aku, dan mas mau sup sama sandwich. Jadi, kita buat semua," ucap Feli terbahak. Feli dan Panji sedang menikmati kebersamaan, mereka, menikmati sarapan sambil mengenang masa muda keduanya yang penuh gejolak asmara. Sementara itu, Melody sedang bergulat dengan masa lalunya, pria yang menorehkan kekecewaan masih gigih mengejarnya demi sesuatu yang ia ingin dapatkan dari Melody.

avataravatar
Next chapter