webnovel

Dinner Special

Jam kerja hari ini berakhir sudah, Melody berpamitan kepada Desi yang masih berkutat di depan layar komputer di ruangannya.

"Teh, balik dulu," pamit Melody yang sudah menenteng tas dan kunci mobilnya.

"Oke, sukses yah acara malam ini, kabari aku," jawab Desi.

Melody menjawabnya dengan mengarahkan dua jempolnya kepada Desi, wanita itu lalu melenggang keluar dari kantornya. Menyapa beberapa karyawan lain yang kebetulan berpapasan dengannya. Melody kembali ke apartemennya untuk bersiap menghadiri undangan makan malam bersama pemilik Kayana Group yang tersohor.

Setelah melewati beberapa kali kemacetan jalan raya, Melody sampai di apartemennya. Menyalakan AC dan segera membersihkan diri, ia hanya memiliki waktu sekitar 1 jam sebelum orang suruhan Panji datang menjemputnya.

"Maaf, Pak. Sudah lama ya nunggu nya?" Melody berlari kecil mendatangi mobil yang menjemputnya. Sopir tersebut hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ia baru saja sampai.

Perjalanan yang sebenarnya tidak terlalu lama terhambat oleh lampu merah, Melody cukup menyadari di kala ada acara di hari kerja, seperti inilah resiko yang harus ia tanggung. Terjebak kemacetan umum ibukota.

"Pak Panji sebentar lagi datang, Bu Melody silahkan tunggu di dalam saja," ucap salah satu pegawai restoran yang menyambut kedatangannya.

"Ah, terima kasih, Mbak," jawabnya sopan. Melody mengikuti langkah pegawai tersebut memasuki sebuah ruangan khusus bertuliskan VVIP.

Sebuah restoran mewah di daerah Menteng menjadi pilihan Panji menjamu Melody, ia yang baru datang bersama dengan asisten pribadinya langsung menuju ruangan VVIP tempat dimana Melody sudah menunggunya.

"Sorry, saya ada meeting dadakan tadi," ucap Panji yang terlihat gugup memandangi kecantikan Melody. Wanita yang biasanya terbalut make-up seadanya terlihat menawan dengan riasan sederhana namun memperlihatkan keanggunan yang sebenarnya.

"Tidak masalah, saya baru datang Pak," jawab Melody yang tak kalah gugupnya dengan Panji. Dua insan yang saling mengagumi satu sama lain kini sudah duduk berhadapan.

"Saya sudah pesankan menu special, sebentar lagi datang, ini sebagai pengganti acara kemarin, saya tidak bisa ngobrol lama-lama dengan kamu," kata Panji beralasan. Padahal, pria itu sudah jelas menyukainya.

"Ah, Bapak bisa saja, saya kan juga sama saja dengan tamu lainnya," jawab Melody professional. Ia masih belum berani berspekulasi mengenai maksud Panji mengajaknya makan malam secara pribadi seperti ini.

"Tidak, kamu berbeda, bahkan saya sudah kasih kerjaan setahun kedepan untuk PP Engineering, itu buat kamu juga. Saya tahu, perusahaan itu tergantung sekali pada kamu," kata Panji yang tidak bisa Melody bantah lagi.

"Saya juga ada hutang budi ke Pak Hermawan, jadi seperti itulah, Pak," jawab Melody.

"Asal ada kamu di perusahaan itu, saya percaya semua terorganisir dengan baik, saya harap kamu juga pegang kepercayaan saya, ucap Panji tanpa basa-basi.

"Baik Pak, silahkan hubungi saya jika ada apa-apa," kata Melody yang mulai kikuk. Satu ruangan dengan pebisnis terkenal membuatnya hilang akal. Pesona Panji memang tidak bisa terelakkan lagi. Kepandaiannya bersilat lidah seakan hilang ditelan bumi ketika berhadapan dengan pemilik Kayana.

"Santai saja, saya ajak kamu makan malam bukan untuk membahas pekerjaan, tapi ada hal pribadi yang akan saya tawarkan ke kamu, kita bisa mulai pelan-pelan," ungkap Panji mengatakan maksud dan tujuannya.

"Tawaran apa?" Melody bertanya setelah menghentikan makannya.

"Sekarang saya tanya, kamu masih single dan tidak ada pasangan bukan?" tanya Panji tanpa basa-basi.

"Betul, Pak. Lalu masalahnya apa?" Melody masih tak mengerti. Ia memicingkan matanya memberanikan diri menatap Panji.

"Saya mau kamu, tolong jangan dekat-dekat dengan pria lain," ucap Panji to the point. yang membuat Melody terkejut.

"Hah, maksudnya Pak?" Melody masih menatapnya tak mengerti.

"Sorry, maksudnya saya suka kamu, gimana?" tanya Panji yang memang tak pandai berbasa-basi merayu wanita.

"Maaf menyela, maksud Pak Panji tertarik sama Mbak Melody dan ingin menjalin hubungan yang lebih serius," ucap joni. Ia terpaksa masuk ke dalam ruangan ketika mendengar pembicaraan atasannya dengan Melody yang menurutnya payah dan jauh dari kesan romantis. Sia-sia ia mendekor ruangan VVIP tersebut menjadi romantis dan hangat.

"Nah, seperti itu," jawab Panji tanpa malu. Ia memang sudah terbiasa berbagi cerita dengan asisten pribadinya. Bagi sebagian orang yang mengenalnya, Joni adalah diary berjalan Panji. Asisten pribadi yang serba tahu dan sabar dengan kekakuan atasannya.

Wajah Melody memerah karena malu, untuk pertama kalinya ia mengetahui sisi lain Panji yang ia yakin tidak semua orang beruntung mengetahuinya. Namun, dari ucapan Joni, ia menyadari satu hal, hubungan macam apa yang akan ditawarkan Panji kepadanya.

"Seperti itu bagaimana ya, Pak?" tanya Melody meminta jawaban yang lebih jelas.

"Menikah, Mbak. Pak Panji ngajak nikah, bukan sembarang hubungan," ucap Joni tanpa menunggu persetujuan Panji yang masih bingung harus menjawab apa.

"Harus sekarang ya jawabnya? Atau bagaimana?" Melody masih terkejut dengan tawaran Panji. Sejak kapan pria itu menyukainya saja, ia tidak tahu.

"Tidak, ada banyak hal yang harus kamu ketahui dan pikirkan. Kita bicarakan nanti, lanjutkan saja makannya," sergah Panji yang tidak ingin Melody merasa diburu-buru walaupun ia sendiri tidak sabar mendengar jawaban apa yang akan diungkapkan Melody kepadanya.

"Baiklah, kalau begitu, saya tinggal dulu," pamit Joni yang merasa tugasnya sudah selesai. Suasana kembali normal dan terkendali ketika Panji dapat mencairkan keadaan yang sempat tegang karena ucapannya.

Panji kembali mengajaknya berbincang mengenai keseharian wanita itu, wanita karir yang menjalani pekerjaannya tanpa bantuan keluarga dan sanak saudara membuat Panji kagum kepadanya.

"Jadi, kamu tidak ingin tinggal saja dengan ayah kamu? Kamu bilang beliau ada di Jakarta?" tanya Panji menanggapi cerita Melody soal keluarganya. Entah ada apa dengan dirinya hingga ia begitu mudah menceritakan hal pribadi kepada pria di hadapannya.

"Tidak, Pak. Ayah saya sudah punya kehidupan sendiri dengan istri barunya, saya tidak ingin mengganggu saja, lebih baik saya tinggal mandiri tanpa membebani beliau," jawab Melody yang Panji rasakan ada kegetiran dari ucapannya.

"Kalau ada apa-apa kamu bisa sampaikan ke saya atau Joni, jangan sungkan," kata Panji sambil melirik jarum jam. Sepertinya, ia harus memulangkan Melody karena waktu sudah menunjukkan hampir jam 10 malam.

"Terima kasih, saya harap Bapak juga tetap percaya kepada PP Engineering," ucap Melody.

"Tentu, kedepannya kan ada beberapa pekerjaan yang saya berikan asalkan kualitas tetap terjaga," jawab Panji. Ia sekali lagi menatap takjub kepada wanita itu.

"Weekend ini, kita ke Bandung. Kamu bisa arrange pekerjaan kamu untuk akhir pekan agar tidak mengganggu, gimana?" tawar Panji kepadanya.

"Boleh, Pak. Saya koordinasi dengan pimpinan saya juga." Melody seperti tersihir pesona Panji, tidak ada penolakan darinya. Bahkan, ia sendiri pun terkejut dengan persetujuannya barusan.

"Ayo, kuantar pulang. Sekalian, saya ingin tahu dimana tempat tinggal kamu," kata Panji sambil membantunya keluar dari ruangan.

"Oke, jadi sopir tadi?" Melody mempertanyakan sopir yang menjemputnya tadi.

"Ngikutin dari belakang sama Joni," jawab Panji sambil mengulum senyum manisnya.

Melody tidak menyangka akan merasakan ini, debaran asmara yang sudah sekian lama terjerembab di dasar hatinya muncul kembali. Kepada siapa cinta itu datang dan bertumbuh adalah sebuah misteri kehidupan setiap manusia. Dan dari titik inilah kehidupan asmaranya dimulai kembali.