webnovel

Impian

"SV entertainment ngadain audisi? WAH JINJJA??" teriak ku sambil terus menscroll pengumuman audisi tersebut di instagram.

"Ngapain sih kak teriak teriak? Gara gara lo nih gue kalah main PS." Gerutu adik ku, Arcel. Aku tidak memperdulikan nya dan terus mencari tahu tentang audisi tersebut.

Aku beranjak ke dapur untuk memberitahu mamaku tentang audisi itu.

"Ma, lihat deh ini ada audisi buat jadi idol korea. Aku mau nyoba deh kayanya. Boleh ya." Ucapku sambil menunjukkan puppy eyes untuk merayu mamaku ini.

"Enggak. Kamu itu gak usah aneh aneh lagian uang siapa kamu ikut gituan. Mending kamu fokus sekolah dulu. Biar besok besok dapet kerja enak." Ucapan mamaku seketika membuatku down, mengingat keuangan keluargaku yang pas pas an.

"Tapi ma..."

"Udah sana panggil adekmu kita makan malam bersama"

Aku menahan air mata ku yang sudah ingin jatuh. Aku tidak mau mamaku tau bahwa aku terluka karena ucapan nya.

Setelah makan malam, aku merebahkan diri di dalam kamarku yang berisikan banyak sekali poster dan foto para idol kesukaan ku.

'Apa sangat impossible buat orang biasa sepertiku menjadi seorang idol seperti mereka?' Tanyaku dalam hati sambil memejamkan mata. Tak terasa, air mataku luruh tiba tiba mengingat perkataan mamaku tadi.

'Apa aku harus menyerah? Apa aku harus tetap mengikuti audisi dengan cara membohongi orang tuaku? Aku hanya ingin sukses dan membuktikan kepada semua orang tentang impianku'. Air mataku terus mengalir dan dadaku terasa sesak.

"Ya, aku tidak peduli. Aku akan mengikuti audisi itu." Ucapku meyakinkan diri dan menghapus air mataku.

___________________________________________________

"Rin, lo udah liat belum audisi yang diadain sama SV entertainment?" Tanya teman sebangku ku, Stella.

"Udah."

"Lo gak ikutan? Siapa tau kalau keterima kan bisa ketemu sama oppa oppa lo tuh biar kagak ngehalu terus kerjaan lo"

"Ya emang gue mau ikut. Tapi mama gak ngebolehin. Nih gue lagi mikir cara biar bisa izin ke Jakarta." Ucapku malas

"Kalau gitu lo izin aja ada kegiatan tengah semester di Jakarta"

"Udah gila lo? Kalau gue bilang ada kegiatan pasti mama gue gak bakal percaya lah. Mana ada kegiatan tengah semester dadakan?"

"Iya juga sih. Ah gue tau gimana kalau lo izin aja ke mama lo bilang ada olimpiade?"

"Hm not bad. Tumben banget lo pinter."

"Anjay lo. Awas aja lo kalau udah jadi idol jadi lupa ama gue"

"Kagak mau berharap lebih deh gue takut jatuh. Kayak lo sama si Aden." Sindirku sambil tertawa dan menuju ke kantin untuk mengisi perutku yang sudah lapar daritadi.

"YHA!! AERIN ZEVARA!!" Teriak Stella sambil mengejarku.

___________________________________________________

"AKU PULANG!!" Teriak ku kepada seluruh orang rumah sambil menaruh sepatu di rak.

"EH KAK LO UDAH PERNAH NGERASAIN SANDAL MELAYANG DI MULUT LO BELUM??" Teriak adik ku.

"SUKA SUKA GUE LAH MOOD GUE LAGI BAHAGIA."

"Serah lo deh kak. Pusing gue punya kakak kek lo."

Aku tidak menghiraukan celotehan adik ku dan langsung mencari mama di dapur untuk meminta izin. Sesampainya di dapur aku melihat mamaku sedang sibuk memasak pesanan dari sebuah perusahaan. Ia terlalu sibuk memasak sampai tidak mendengar teriakan ku yang sudah seperti toa.

Aku tahu bagaimana capeknya mama dan papaku yang berusaha banting tulang untuk mencukupi aku dan adik ku. Itu sebabnya aku ingin mengangkat keluarga ku dengan menjadi seorang idol. Karena menjadi idol bukan hanya sekedar mencari uang saja, namun juga memberikan kebanggaan tersendiri.

"Ma, sini aku bantuin"

"Oh kamu udah pulang? Maaf mama gak denger. Udah gak usah kamu tidur aja kamu capek kan? Udah sana mandi terus tidur habis itu belajar."

Aku menahan air mataku mendengar ketulusan mama.

"Ma, aku ada olimpiade di Jakarta lusa."

"Beneran?"

"Iya ma aku kepilih"

'Maaf ma aku berbohong demi mengejar impianku'

"Wah selamat ya. Mama bangga punya anak pintar seperti kamu" ucap mama sambil mengelus rambutku.

"Berapa hari kamu di Jakarta?"

"Enggak tau ma. Soalnya olimpiade nya banyak jadi mungkin agak lama disana."

"Oh gitu.. ya udah gak apa"

"Kalau gitu, aku ke kamar dulu ya ma."

"Iya"

___________________________________________________

Pagi ini aku sudah siap untuk berangkat ke Jakarta. Aku membawa uang tabungan ku untuk makan dan menyewa kost disana. Semua perlengkapan ku sehari-hari sudah aku masukkan ke dalam koper besar pemberian tanteku.

"Udah siap semua? Gak ada yang ketinggalan?" Tanya mamaku.

"Udah kok ma"

"Hati hati ya disana. Ini mama ada sedikit uang buat nambah sangu kamu disana."

"Wah beneran ma? Makasih mama ku sayang." Ucapku sambil memeluk mama.

"Udah mau berangkat?" Tanya papa yang baru saja pulang dari kerja lemburnya.

"Eh iya pa."

"Yaudah hati hati semoga menang."

"Makasih pa" ucapku sambil memeluk papa.

"Aku berangkat dulu ya.. dahh"

Aku melambaikan tanganku pada mereka dan berjalan menuju stasiun yang tak jauh dari rumahku.

Kereta pun mulai berangkat dan meninggalkan kota kelahiranku ini.

Di sepanjang perjalanan, aku hanya melihat lihat pemandangan lewat jendela sambil mendengarkan lagu.

Drttt... drttt...

Sebuah panggilan video masuk dari Stella.

"Halo?"

"Eh gimana? Udah nyampe mana lo?"

"Masih jauh barusan aja berangkat."

"Oh.. yaudah deh kalau udah nyampe kabarin gue ya. Good luck baby. Udah bel masuk gue matiin ya bye.."

"Bye" Setelah menerima vidcall dari Stella aku memilih untuk tidur karena aku tadi bangun terlalu pagi.

___________________________________________________

Next chapter