3 Pulang.

"Ramel mom mau bicara sama kamu". Suara perempuan yang sudah melahirkanku terdengar lembut di ujung telpon. Aku merapikan sedikit berkas yang sudah hampir selesai.

"ya mom ini kita sudah bicara". Ramel bangkit dari duduknya dan menatap senja dari jendela kantornya.

"Mommy maunya kamu kerumah sayang, ada hal yang penting yang mau dad dan mom bicarakan dan ini sangat serius". Ucap ibu Ramelson dengan nada yang sudah sangat lembut itu, Ramel rasa ini sesuatu yang serius.

"yes Mom, nanti Ramel pulang kerumah".

"yasudah Mom tunggu ya, mommy merindukanmu". Ramel menekan tombol merah, mematikan sambungan telepon. Ia menuang segelas air dan meneguknya habis.

Dia sangat bosan dengan kehidupannya yang tak berwarna seperti ini. Hatinya sudah sangat beku, melihat banyak wanita cantik pun tak membuatnya bahagia. Dia butuh pelampiasan bukan hanya sekedar sex.

Ia butuh seseorang yang bisa menemani hidupnya, tapi ia tidak bisa membuka hatinya. Cintanya telah mati, rasanya hampa saat semuanya pergi meninggalkan hidupnya sendirian.

Ramel mengambil tas kerjanya dan keluar ruangan untuk pergi kerumah orangtuanya, kantor sudah sangat sepi sepertinya. Ini sudah sangat malam, sekertaris pribadinya juga sudah ia suruh pulang sedari tadi.

Berjalan perlahan dan menengok kearah ruangan sekertaris utama yang dipercaya oleh daddy nya itu. ia membuka pintu ruangan itu sedikit dan melihat cahaya ruangan yang masih sangat terang.

Dilihatnya perempuan itu sedang tertidur nyenyak di atas sofa, Ramel menghampirinya dan memperhatikan wajahnya yang sangat cantik, hidung Reista yang mancung dan bibirnya yang kecil itu membuat wajahnya makin sempurna.

Ramel membangunkannya pelan, mengguncang sedikit tubuhnya dan dilihat Reista mulai terusik dan bangun menatap Ramel mengernyit.

"oh Tuan Ramel, maaf aku tertidur. Apa ada yang bisa kubantu?". Reista buru-buru bangkit dari tidurnya dan merapikan rambutnya dengan tangan. Sedikit tersenyum kearah atasanya ini.

"aku tak butuh apa-apa, ini sudah malam dan sebaiknya kau pulang". Ramel berucap lalu meninggalkan ruangan Reista.

Reista hanya mendengus dan kembali duduk di sofa, ia memijit kepalanya pelan. Dia langsung merasa pusing karena terbangung kaget tadi.

Melihat jam dipergelangan tangannya, jam Sembilan malam.

Ia mengambil air putih dan meminumnya, membereskan berkas dikantornya yang sudah ia kerjakan tadi. Hari pertama masuknya atasan baru itu membuat Reista sangat sibuk, ia bahkan sampai bisa-bisanya tidur di kantor.

Mengambil tas kerjanya dan mengganti high heels nya dengan sandal yang nyaman. Memakai sweater dan berlalu keluar ruangannya. Ia sedikit bergidik melihat kantor yang sudah sangat sepi, buru-buru memasuki lift dan menekan tombol ke lantai dasar.

Badanya terasa sangat pegal karena seharian ia tidak beristirahat sama sekali, apalagi ditambah saat dirinya ketiduran di sofa ruangan kerjanya membuat badan yang pegal menjadi nyeri.

Lift berdenting dan ia sudah sampai di lantai dasar, dilihatnya beberapa security yang ingin memulai patroli. Reista tersenyum saat mereka menyapa Reista. Reista mengeluarkan Gadgetnya dan membuka aplikasi taksi online untuk mengantarnya pulang.

Menunggu sekitar 15 menit tapi yang ditunggu tak kunjung datang, Reista mencoba mengirim pesan tapi belum juga ada balasan. Sampai sebuah mobil mewah menghampirinya dan membuka kaca mobil. Reista melihat Ramel meliriknya.

"kau blum pulang?". Tanya Ramel berbasa-basi.

"saya sedang menunggu taksi online pak". Ucap Reista sopan.

"yasudah saya duluan ya". Ramel menutup kaca nya dan berlalu pergi. Ia pikir Reista tak membutuhkan bantuanya. Sebenarnya dia ingin membantu Sekertarisnya itu untuk sampai kerumah, tapi ia tak ingin orang beranggapan bahwa dia Bos yang bermain belakang dengan bawahannya.

Mobilnya melaju kencang membelah jalanan kota Amsterdam, memutar music sedikit kencang dan mendengar lagu-lagu yang sedang popular itu. setidaknya ia tidak terlalu jenuh selama perjalanan menuju rumah orangtuannya.

Sekitar 20 menit ia sampai di perkarangan mansion yang sangat luas, para penjaga membuka gerbang untuk Ramel dan menyambutnya dengan hormat.

Ramel keluar dari mobilnya dan masuk kedalam mansion orangtuanya. Mommy Gornio sudah tersenyum bahagia melihat anaknya pulang kerumah ini.

"Mommy merindukanmu nak". Ibu Ramel memeluk anaknya erat dan tidak lupa mencium kening anaknya dengan sayang.

"Ramel juga rindu Mom".

"heh benarkah itu? tapi susah sekali menyuruhmu untuk mengunjungi orang tuamu ini nak". Ibunya Ramel sedikit mengacak rambut anaknya gemas, Ramel hanya tertawa dan mengikuti langkah ibunya menuju ruang keluarga.

"Renan dimana Mom?". Ramel sedikit melihat sekeliling, biasanya jika ia mendengar suara Ramel ia pasti akan langsung berteriak dan memeluknya.

"Renand ada dikamarnya, ia terus berceloteh menceritakan perempuan yang ia temui di Indonesia dua hari yang lalu nak". Ibunya duduk di sofa diikuti dengan Ramel.

"dimana daddy mom?". Kini giliran ayahnya yang ia tanyakan.

"dia sedang membuatkan minuman kesukaanmu, saat mendengar suara mobilmu masuk ia sudah buru-buru masuk kedapur". Ibunya menggeleng memikirkan bagaimana tingkah suaminya yang sudah tua itu, tapi masih tetap memanjakan anaknya ini dengan minuman kesukaannya.

Orang yang sedang mereka bicara datang dari arah dapur membawa segelas minuman kesukaan Ramel, wajahnya cerah dan tersenyum melihat wajah tampan anaknya itu. Ramel bangkit dan mengambil minuman dari tangan ayahnya dan menaruhnya di meja. Ia langsung memeluk erat tubuh ayahnya. Ayah atau disebut tuan Gornio itu menepuk-nepuk sayang pundak anak semata wayangnya.

"bagaimana kabarmu son?". Tanya tuan Gornio basa-basi.

"kabarku baik dad, bagaimana liburan daddy dan Mom ke Indonesia kemarin?". Mereka duduk bersamaan, Ramel meminum jus strawberry kesukaanya perlahan. mengecap rasa yang tak pernah ada tandianganya jika jus ini dibuat oleh ayahnya sendiri.

"sangat menyenangkan son, disana sangat panas tapi kami menyukainya. Orang-orang Indonesia sangat ramah dan selalu menyapa kami dengan senyumannya".

"aku senang mendengarnya dad".

"dan anakmu Renand entah kenapa ia selalu bercerita tentang perempuan yang ia temui di Indonesia itu, katanya ia ingin sekali bertemu denganya lagi". Tuan Gornio sedikit memijit pelipisnya saat mendengar permintaan cucunya itu.

"temui saja dad, apa susahnya". Ramel berucap enteng, ia pikir apa susahnya menemui perempuan itu. dia pikir daddy nya hanya perlu membawa perempuan itu untuk terbang ke belanda dan masalah selesai.

"inilah yang sebenarnya ingin daddy bicarakan denganmu, anakmu bukan hanya meminta bertemu dengan perempuan itu saja. Tapi ia menginginkan perempuan itu menjadi Mommy nya".

"apa yang perempuan itu perbuat sampai anak ku bisa sangat menyukainya?". Ramel berucap serius, ia rasa ucapan Renand anaknya itu tak pernah bercanda. Anaknya itu susah sekali menyukai perempuan dewasa apalagi menginginkan perempuan itu menjadi ibunya. Banyak perempuan yang sudah dia bawa untuk diperkenalkan ke anaknya namun Renand selalu menolak dan berkata ia tak pantas menjadi ibunya.

Bukan hanya dia saja, bahkan daddy dan Mommy nya pun sudah seringkali membujuk Renand untuk memilih siapa yang dia mau jadikan ibu sambung. Dan sudah dipastikan perempuan-perempuan itu bukan orang sembarangan. Mereka berpendidikan dan mempunyai pemikiran luas serta tau cara mendidik anak.

"awalnya dad juga bingung apa yang membuat anak itu bisa menyukainya nak, tapi setelah anak itu memberitahu nama perempuan itu. dad yakin pilihan Renand kali ini memang benar-benar bagus. Dia cucu keturunanku dan tau mana orang yang memang benar-benar tulus". Tuan Gornio sedikit tersenyum kearah anaknya yang sudah mengernyit bingung.

"siapa Dad? Apa aku mengenal perempuan itu?. setauku kita tak dekat dengan pembisnis yang ada di Indonesia".

"dia bukan orang Indonesia nak, dia tinggal disini dan kebetulan memang ia juga kemarin sedang berlibur di Indonesia".

"siapa namanya Dad?, tak usah berputar-putar menjelaskannya padaku".

"Daddy!!". Teriakan anaknya Renand menghentikan pembicaraan Ramel dengan Tuan Gornio.

Renand berlari menghampiri Ramel dan memeluknya erat, Ramel mengecup berkali-kali puncak kepala anaknya dengan kerinduan yang mendalam.

"apa kabarmu son?". Tanya Ramel setelah melepaskan pelukan anaknya, Renand duduk di samping Ramel dengan mata yang berbinar.

"aku baik dad, tadi disekolah aku mendapatkan nilai A+, Dad.". Ramel mendengarkan cerita anaknya selama ia disekolah, pembicaraan Tuan gornio dan Ramel tak dilanjutkan. Tuan Gornio pun sengaja tak melanjutkan ceritanya agar Ramel semakin penasaran dan sering-sering menginap disini untuk menemani anaknya itu.

avataravatar
Next chapter