19 Tolong aku, ayah . . .

"Kita akan kembali seperti dulu, ayah tak kan membiarkan Rosa berbuat semaunya lagi pada kita." Kata Alvin pada keluarga kecilnya.

"Kita akan melawannya ayah." Ujar Firman.

"Saya udah boleh ikut gabung?" Kata Rangga yang tiba-tiba sudah berdiri di sisi ranjang Firman yang lain.

"Kamu ngomong apaan sih, Nga? kamu itu udah kayak sodara, bahkan bentar lagi lo bakal ambil adik kesayangan gue, ga usah kaku gitu."

"Bukan gitu Fir, ini masalah keluarga lo, gue takut ganggu."

"Ya udah sekarang halalin anak ayah, biar kamu sah jadi anggota keluarga Firmansyah." Kata Alvin sambil memukul pelan pundak Rangga.

"Beneran Om?" Tanya Rangga tak percaya.

"Ya bener, ngapain om bohong, sekarang panggil ayah, jangan om lagi." Ucap Alvin sambil tersenyum ke arah Rangga.

"Makasih om, eh... maksud saya ayah." Kata Rangga bahagia.

"ETTTT.... Ga semudah itu, Yah..." Sarah protes pada ayahnya.

"kenapa kamu kan cinta sama dia." Tanya Alvin sambil menunjuk ke arah Rangga.

"Cinta sih cinta, tapi ga semudah itu dia menikahi Sarah, ayah?" Ujar Sarah.

"Lha! Terus?" Tanya Alvin tak mengerti dengan sikap anak gadisnya.

"Buktikan dulu, kalau dia bener-bener berhenti jadi womanizer." Ucap Sarah tegas.

Ayahnya melongo, Womanizer?? Calon mantunya seorang Womanizer?

"Cepatlah bertobat, kalau mau jadi mantu Ayah." Ucap Alvin pada akhirnya pada Rangga.

Firman dan Ibunya hanya tersenyum melihat wajah Rangga yang kini berubah masam karena Sarah membongkar jati dirinya, padahal dia jadi womanizer kan karena Sarah juga, karena takut ditolak oleh Sarah dan di pecat jadi sahabat Firman, maka dia memilih jadi womanizer untuk menghilangkan kegundahannya karena belum mampu mengatakan cinta pada Sarah.

Nah, kalau sekarang?? Sarah udah jadi pacarnya jelas Rangga memilih pensiun jadi Womanizer dari pada di tinggalkan oleh Sarah, gadis impiannya dari jaman SMU.

"Mulai dari saya jadi pacar kamu, aku udah bertobat, Sar, udah ga jadi womanizer, cukup kamu yang mengisi hatiku pikiranku dan seluruh hidupku." Ucap Rangga sambil memelas.

"Sarah perlu bukti, bukan omongan doang, sayang." Ucap Sarah, dan panggilan 'Sayang' diujung kalimat Sarah sudah cukup membuatnya berbunga-bunga dan bahagia.

Tapi beberapa saat kemudian keadaan mendadak menjadi hening, kala Firman bertanya tentang keadaanya pada ibunya.

"Bagaimana dengan kondisiku, Bu? Ibu yang mengoperasiku, berarti ibu tahu betul dengan kondisiku kan bu?" Tanya Firman sambil memegang tangan Riana.

Riana tercekat, entah bagaimana dia harus memberi tahu keadaan yang sebenarnya pada sang anak, hal ini juga sangat berat untuk dia hadapi, tapi sebagai seorang dokter dan juga ibu, pantang baginya untung berbohong tentang kondisi pasiennya, maka dengan perlahan, Riana mulai membuka suaranya.

"Saat kecelakaan terjadi punggungmu kena benturan yang cukup keras, ditambah posisimu pada saat itu, membuat syaraf kaki dan punggung mu, bermasalah, itu akan mengakibatkan..." riana berhenti berucap untuk mengatur nafasnya yang tiba-tiba terasa sesak, Alvin menyentuh pundaknya, seolah memberi kekuatan pada istrinya agar bisa mengatakan hal yang sesungguhnya pada Firman."

"Yang mengakibatkan kelumpuhan." Kata-kata yang begitu menyakitkan keluar dari Riana, disertai dengan air mata yang tiba-tiba turun tanpa aba-aba.

Firman menatap ibunya, dan mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata di pipi wanita yang telah melahirkannya.

Sarah menangis tanpa suara dalam pelukan ayahnya, dia tak ingin menambah kesedihan Firman jika harus melihatnya menangis.

"Gue akan jadi kaki lo, ga perlu ada yang di khawatirkan, lo harus tahu gue selalu ada buat lo." Ucap Rangga sambil menatap sahabatnya yang terbaring di hadapannya.

"Tolong rahasiakan ini dari Mayang, katakan padanya aku sudah mati." Ucap Firman sambil memejamkan matanya, seolah ia sedang mengusir rasa sedih dan sakit yang datang bersamaan, namun sebisa mungkin ia tak menangis.

Firman menyadari hal ini yang akan di ucapkan oleh ibunya, karena dia merasakan sebagian tubuhnya tak mampu ia gerakkan.

"Kamu bicara apa Firman, kamu harus ingat sebentar lagi kalian akan mempunyai anak, Mayang akan hancur, tidak... ayah tidak mau melakukan itu." Ucap Alvin sambil berdiri membelakangi Firman.

"Aku tak mau membebaninya, aku hanya ingin dia mengurus anak kami, tanpa harus memikirkan aku, aku tidak mau menyusahkannya." Ucap Firman dengan wajah tertunduk lesu.

"Abang ga bisa berbuat seperti itu pada Mayang, Abang tega sama Mayang, dia akan menjalani kehamilannya sendirian, apa abang tidak kasian padanya?" Kata sarah yang tak mengerti jalan pikiran Firman.

"Aku melepasnya, karena aku ingin dia bahagia dengan orang yang sempurna bukan yang cacat sepertiku." Firman berucap lirih

"Abang pikir, Mayang akan meninggalkan abang jika abang lumpuh? ga bang, Mayang sangat mencintai abang, Sarah yakin Mayang akan menerima abang apa adanya."

"Abang tahu Sar, tapi abang tak mau menyusahkannya, karena abang sangat mencintainya."

"Tolong aku ayah... " ratap Firman pada ayahnya.

"Oke, ayah hanya akan menyembunyikan perihalmu, tapi biarkan ayah tetap bersama cucu dan menantu ayah."

"Ayah!! ayah ga bisa begitu." sarah protes pada ayahnya.

"Sarah, mungkin abangmu butuh waktu untuk ini semua, dia butuh waktu untuk dirinya sendiri, ayah akan menangani ini."

"Trimakasih ayah." Jawab Firman sendu.

"Firman, hal terberat seorang perempuan adalah, ketika dia hamil, dia membutuhkan seseorang yang selalu mendukungnya. kau akan menyakiti Mayang, nak."

"Kalian bisa menemani dan bertemu Mayang setiap hari." Ucap Firman.

"Dan kau hanya akan merindukannya." Ucap Rangga.

"Itu sudah biasa aku lakukan." Firman menunduk, kemudian menghela nafas panjang.

"Tapi kini situasinya berbeda, kau akan merindukan dua orang sekaligus." Rangga kembali berbicara.

"Bahkan sekarang aku sudah sangat merindukan mereka." Kini air mata Firman tak mampu lagi ia cegah.

Ibunya menunduk dan memeluk Firman serta menghapus air mata anak laki-laki kesayangannya.

"Ibu akan melakukan yang terbaik untukmu, agar kamu sembuh dan bisa berjalan lagi." Ucap Riana.

Firman mengangguk dan menatap wajah ibunya, hanya dengan menatap ibunya lah hatinya menjadi tenang.

"Ayah akan menjenguk Mayang, sekaligus menemui orang tua Mayang." Alvin menatap putranya, dan keluar dari ruang paviliun yang ditempati Firman.

"Sebaiknya ibu pergi menemani ayah, biar kami disini menemani Firman." Ucap Rangga.

Riana mengangguk.

"Ibu pergi dulu, sayang." riana berpamitan pada putranya, Firman hanya mampu mengangguk, sambil menatap wajah ibunya.

"Beri tahu Firman, jika ada perkembangan tentang Mayang,bu.." Ucap Firman

"Oke sayang, Ibu akan ambilkan hasil USG mayang padamu, kamu jangan khawatir, Mayang gadis yang kuat, pasti juga akan menjadi ibu yang hebat untuk anakmu." Riana sangat tahu bahwa putranya sedang merindukan Mayang dan calon anaknya.

"Ibu akan segera kembali." Ucap Riana kemudian keluar dari ruangan menyusul suaminya yang telah lebih dulu ke kamar Mayang

avataravatar
Next chapter