webnovel

Si Abang CEO dan Cintanya.

Setelah perjalanan yang menguras waktu dan energi, kini mereka telah sampai di bandara kota J, mereka segera disambut oleh pegawai bandara yang mengantarkan mobil milik Firman.

"Aku antar kamu pulang, atau kamu mau nginap di apartemenku?" Kata Firman sambil memainkan alisnya naik turun.

"Tidak, terimakasih, saya bukan tuna wisma yang butuh tumpangan."

"Haahahaha... Kamu bisa aja."

Firman segera melarikan mobilnya untuk keluar dari bandara, hujan mulai menguyur seisi kota, Firman harus mengurangi laju mobilnya, supaya tidak tergelincir ketika melewati jalanan yang berubah menjadi licin.

"Jadi kamu tinggal dimana?"

"Gedung Apartemen Royal Residence Blok A."

Mendengar gedung itu di sebut, Pandangan Firman yang sedari tadi menatap jalanan kini beralih menatap wajah cantik di sampingnya. Ternyata mereka di Apartemen yang sama hanya berbeda gedung.

"Kenapa kamu ga bilang dari kemarin kalau kamu tinggal di sana?"

"Kamu ga nanya."

Firman menarik napas panjang, lalu menghembuskannya. Tak berapa lama mereka sampai di gedung apartemen, namun Mayang bingung kenapa bos nya malah masuk ke parkiran di basement gedung Apartemennya bukan di gedung apartemen miliknya.

"Kenapa kamu parkir disini?"

"Kenapa memangnya? ada aturan kalo saya ga boleh parkir disini?"

"Ya ga sih, terserah kamulah dan makasih sudah antar aku pulang."

"Ga cukup dengan ucapan terimakasih."

"Terus?"

"Aku laper, aku pingin makan di apartemen kamu, masakin ya, kamu bisa masak kan?"

Mayang tak menjawab, begitulah sifat Firman dari dulu, selalu semaunya sendiri dan anehnya tidak ada yang mampu menolak kemauannya. Mayang mengangguk pelan dan keluar dari mobil diikuti Firman yang menarik travel bag milik Mayang.

Tiba dilantai apartemen Mayang, dia langsung menyuruh Firman masuk dan diikuti olehnya setelah menutup pintu. Firman mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan apartemen Mayang, dan matanya tertuju pada foto dua gadis yang sedang berpose di depan kamera dengan gaya yang lucu, yang setuju bertubuh gendut berkaca mata dan rambutnya berkepang dua dengan pita berwarna merah di bagian bawah rambutnya, sedangkan yang satu bertubuh kurus bermata sipit dengan wajah oriental. Firman sangat mengenal keduanya, Maura dan Mayang.

Mayang yang tersadar akan hal hal itu langsung menutup foto itu dengan tubuhnya.

"Sebaiknya kamu tunggu di sofa saja, aku akan segera menyiapkan makan malam untuk kita." Ucap Mayang sedikit gugup, sungguh dia melupakan tentang hal itu.

Firman tersenyum kecil dan seolah dia akan mengikuti perkataan Mayang, namun tiba-tiba Firman berkata dengan Mayang saat Mayang berusaha menyembunyikan foto itu.

"Namanya Maurakan?"

Mayang mematung, tubuhnya seakan kaku dan tak mampu ia gerakkan, Firman mengetahuinya.

"Mau sampai kapan May, kamu menghindar dari aku."

"Aku tahu aku bodoh May karena waktu itu aku tak langsung mengejarmu, dan aku sangat menyesali kebodohanku itu."

"Maafkan aku May.." Kata Firman sambil memeluk tubuh Mayang dari belakang.

Mayang meneteskan air matanya mendengar ucapan Firman, namun sebisa mungkin dia menahan isakannya.

"Aku mencarimu selama ini, aku menunggumu berharap kita akan bertemu, dan setelah sekian lama akhirnya kau muncul di hadapanku, dan bodohnya aku karena aku tak langsung mengenalimu."

"Mayang, apa kamu sengaja menghindar dariku?"

"Jawab May.." Mayang terdiam sesaat.

"A...Aku benci sama kamu Firman."

"Aku benci kamu."

Firman mengeratkan pelukannya, kinipun air matanya tak mampu ia tahan.

"Maafkan aku May, tolong maafkan aku." bisik Firman kemudian membalikkan tubuh Mayang agar menghadapnya. Firman menghapus air mata yang mengalir di kedua pipi Mayang, dan membelai pipi itu perlahan.

"Berikan aku kesempatan May, kesempatan untuk menjagamu, menjagamu, aku mencintaimu May, kamu satu-satunya perempuan yang ada di hatiku May, dari dulu sampai sekarang, perasaan itu tak pernah berubah, apa lagi aku yakin sebentar lagi ada Junior Firman yang tumbuh di rahimmu."

Mayang mencoba melepaskan tangan Firman dari pipinya, sungguh dia tak mampu untuk berhadapan dengan Firman saat ini, Dia malu.

"Jangan menghindar May, Tolong jangan menghindar lagi."

"May..."

"Aku akan buatkan kamu makanan sekarang." Kata Mayang dan berlari menuju ke dapur di dalam apartemennya.

'Maafkan aku Firman, tapi aku sendiri bingung terhadap perasaanku padamu.' bisik Mayang dalam hati, dulu dia sangat mencintai Firman, kemudian perasaan cinta itu berubah menjadi benci, dan sekarang dia mengetahui kebenaran cerita sesungguhnya, kesalah pahaman yang terjadi selama ini telah berujung pada cerita kebenaran, hal ini benar-benar diluar dugaannya.

Mayang masuk ke dalam dapur, membuka isi kulkas dan mengeluarkan bahan-bahan untuk memasak, sedangkan Firman bersandar di pintu sekat antara dapur dan ruang makan, memperhatikan aksi Mayang yang sibuk meracik bumbu kemudian memasukkan ke dalam wajan.

Firman tersenyum, akhirnya dia menemukan seseorang yang dia rindukan selama ini, seseorang yang membuat dia rindu segtengah mati, dan di hantui rasa bersalah yang melebihi rasa rindunya, namun kedua rasa itu mulai memudar ketika dia berhasil menemukan dia, menyatakan perasaannya, dan sekaligus menumpahkan kerinduannya selama ini. hanya tinggal sedikit lagi dia akan mendapatkan Mayang, dia akan terus bersabar menunggu Mayang membuka hatinya lagi untuknya, dia akan bersabar.

"Ngapain kamu berdiri disitu, sana duduk sebentar lagi aku selesai."

"Ga mau, aku mau disini, mau lihat calon istriku yang sedang memasak untuk ku."

Fix kata-kata itu berhasil menambah rona merah di wajah Mayang, segera dia memalingkan wajahnya, takut jika Firman mengetahui debaran yang ia rasakan dan dapat melihat rona merah di wajahnya.

"Dasar tambeng, susah dibilangin."

"Dari dulu, dan kamu paling tahu untuk itu bukan?" Ucap Firman sambil menyeringai.

"Sini aku bantu bawa." Ucap Firman ketika melihat Mayang akan mengangkat sayur yang telah dimasukkan ke dalam mangkuk.

Mereka duduk diruang makan saling berhadapan, Mayang membuka sedikit jendela agar angin dapat masuk ke dalam, ruang makan Mayang terletak di samping jendela balkon jadi mereka makan sambil dapat menyaksikan gedung-gedung bertingkat disekelilingnya.

"Kamu kelaperan? apa doyan?" Ucap Mayang pada Firman saat melihat Firman makan dengan sangat lahap.

"Dua-duanya." Jawab Firman.

"Masakan kamu enak, ternyata kamu pinter masak juga ya"

"Aku hanya bisa masak itu."

"Tak masalah, bahkan aku tak keberatan jika harus memakan menu yang sama setiap hari asal itu kamu yang masak."

"Gombal."

"Serius.. mau bukti?"

"Ga."

Firman tersenyum, dan melanjutkan makan malamnya.

"Besok pagi aku jemput, kita berangkat ke kantor bareng, sekarang kamu istirahat, tidur yang nyenyak dan mimpikan aku, oke...." Kata Firman setelah mereka menyelesaikan makan malam.

"Sekarang aku pulang dulu, kamu hati-hati, jangan sembarangan bukain pintu untuk orang."

"Ya ampun Firman, sumpah kamu cerewet banget, dah sana pulang." Kata Mayang sambil mendorong tubuh Firman agar keluar dari apartemennya.

"Iya..iya.. calon istri, selamat malam sayangku, jaga calon baby baik-baik ya.."

"Apaan sih.. dah sana pulang." Sekali lagi Mayang mendorong tubuh Firman keluar dari apartemennya dan segera menutup pintu apartemennya, menyandarkan tubuhnya di balik pintu untuk meredakan debaran jantungnya yang kian tak menentu setiap kali mendengar ucapan dari Firman.