34 Sang Pencerah

Seminggu kemudian, Marven bertemu dengan seseorang yang diceritakan oleh Mayang. Dan melalui Firman, Marven berhasil membuat janji dengan orang yang dimaksud. Dia adalah Reynald Sanjaya, pemilik sekaligus CEO perusahaan IT yang terkenal di negara itu.

Maka bersama Firman, Marven berjanji untuk bertemu dengan Rey dikantornya meski mereka harus menempuh jarak yang sangat jauh karena terpisah pulau yang berbeda.

"Assalamualaikum." Sapa Rey yang baru saja masuk ke dalam ruangan miting dimana ada Marven dan Firman yang sedang menunggunya.

"Waalaikumsalam." Jawab Marven dan Firman bersamaan.

Setelah saling berjabat tangan, mereka langsung di tempat semula, sedangkan Rey duduk hadapan Firman dan Marven.

"Jadi, ada apa gerangan sampai kalian datang jauh-jauh ingin menemuiku?" Tanya Rey pada Firman dan Marven.

"Maaf jika kami menganggu waktumu, aku tahu kamu sedang sibuk sekarang, tapi ini juga sangat penting." Kata Firman yang membuat Rey semakin penasaran.

"Jadi?"

"Maaf Pak Rey." Ucap Marven agak formal karena baru pertama kali berkenalan dengan Rey berbeda dengan Firman yang sudah sangat lama berkenalan dengan Rey sejak mereka pertama kali terlibat kerja sama beberapa tahun yang lalu.

"Rey saja, tak perlu formal begitu," Kata Rey, membuat Marven tersenyum lalu mengangguk setuju.

"Ok, jadi begini, Rey. Sebenarnya aku ingin minta tolong sama kamu, untuk melacak seseorang."

"Maksudmu?"

"Seseorang yang aku cintai."

"Istri mu?"

"ya. Istriku, dia tiba-tiba pergi dari apartemen yang kami tempati begitu saja, tidak ada kabar berita bahkan aku sudah mencari kemanapun tapi tak juga ketemu."

"Kalian sedang bermasalah rupanya."

"Tidak, kami sebenarnya tidak sedang bermasalah hanya saja, keluargaku banyak yang tidak menyetujui pernikahan kami, dan sebenarnya kami menikah secara diam-diam." Ucap Marven sambil menunduk menyembunyikan kesedihannya.

Rey mangangguk, "Aku akan berusaha membantumu, tapi aku juga tidak berjanji akan bisa menemukannya, aku hanya bisa berusaha semaksimal mungkin." Ucap Rey pada Marven, yang memebuat Marven seketika mendongak menatap Rey dengan secercah harapan yang muncul tiba-tiba.

Firman tersenyum senang, karena sahabatnya ini bisa sedikit bernafas lega karena Rey mau membantunya. Firman sangat yakin jika Rey mampu melakukan pencarian melalaui jejak digital yang ditinggalkan oleh Leni. Firman sudah sangat paham akan kemampuan dua orang bersaudara ini yanitu Rey dan Jelita.

"Apa yang kau butuhkan agar kau bisa membantuku?" Tanya Marven pada Reynald.

"Nomor telfon terakhir, nomor rekening bank yang sering Ia gunakan." Ucap Rey dengan menaikan kedua alisnya.

"Baiklah, aku akan membayarmu berapapun asal kau bisa menemukan istriku."

"Kita berteman, aku tak butuh bayaran, aku dengan tulus mau membantumu, kau santai saja Marven, aku akan melakukan yang terbaik dan yang aku bisa." Kata Rey.

"Terimakasih Rey, terimakasih." Ucap Marven sambil menyalami Firman yang duduk di hadapannya.

"Sama-sama. Lalu bagaimana denganmu Firman? Apa kau sudah menemui Mayang?"

"Belum Rey, aku belum mampu bertemu dengannya."

"Kau ini. Mayang sangat mencintaimu dia akan menerimamu apa adanya dirimu, percaya padaku." Ujar Rey pada Firman.

"Aku sudah berulang kali menasehati Firman, Rey. Tapi dia masih keukeuh belum mau menemui Mayang." Tutur Marven lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Memang dia keras kepala, sama seperti Mayang."

"Betul sekali." Marven menimpali apa yang dikatakan oleh Rey pada Firman.

"Kasian anak kalian, lagipula aku sudah menemukan lokasi dimana Rosa berada." Ujar Rey dengan senyuman tersunging di wajahnya. Berbeda dengan Rey, Firman langsung melotot dan memajukan tubuhnya mendekati Rey walaumereka berbatasan dengan meja.

"Dimana dia, Rey. Aku ingin sekali menghajarnya." Ucap Firman dengan nada kesal.

"Sabar, Firman. Kau tak perlu terburu-buru,sekarang yang terpenting kita sudah menemukan lokasi dimana Rosa berada, dan kita bisa mengintai pergerakannya dari sekarang, agar kita tak kecolongan lagi seperti dulu." Kata Rey dengan santai.

"Rey, benar. Paling tidak sekarang keamanan Mayang dan dirimu bisa sedikit terjamin." Ucap Marven.

" Kau benar, tapi tetap saja, rasa khawatirku akan keselamatan Mayang dan Zee sangat besar."

"Aku sudah mengirimkan lokasi Rosa padamu, baru saja. Kau bisa memantau pergerakannya sekarang melalui GPS yang dipasang oleh anak buahku di mobil juga di dalam tas nya.

"Terimakasih, Rey. Kau sudah banyak membantuku dan Mayang."

"Sama-sama Firman, kalian berdua sahabatku, sudah selayaknya aku membantua kalian bukan?"

"Sekali lagi terimakasih, kau benar-benar sahabat yang baik Rey."

"Oya, Marven, mana nomor ponsel terakhir yang digunakan Leni istrimu?"

"Sebentar, Rey." Marven mencari kontak Leni di dalam ponselnya lalu mengirimkan apa saja yang dibutuhkan oleh Rey untuk mencari Leni.

Setelah mendapatkan apa yang dia butuhkan, Rey segera membuka laci di ruang miting itu, lalu terpampang layar digital di samping mereka seperti bioskop, lalu Rey mengeluarkan sebuah laptop yang sudah terhubung dengan layar. Lalu mulai mengetikkan sandi sandi dan kode-kode yang tak dimengerti oleh Marven dan Firman.

"Terakhir kali, dia berada di titik ini, Marven." Rey menunjukkan sebuah lokasi pada gambar peta di layar, dimana ada titik merah yang ditandai oleh Rey sebagai lokasi terakhir Leni terdeteksi.

"dan ini, tempat terakhir dia mengambil uang mengguakan rekening bank tersebut."Tambah Rey.

Marven dan Firman mengamati dengan seksama daerah yang ditunjukkan oleh Rey di dalam peta.

"Aku tahu daerah itu." Kata Marven.

"dimana?" Tanya Firman dan Rey.

"Itu tempat dimana Leni di lahirkan. Tapi waktu itu aku sudah kesana dan hasilnya nihil."

"Dia mngendarai SUV berwarna hitam saat ini," Ujar Rey menambahkan.

"Benarkah?" Tanya Marven yang tak percaya.

"Ya, lihat ini baik-baik."

Rey mempertajam gerakan kedua orang yang berada di sekitar leni.

"Itu… sepupu Leni."

"Ini mustahil, bagaimana bisa mereka membuat kebohongan seperti itu, apa niat mereka menyembunyikan keberadaan Leni dari ku?" Tanya Marven yang tentunya tak mempunyai jawaban karena mungkin yang seharusnya lebih tahu tentang keluarganya adalah Marven sendiri.

"Kau harus segera mncari tahu apa yang terjadi secepatnya, Marven." Ujar Firman sambil menepuk bahu shabatnya itu.

"Ya, kau benar Firman. Aku harus segera mengetahui apa sebab dia pergi dariku. Besok pagi aku akan langsung ke sana."

"kau jangan terburu-buru begitu, Marven. Sebaiknya kau mencari tahu lebih detail dulu tentang mereka dari orang lain."

Marven berpikir sejenak lalu mengangguk setuju, "baiklah."

"Kau tenang saja, aku akan memantau pergerakan istrimu." Janji Rey pada sahabat barunya itu.

avataravatar
Next chapter