20 Rencana Alvin

Alvin berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang mulai sepi karena malam telah mulai merambat, hanya ada perawat yang berlalu lalang dari ruang rawat satu ke ruang rawat yang lain, sesekali Alvin menundukkan kepalanya sekedar membalas sapaan dari para perawat yang sedang berpapasan dengannya.

Tak berapa lama Alvin masuk ke sebuah lorong dimana terdapat deretan kamar VVIP disana, berhenti sejenak di depan pintu kamar yang ia tuju, sekedar untuk menetralkan nafas dan deru jantungnya, bagaimanapun dia akan bertemu dengan Calon menantu dan calon besannya. Setelah beberapa saat Alvin mengetuk pintu bercat putih digadapannya.

TOK

TOK

TOK

Ceklek!! Bunyi pintu dibuka dari dalam, namun alangkah terkejutnya Alvin ketika melihat siapa yang membuka pintu dihadapannya. Apa dia salah kamar? sepertinya tidak mungkin karena baru tadi dia kesini, maka tak mungkin jika salah kamar, atau jangan-jangan. . .

"Alvin!"

"Harun!"

Keduanya kemudian saling berpelukan, sudah sangat lama mereka tidak pernah berjumpa, namun kini serasa mimpi, sahabatnya yang dulu mengejar mimpi sebagai seorang tentara kini ada di hadapannya. Begitupun dengan Harun yang tidak percaya jika dokter yang merawat anaknya adalah sahabatnya sendiri, sahabat yang ingin sekali ia temui, namun tak tahu kemana ia harus mencari.

"Apa kabar kamu?" Tanya Alvin dengan senyum lebar.

"Alhamdulilah, aku baik-baik saja, bagaimana dengan mu?" Harun bertanya balik pada sahabatnya.

"Aku juga baik-baik saja, aku tidak menyangka kita bertemu disini." Ujar Alvin.

"Akupun tak menyangka kita akan bertemu disini, sudah sejak lama kita tak pernah berjumpa, aku bersyukur hari ini kita bertemu, aku mencari mu kemana-mana, bahkan aku bertanya pada sahabt-sahabat kita yang lain tapi mereka juga sama tak tahu dimana dirimu." Tukas Harun.

"Oya, kamu ngapain disini? Kamu siapanya Mayang?" Alvin bertanya pada Harun sambil berjalan masuk ke ruang rawat Mayang diseratai Harun disampingnya.

"Mayang itu anakku." Jawab Harun yang membuat mata Alvin melotot tak percaya, benar-benar kebetulan.

"Jadi, Mayang itu anakmu?" Tanya Alvin memastikan lalu dijawab anggukan oleh Harun.

"Alvin." Sapa perempuan seusianya yang duduk disamping ranjang Mayang.

"Laras." Ucap Alvin sambil jarinya menunjuk ke arah wanita yang dipanggil Laras.

"Dia istriku." Ucap Harun sambil tersenyum.

"Benar-benar kalian cinta sejati, dari awal masuk SMU kalian swudah berikrar untuk saling setia, dan kalian membuktikan itu."

"Bukankah kamu juga, aku dengar dari Burhan katanya kamu menikahi Riana, dan menjadi CEO di kantor ayahnya, tapi kenapa sekarang kamu pakai sragam dokter, atau kamu doble Job?" Tanya Harun bertubi-tubi.

"Ya, aku menikah dengan Riana, kami punya dua anak laki-laki dan perempuan, dan kami membangun rumah sakit ini bersama, pokoknya ceritanya panjang, aku akan menceritakan padamu lain kali, yang jelas kali ini aku ada sesuatu yang penting yang ingin aku bahas denganmu." Jawab Alvin.

"Penting? Kita baru bertemu, ada hal penting apa? apa mengenai Mayang?" Lagi-lagi Harun merasa penasaran dengan sahabatnya ini.

"Kita bicara diluar saja bagaimana?"

Sebelum Harun menjawab ajakan Alvin, pintu ruangan kembali diketuk dan muncullah Riana dari balik pintu.

"Harun, Laras." Sapa Riana, sedangkan Harun hanya diam dan menatap seorang dokter cantik yang tiba-tiba menyapanya, begitupun dengan Laras yang mengerutkan dahi, bingung.

"Dia Riana, istriku." Ucap Alvin dan kini Harun dan Laras yang gantian terkejut, karena wajah Riana sungguh berbeda dengan wajahnya yang dulu.

"Riana operasi wajah karena suatu peristiwa." Terang Alvin

"O, pantas saja aku tidak mengenalinya." Ucap Harun.

Laras bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Laras, keduanya saling berpelukan, melepas rasa rindu karena bertahun-tahun tak bertemu.

"Jadi, apa kalian orang tua Mayang?" Tanya Riana setelah mengurai pelukannya dengan Laras.

"Iya, kenapa sih, tadi Alvin juga nanya kayak gitu." Laras penasaran.

"Apa yang terjadi dengan saya dok?" Tanya Mayang penasaran.

"Tidak ada-ada, kamu baik-baik saja." Ucap Alvin menatap Mayang yang sedang berbaring.

"Ya sudah kalau begitu, kita ngobrol disofa saja, biar semua jelas, aku penasaran, hal penting apa yang ingin kamu sampaikan." Lanjut Harun.

"Boleh, ayok" Alvin bersama harun berjalan menuju Sofa dipojok ruangan diikuti oleh para istri mereka.

"Mayang, sebelumnya perkenalkan kami, aku dan Riana adalah orang tua kandung Firman dan Sarah." Ucap Alvin menatap Sarah yang bersandar diranjang sambil menatap mereka.

"Lalu, yang di rumah Firman itu siapa?" Tanya Mayang.

"Firman itu siapa?" Tanya Harun menyela.

"Firman adalah anak kami berdua, dan dia adalah kekasih Mayang, anakmu." Alvin menerangkan, Harun menatap Alvin dan Mayang bergantian. Mayang hanya menunduk tak berani membalas tatapan ayahnya.

"Jadi laki-laki yang ingin melamar kamu adalah Firman? anaknya Alvin teman ayah ini?"

"Iya, Pak." Jawab Mayang pelan.

"Berarti dia juga ikut dalam kecelakaan ini kan, lalu bagaimana keadaannya sekarang?" Kini tatapan Harun beralih pada sosok sahabatnya yang sedang menarik nafas panjang, dan menyandarkan pungungnya ke sandaran sofa.

"Ini yang ingin aku bahas denganmu, Harun." Ucap Alvin.

"Baiklah, aku akan mendengarkan mu." Tukas Harun,

"akibat dari kecelakanan itu, Firman dipastikan akan mengalami kelumpuhan." Alvin berkata pelan, takut Mayang akan kaget.

Mayang membekap mulutnya tak percaya dengan apa yang ia dengar, kekasih tercinyanya akan lumpuh? karena menyelamatkan nyawa dia dan anaknya? Mayang menangis sejadi-jadinya, hatinya sesak sedih, Laras dan Riana berjalan cepat ke arah Mayang. Laras memeluk tubuh anak nya erat, sedangkan Riana duduk disamping ranjang sambil membelai pungung Mayang agar tenang.

"Aku ingin bertemu Firman, Buk." Ratap Mayang pada Ibunya.

"Firman membutuhkan ku buk, aku ingin dia tahu, apapun yang terjadi padanya aku akan tetap bersamanya, aku ga mau pergi darinya, tolong buk, bawa Mayang pada Firman buk, Tante tolong Mayangingin bertemu Firman." Perkataan Mayang semakin membuat sedih para orang tua yang ada disana.

"Bagaimana Harun? anakku lumpuh, apa kau masih mau menerimanya?" Tanya Alvin pada Harun.

"Alvin, Firman lumpuh karena menyelamatkan Mayang, lagi pula ini sudah takdir, kami akan menerima Firman apa adanya, kami yakin dia akan sembuh suatu saat nanti, dan andai kan tidak sembuh pun, kami akan tetap menerimanya." Ucap Harun Mantap sambil memegang tangan Alvin.

"Trimakasih, kamu memang orang yang baik, dan sahabat yang baik, aku percaya padamu, tapi masalahnya..." Alvin menjeda kalimatnya.

"Firman tidak mau merepotkan Mayang, bahkan dia ingin Mayang tak mengetahui bahwa dia masih hidup." Ucap Alvin menunduk.

"Apa? Firman ga bisa gitu om? aku tidak akan meninggalkan Firman apapun yang terjadi." Ucap Mayang histeris sambil menangis didekapan ibunya.

"Kamu tenang dulu mayang, kita akan mencari jalan yang terbaik." Ucap Laras.

"Aku tahu, saat ini Firman butuh waktu untuk menerima kondisinya, tapi aku juga tahu Firman sangat teguh pendiriannya." Alvin mendesah

"lalu?" Tanya Harun sambil mengerutkan dahi

"Saat ini Mayang sedang hamil anak Firman, berarti calon cucu kita." Alvin melanjutkan.

JeDDeeeerrrrrrr!!!!!

"Apa?!" Harun melotot ke arah Alvin karena tak percaya dengan apa yang dia dengar, bagaimana anaknya yang selalu ia ajari untuk menjaga dirinya, bisa hamil diluar nikah?

"Mayang, apa yang dikatakan Alvin benar?" Selidik Harun pada Mayang.

Mayang hanya mengangguk pelan.

"Tapi itu tak seperti yang ayah duga." Ucap Mayang.

"lalu?" Harun kembali menyelidik pada Mayang.

"Waktu ada acara jamuan, Firman sengaja minum yang disediakan untukku, karena dia tahu minuman itu telah dicampur dengan obat, yang Firman tidak tahu adalah bahwa obat itu adalah obat perangsang, dan aku tak tega melihat Firman menahan efek obat perangsang itu dengan dosis besar." Terang Mayang.

"Kami hanya satu kali itu melakukannya, bapak." Mayang melanjutkan.

"Lalu bagaimana sekarang, Vin?" Ucap Harun menahan emosinya.

"Aku akan tetap menikahkan Mayang dan Firman, sebagai persyaratan bahwa aku mengabulkan keinginan Firman untuk membuatnya mati dihadapan Mayang?"

"maksudmu?"

avataravatar
Next chapter