1 PROLOG

Kepura-puraan ini sungguh membuatku merasa tak nyaman. Apa yang aku lakukan ini benar? Bagaimana jika mereka mengenaliku dan tahu bahwa aku bukanlah dia? Meski wajah kita sama. Tinggi kita juga hampir sama, meski aku lebih pendek satu sentimeter darinya, dan itu tidak jadi masalah jika kita disandingkan. Semua fisik yang kita miliki memang tak ada bedanya, tapi bagi yang sudah tahu bahwa kita kembar pasti bisa membedakan kita. Namun sayangnya baik teman-temanku atau dia tidak pernah tahu jika kita itu kembar, hanya keluargaku dan kerabat terdekat saja yang tahu dan sedikit sudah bisa membedakan kita.

"Hey! Cewek tengil."

Seruan suara dibelakangku membuatku terlonjak kaget. Tapi aku mencoba untuk mengabaikannya. Bisa saja seruan itu bukan untukku. Lagipula aku tidak kenal siapapun di kampus ini. Aku langkahkan lagi kakiku untuk menuju ke kelas. Dia sudah memberikanku petunjuk di mana letak kelasnya itu.

"Hey! Siapa yang suruh loe buat pergi!? Berhenti cewek tengil!!" seruan dari suara yang sama kembali terdengar ditelingaku. Tapi aku menggeleng pelan. Sekali lagi aku mengabaikannya, tetap melangkahkan kakiku.

"Gue bilang berhenti 'Shabrina Anandita Keneisha Kusuma'!"

DEG!!

Aku menghentikan langkahku saat nama dia di sebut oleh orang itu. Bahkan menyebutkannya dengan begitu lengkap. Nama dari saudara kembarku sendiri, Dita. Astaga!! Aku harus bagaimana? Dia pasti orang yang diceritakan Dita kepadaku. Mendengar suaranya saja sudah membuatku merinding seperti ini. Bagaimana dengan tampangnya?? Pasti tak kalah menyeramkan seperti preman-preman pasar dekat rumahku.

Aku mendengar suara derap langkah kaki yang berjalan mendekat. Bahkan terdengar ramai, terdengar juga krasak-krusuk dibelakangku itu. Pasti dia tidak sendiri. Mampus aku!!

"Hey! Balik badan!!" suara dengan nada perintah itu terdengar begitu jelas tepat dibelakangku. Aku masih terdiam. Tubuhku mendadak gemetar.

Kenapa Dita harus menyuruhku untuk menghadapi orang seperti dia sih?? Gerutuku dalam hati.

"Loe 'budeg' ya?? Gue bilang balik badan cewek tengil!!?" ujar orang itu dengan penuh penekanan.

Aku sempat mendengar lagi krasak-krusuk dibelakangku itu sampai akhirnya sebuah tangan kekar itu mencengkeram pundakku lalu membalikkan badanku dengan paksa agar bisa berhadapan dengannya. Aku tak berani memandang orang itu. Saat aku berbalik pun kepalaku langsung kutundukkan. Takut melihat tampangnya yang mungkin saja atau pasti sangat menyeramkan itu.

"Hey! Angkat wajahmu!" seru orang itu lagi.

Aku masih bergeming dengan kedua tanganku mencengkeram erat tali tas selempang yang kukenakan. Dapat ku lihat juga didepanku kini ada tiga orang pemuda. Aku tak tahu seperti apa tampang ketiga orang itu. Tapi yang jelas ketiga pemuda yang merupakan senior dari saudara kembarku ini sangatlah menyeramkan untukku.

"Bro, loe yakin mau kasih pelajaran ke dia?" suara tanya dari pemuda di sisi kanan dari orang yang berdiri tepat didepanku ini.

"Iya bro. Loe nggak lihat apa dia udah ketakutan gitu?" ujar suara lainnya dari sisi kiri orang itu.

"Alaa... Ini cewek cuma pura-pura ketakutan aja bro. Kalian nggak ingat apa kalau lusa kemarin dia udah berani dorong gue sampai gue jatuh ke selokan belakang aula kampus!?" ujar orang itu yang membuatku langsung membulatkan mata. Tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh orang itu.

Benarkah Dita senekat itu melakukan hal itu pada orang yang ada didepanku ini?

Benar-benar tidak berubah itu anak...

Dita memang sangat berbeda denganku yang sedikit pendiam jika bertemu dengan orang baru. Tapi jika sedang bersama dengan keluargaku, tentu aku juga akan sama seperti saudara kembarku itu. Aku akan langsung membaur dan bisa cerewet juga seperti saudaraku.

Tapi Dita tidak sama sepertiku. Meski dalam lingkungan baru, dia akan lebih mudah untuk bisa bergaul. Bahkan dalam urusan seperti ini, Dita pasti tidak akan segan untuk langsung membalas pada orang yang sudah berbuat jahil atau semena-mena padanya.

Dan lihatlah sekarang...

Akibat ulah Dita itulah, aku yang harus menerima balasan dari orang itu??

Dan kenapa pula Dita menjadikanku umpan untuk orang itu??

Satu bulan lamanya pula...

"Hey! Apa loe sekarang bisu? Hah!?" ujar orang itu lagi. Membuatku semakin takut dengan situasi seperti ini. Mataku juga semakin memanas.

"Hey!! Loe dengar kan apa yang gue ucap?" ujarnya lagi yang tampak sudah geram. Orang itu juga menarik daguku dengan paksa agar wajahku terangkat.

Orang itu tampak terkejut saat wajahku terangkat. Mungkin karena wajahku yang sudah memerah karena menangis. Dan entah sejak kapan pula pipiku ini sudah basah karena rasa takutku pada orang itu.

Bukannya iba atau kasihan, orang itu kini justru menertawakan keadaanku saat ini. Begitu pula orang yang ada di sisi kanannya. Berbeda dengan orang di sebelah kirinya yang memandangku dengan pandangan yang sedikit bingung.

"Bro! Udah bro! Udah!" ujar orang di sisi kiri orang itu menepuk-nepuk pundaknya. Memintanya untuk berhenti menertawakanku.

"Udah deh, Bhi. Loe nggak usah belain dia. Gue tau loe naksir nih cewek. Loe sama gue juga saudaraan. Tapi gue nggak akan tinggal diam kalau dia macam-macam sama gue. Dan sejak awal gue sangat benci sama dia." ujar orang itu sambil mengacungkan telunjuknya ke wajahku.

Astaga!!

Sebenarnya masalah apa sih yang terjadi antara Dita dengan orang ini??

"Ya ampun, Randra... Gue juga nggak peduli ya loe sama Dita ada masalah apaan. Tapi gue juga nggak suka kalau ada cewek yang udah ketakutan seperti ini, tapi loe masih mau ngebalas kelakuan dia ke loe."

Orang bernama Randra itu langsung berkacak pinggang. Mendengus kesal mendengar ocehan dari orang yang disebut saudaranya itu.

Huh!!

Satu cowok naksir sama Dita. Satu cowok lainnya lagi sangat benci dengan Dita. Dan mereka juga bersaudara.

Kamu ada masalah apa sih Dita??

Kenapa kamu mau masukin aku ke dalam masalah kamu ini, Dita??

Aku menghela nafasku pelan. Mencoba menghapus jejak basah dipipiku sepelan mungkin.

"Ma─maaf." lirihku dengan menundukkan kembali wajahku.

"Apa??" suara Randra terdengar kaget saat aku mengucapkan kata 'maaf' itu. Bahkan suara kekehan terdengar setelahnya. Seolah mengejek akan ucapanku barusan.

Memangnya ada yang salah dengan ucapanku barusan??

"Ma─maaf, kak. Saya harus segera ke kelas." ujarku sekali lagi. Dan langsung berbalik hendak meninggalkan mereka. Namun sial, cengkeraman tangannya di pergelangan tanganku menahan langkahku.

"Siapa yang menyuruh loe untuk pergi?! Gue belum selesai ya urusannya sama loe!!" ujar Randra.

"Tapi kak─" belum selesai aku berkata, Randra langsung menarikku. Aku yang tak siap hampir saja terjatuh saat Randra menarikku dengan kasarnya.

Ya ampun...

Semoga saja aku tidak diapa-apain sama orang ini...

Kalau sampai itu terjadi, aku akan bikin perhitungan denganmu, Dita...

avataravatar