2 2. 2009- 2

Ana duduk dibalkon sambil bertopang dagu dia menatap sunset yang terbenam berganti langit malam tanpa bergerak sedikitpun. Hingga akhirnya dia merasakan kehangatan menyelimutinya dari belakang. Dia menoleh melihat seniornya yang sejak hari pertama kedatangannya selalu sangat baik dan perhatian padanya.

"Kak Azira? Sejak kapan disini!".

"Kau melamun sampai badanmu membeku karena dingin apa kau tidak sayang tubuhmu lagi!"Bukan jawaban yang didapat tetapi omelan. Ana menghela nafas pasrah ini sudah sering terjadi sejak mereka saling mengenal dan tinggal dikontrakan ini.

"Kakak terlalu cerewet seperti biasa!".

Azira merengut dan duduk disebelah Ana "Kau sama saja dengan mereka mengataiku kejamlah, cerewetlah padahal aku memang seperti itu. Kenapa mereka masih protes?". Azira menatap Ana "Kenapa kau tertawa".

"Kak, itu tandanya mereka sayang kakak! Meskipun mereka jengkel karena sifat kakak tapi mereka tetap bersama kakak saat suka maupun duka kan?".

Azira mengangguk sambil berpikir "Hm.. Yang kau katakan itu benar! Hei ngomong-ngomong apa kau sudah makan malam?".

"Belum!".

"Kebetulan sekali bagaimana kalau kita makan diluar saja sekalian ikut tren malam minggu! Kemudian jalan-jalan, nonton bioskop aku melihat ada film baru kemaren!".

Ana merengut "Kakak sebenarnya mau mengajakku pergi makan malam atau nonton bioskop!".

Azira tersenyum lebar lalu menyeret Ana untuk berdiri mengikutinya dan berkata "Dua-duanya! Ayo cepat!".

Ana tidak akan pernah menyangka apa yang dimaksud seniornya film baru adalah film horor. Diruangan gelap hanya cahaya dari layar lebar saja tidak cukup mengusir rasa takut dihati Ana. Ketika melihat adegan hantu yang tiba-tiba muncul dari belakang pemain utama jantung Ana rasanya ikut berdebar dengan cepat tanpa sadar dia mengenggam tangan yang berada disebelahnya dengan erat setiap kali dia menjerit maka pegangan itu semakin erat bahkan dia menarik tangan tersebut untuk menutup matanya sebagai tempat persembunyian. Ketika adegan sedikit santai Ana menghela nafas lega dia menoleh kesamping kanan menatap seniornya Azira dengan mata terbuka lebar dan tangan yang tak berhenti memasukkan popcorn kedalam mulutnya dengan tenang. Dalam hati Ana menyumpahi seniornya itu untuk tersedak popocorn karena mengabaikannya saat ketakutan untung saja dia berpegangan kalau tidak mungkin sudah tergelatak dilantai karena pingsan.

Berpegangan?! Tunggu!

Ana menatap kedua tangan senior Azira satu memeluk wadah popcorn yang satunya sebagai pengantar kedalam mulutnya. Lalu dengan gerakan patah Ana menatap tangan yang sejak tadi dia pegang dengan erat tanpa sadar menelan ludah menatap pemilik tangan Ana menahan nafas kaget dia melepaskan tangan itu dengan cepat dan menarik tangan Azira sebagai ganti pegangan.

"Kak! Sepertinya aku dalam masalah!". Cicit suara Ana. Sedangkan pemilik tangan hanya menatapnya dengan datar.

"Apa? Lihat hantunya muncul lagi"Kata Azira masih terfokus pada layar mengabaikan Ana yang masih ditatap datar tanpa sadar Ana merasakan ketakutan yang lebih besar dari pada menonton film horor.

Karena filmnya mendekati akhir Ana tidak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah cowok tampan pemilik tangan yang dia pegang sejak di putarnya film horor tersebut. Begitu pula cowok tampan tersebut tidak peduli lagi dengan akhir dari film dia hanya menatap wajah Ana melihat ekpresi kebingungan dan takut diwajah Ana membuat sudut bibir cowok tampan itu Terangkat. Mata Ana melebar kaget dalam hati ia berteriak.

Ya tuhan! Dia tersenyum! Tidak jantungku kamu harus tenang jangan berdegup kencang seperti habis maraton!.

Ana memegang dada kirinya berharap jantungnya sedikit tenang tapi karena tindakan itu cowok tampan itu semakin tersenyum lebar meskipun tatapan tajamnya berubah lembut tetap saja itu tidak aman untuknya. Ana menarik Azira meminta perhatian.

"Ada apa Ana? Filmya sebentar lagi hahis!".

Ana pasrah. Beberapa menit kemudian film horor tersebut akhirnya habis. Azira menatap Ana lalu perhatiannya beralih pada cowok disamping Ana matanya melotot kaget.

"Arka!! Kenapa kau disini!". Teriak Azira.

"Nonton tentu saja!".

"Tapi kau bilang mau pulang kenapa sekarang bisa berada disini? Kau sendirian?".

Arka mengangguk mengabaikan pertanyaan pertama Azira "Dia ketakutan sampai meremas tanganku kau lihat!". Arka memperlihatkan lengan putihnya yang kini memerah bahkan ada bekas kuku disana pada Azira.

Azira melihatnya dan bergumam kagum "Woah! Akhirnya kau tidak alergi lagi pada sentuhan cewek!" Perhatian Azira beralih pada Ana "Kenapa kau tidak bilang takut nonton film horor! Kita bisa mengubahnya ke film yang kau sukai! Dan kau Arka sepertinya kau baik-baik saja! Tidak sesak nafas atau badanmu tidak memerahkan?".

Arka memperhatikan lengannya yang meninggalkan bekas kuku Ana tanpa ada bekas lain dia menggeleng "Kecuali ini semuanya masih baik-baik saja!".

Azira terkekeh "Itu artinya kalian berjodoh!".

"Apa!".

❄❄❄

Kejadian di bioskop malam itu menganggu nya hingga tidak bisa tidur, Ana hanya bisa pergi ke kampus dengan mata Panda mengabaikan seniornya Azira yang terus bertanya kenapa matanya memiliki lingkaran hitam, padahal dia tahu alasannya.

Acara penyambutan mahasiswa baru begitu meriah dan sangat ramai. Ana tidak suka tempat yang ramai jadi dia memilih menepi dan duduk di bawah pohon menatap jauh kelapangan bola yang kosong.

"Sangat panas bukan?".

Ana menoleh ke asal suara cewek cantik tinggi, mata sipit rambut panjang dan memiliki senyum cerah tipe orang yang aktif. Ana tersenyum sebagai balasan.

Cewek itu mengulurkan tangannya "Aku Hana! Kau?".

Ana menyambut uluran tangan tersebut "Ana!".

Hana mengangguk dan tersenyum lebar "Aku malas di sana mereka selalu bergosip tentang senior yang tampan itu!".

Ana memperhatikan arah yang disebut Hana di sana memang ada sekelompok mahasiswi baru dengan wajah dan gaya yang lumayan mewah sedang bergosip lalu tertawa namun pandangan kelompok itu tidak lepas dari... Arka?

Ana mendengus wajah tampan memang selalu menjadi pujaan banyak orang. Kenapa dia harus peduli dan kenapa pula dia merasa tidak nyaman saat Arka diperhatikan oleh cewek lain. Ana kembali menekan dadanya dan berkata dalam hati hei jantung kau sebenarnya kenapa? Tolong tenanglah!

"Ana, ayo pergi makan! Kita butuh tenaga untuk nanti meskipun itu hanya duduk-duduk saja!".

"Kemana kita akan pergi?"

"Kau ikuti aku saja! Ada banyak tempat untuk makan di kampus ini mari kita ke kantin fakultas ekonomi aku dengar ada masakan enak di sana!".

Ana mengerut kening tapi tetap mengikuti Hana. Teman barunya itu sangat cepat akrab dan menghilangkan perasaan canggung dari pada sendirian bersama Hana memang pilihan baik. Tapi kenapa harus ke fakultas ekonomi hanya untuk mengisi perut itu rasanya di luar pemikirannya.

Ana mengikuti langkah Hana matanya tiada henti menyusuri setiap sudut bangunan dan taman fakultas ekonomi tidak seperti bangunan fakultas hukum mereka. Hati Ana tiba-tiba bergetar penuh semangat inilah yang dia tunggu-tunggu selama ini menjadi mahasiswa dan mendapat teman baru. Mereka akhirnya sampai disebuah warung dengan tenda biru tempatnya tidak terlalu besar juga tidak kecil, beberapa meja telah terisi hanya menyisah kan sebagian kecil yang kosong. Ana menatap Hana yang sedang antri memesan makanan sedangkan dia duduk menunggu.

Persahabatan itu seumpama laut dan pasir senantiasa bersama-sama menghadapi pecahan ombak, saling melengkapi dari masa ke masa. Ana bisa menyimpulkan kalau Hana adalah sahabat pertama terbaik yang dia miliki dan akan selalu seperti itu selamanya.

Beberapa saat kemudian Hana datang dengan dua mangkuk bakso. Kening Ana berkerut jadi ini makanan enak yang dimaksud Hana, kenapa dia merasa telah ditipu oleh teman barunya ini. Mengabaikan suara hatinya Ana mencicipi bakso itu, memang enak bumbunya terasa pas. Mereka makan dengan lahap hingga pandangan Ana jatuh pada salah satu pengunjung. Pakaiannya sangat modis dan bergaya tapi masih jauh dari selera Ana. Dia memperhatikan pengunjung itu cukup lama orang itu adalah Amel salah satu tamu yang datang berkunjung ke kontrakan mereka beberapa hari yang lalu tapi kenapa dia bersama cowok lain dan ini wajahnya juga tampan meskipun masih kalah dengan ketampanan Arka seniornya.

Ana tersentak kenapa dia jadi membandingkan ketampanan mereka lagipula tidak ada hubungannya dengannya.

❄❄❄

avataravatar
Next chapter