webnovel

prolog

'Bandung, 1995'

"Tolong ... tolong ... tolong ...!"

Seorang wanita berlari ketakutan meminta tolong, memecah kesunyian di heningnya malam. Peluh membanjiri wajah dan lehernya, napas turun naik tidak teratur berpacu dengan rasa takut tatkala ia kembali melihat ke arah belakang, tepat di mana dua lelaki berlari mengejar.

Wanita itu kembali berteriak sekencang mungkin berharap akan ada seseorang yang mendengar dan menolong. Tapi sayang, tidak ada satu pun yang mendengar kecuali dua lelaki yang masih saja mengejar, karena memang. Saat ini mereka berada di tengah hutan, jauh dari perkampungan.

"Aaarrghhh!"

Ia memekik saat ternyata masih ada dua lelaki lagi yang menghadangnya di depan. Tawa kedua nya menggema menusuk telinga wanita yang semakin terpojok. Bibirnya bergetar, pijakan kaki semakin terasa melemas, tetapi ia tatap berusaha menyelamatkan diri.

Naas! Belum juga hilang rasa takutnya, kini dua lelaki lain yang sedari tadi mengejar datang dan menghadangnya dari belakang.

Ia semakin terpojok dan sulit berlari, terlebih tangan kekar dari salah satu mereka berhasil mencengkramnya.

"Bawa dia ke Villa." perintah lelaki yang memiliki badan kekar

Tubuh ramping itu berhasil di seret dengan kasar seperti layak nya barang yang sudah tidak berharga.

***

Di tengah hutan, jauh dari perkampungan, berdiri sebuah Villa besar berwarna coklat.

Di dalam kamar Villa itu tergeletak wanita tidak berdaya menangis meratapi nasib buruk yang ia terima. Tangis nya pecah, sementara tubuh nya tertutupi selimut tebal.

Sementara seorang lelaki tertawa puas melihat ke'tidakberdayaan wanita yang duduk di tepian ranjang.

"Itu akibat nya jika sudah berani menolakku," kata nya puas masih tertawa.

Ketiga lelaki itu pun ikut tertawa merasa menang.

"Kalian semua laki-laki biadab, tidak memiliki hati!" bentaknya bergetar

Perasaannya hancur seiring dengan hilangnya kehormatan yang selama ini ia jaga, tetapi kini, empat lelaki tidak berhati itu berhasil merenggutnya hanya dengan satu malam. Seperti hewan buas.

Salah satu dari mereka yang merupakan dalang dari rencana itu menjongkok menyamakan posisi wajahnya dengan wanita itu. Dia tertawa tangannya memegang dagu wanita tersebut.

"Kamu senang, sayang?" lirihnya

Sungguh wanita itu merasa jijik, ia meludahi wajah lelaki yang memegang dagunya.

Tentu saja hal itu membuat ia merasa geram, dengan keras satu tamparan berhasil mendarat di pipi, darah mengalir dari sudut bibir wanita lemah itu.

"Bos, kita apakan wanita itu?" tanya lelaki lain.

Lelaki yang di panggil 'Bos' itu berdiri menghampiri ketiga anak buahnya.

"Habisi dia!"

Mereka mengangguk. Mereka mendekati wanita yang semakin takut. Ia mencengkram kuat selimut yang masih menutupi tubuhnya.

"M-m ... ma ... mau apa kalian?" tanyanya gugup

"Kami akan mengirimmu ke tempat yang lebih tenang."

Mereka kembali menyeret tubuhnya ke luar kamar.

Tubuh lemah itu terangkat tinggi dan, naas! Ia jatuh dari ketinggian lantai dua.

Selimut putih berubah menjadi merah, wajahnya hancur dan sebuah pecahan meja kaca yang tertimpa tubuhnya menancap membuat darah semakin deras membanjiri seluruh tubuhnya.

Tragis!