28 SLS BAB.27

Sekitar 12 tahun yang lalu seorang gadis kecil berusia 5 tahun sedang berjalan menyusuri taman. Orang tuanya entah pergi kemana karena sekarang gadis kecil itu berjalan dengan sendirian.

Hingga tidak disangka saking lamanya ia berjalan sembari sesegukan ia berada di sebuah gang sempit. "I-ini dimana" Gadis itu sedari tadi menengok ke kanan dan ke kirinya berharap ada orang tuanya.

Namun nihil sama sekali tidak ada orang tuanya di sekitarnya. Bahkan sekarang jarak antara taman dan gang kecil itu sekitar 500 meter. "M-mommy?" Gadis kecil itu menengok karena mendengar sebuah pergerakan kecil.

Terlihat siluet bayangan wanita yang berjalan dengan anggun menghampirinya. "Hai gadis kecil" wanita itu menyapa dengan suara yang cukup lembut. "Bibi siapa?" Gadis itu masih dengan hidung yang memerah dan suara yang parau.

"Ibumu tidak bisa menjemputmu oleh sebab itu aku di suruh kemari" Ucap wanita itu seraya menggandeng tangan yang dua kali lebih kecil darinya. "Aku adalah penjagamu yang baru" Wanita itu berujar lagi membuat gadis yang ada di genggamannya seketika tersenyum lebar.

Sudah tidak asing bagi gadis kecil itu bersama dengan para pengasuhnya. Sudah hampir 3 kali ia mengganti pengasuh karena orang tuanya yang sibuk bekerja. Hampir jarang sekali ia bersama dengan orang tuanya. "Terimakasih bibi" sang gadis mengusap air matanya dan menggenggam erat tangan wanita itu.

Wanita itu mengajak gadis kecil kesebuah rumah tua yang sungguh berdebu dan juga tidak terawat. "Bibi kita mau kemana?" Gadis kecil itu semakin menggenggam dengan erat karena takut akan pemandangan rumah yang ada di depan matanya.

"Ini rumah bibi kamu tidak usah takut" Sang wanita memutar kunci dan akhirnya membuka pintu. Terlihat seram karena rumah itu hanya memiliki sedikit penerangan dan kemungkinan kecil untuk tidak menabrak sesuatu.

"Bibi Ava takut" Gadis kecil itu merengek lantaran sungguh takut dengan pemandangan di depannya itu. "Diam! Jangan banyak bicara dan cepatlah untuk masuk!" Ujar wanita itu dengan penekanan di setiap katanya membuat bulu kuduk merinding.

Bohong sekali jika tidak ada yang takut kepadanya sudah terlihat bahwa ada satu orang laki-laki dengan tangan yang terikat di depan matanya. Wanita itu melakukannya juga kepada gadis di depannya ini. "Duduk!" Tegas sang wanita itu yang mau tak mau harus dituruti.

"Jangan ada yang kabur selagi diriku pergi! INGAT ITU!" Pintu tertutup dengan kecang dan keras. Gadis itu hanya bisa menangis dengan sesegukan. "Sudahlah jangan menangis sini aku berikan coklat caramel" Laki-laki itu memberikan potekan coklat caramel agar gadis itu segera berhenti menangis.

Padahal laki-laki itu juga terlihat cukup ketakutan. "Siapa namamu?" Tanya sang gadis. "Namaku..."

°

°

°

°

°

°

°

°

×××haechan_sun×××

Seketika lintasan memori memenuhi benak Ava. Masa lalu saat ia berumur 5 tahun dan di culik bersama seorang pria yang sungguh ia lupa dengan namanya. Ava memegangi kepalanya yang terasa cukup pusing. Ternyata sekarang ia berada di sofa ruangan VIP pembeli baju di butik.

Ava mengambil air mineral di atas nakas dan langsung meneguknya hingga tandas tak tersisa. Sungguh ia sangat takut dan panik akan masa lalu yang cukup menyeramkan menurutnya. Ia bahkan akan sulit tertidur ketika mengingat masa lalunya yang sangat menyeramkan itu.

Sepertinya ia harus periksa ke dokter karena kehabisan obat penenang. Ia sungguh harus datang ke rumah sakit itu dan mencari dokter yang sudah merawatnya selama 5 tahun terakhir ini.

Pintu terbuka menampilkan raut wajah khawatir seorang Felix. "Kenapa bisa pingsan sihh" omelnya. "Bisa aja lah jelmaan monyet namanya juga manusia gak kayak kamu" Ava menguncir rambutnya. "Emang aku apa?" Tanya Felix hati-hati karena sudah pasti jawaban Ava sungguh bukan yang baik.

"Setan maybe" Ava langsung keluar dari ruangan itu menuju lobby butik yang sudah ada Mommy karena mamah mungkin sudah pulang. "Ava baik-baik saja?" Tanya Angelina dengan raut wajah yang sungguh khawatir akan anak satu-satunya.

"Ava gak papa kok mom, Kan ada Felix" Ucap Ava sembari menunjuk Felix yang berada di sebelahnya. "Felix emang bisa di andalkan ya, Mantu idaman deh" Angelina menepuk bahu Felix. Membuat yang sedang di pegang bahunya tersenyum malu sekaligus senang dianggap mantu.

Emang suka pura-pura gitu bocahnya jangan di temenin. "Hahaha bisa aja nih mom" Felix tertawa canggung di depan calon mertuanya yang cantik membahana ini seperti anaknya yang sedang ia pacari emang bibit unggulan mah gini.

"Felix izin pulang dulu ya mom udah di cariin mamah" Ucap Felix sopan kepada Angelina. "Felix kan gak bawa mobil" Ucap Angelina. "Bukannya mobil kamu ada di apartemen" kata Ava kepada Felix. "Iya, tapi udah di tungguin Sama Brian di depan Gang" Kata Felix, mana mungkin ia mengaku ingin melawan mafia kepada ibu mertuanya ini.

Ganteng doang jemput temen depan gang Ehhh kok bernada. "Owhh yaudah kalo gitu hati-hati ya Felix" Ucap Angelina saat Felix sudah membuka pintu kaca butik. "Mom Ava mau nanya dong" Angelina menengok ke arah putri semata wayangnya itu. "Mau tanya Apa sayang?" Tanya Angelina.

"Kok 12 tahun lalu Ava bisa di culik?" Seketika Angelina tersenyum hambar.

avataravatar
Next chapter