webnovel

Prolog

Kim Sohyun.

Perempuan berusia 27 tahun itu menatap gaun putih di depannya. Tak ada rona bahagia lagi yang terpancar dari dalam dirinya. Besok seharusnya menjadi hari paling bahagia untuk dirinya dan Jeon Jungkook- kekasihnya yang lebih mudah 2 tahun darinya.

Sohyun dan Jungkook sudah berpacaran sejak di bangku SMA. Sejak mereka berdua menjadi peserta pelatihan (trainee) di sebuah agensi kecil.

Mimpi mereka berdua sama. Sama-sama menjadi idol dan bisa berdiri di atas panggung yang sama. Sayangnya Sohyun harus merelakan mimpinya dan alih-alih menjadi aktris figuran untuk membantu kehidupannya bersama Jungkook. Sementara lelaki itu? Sohyun paksa agar terus melanjutkan traineenya dan berkuliah. Agar kelak ketika menikah, Jungkook bisa mendapat pekerjaan yang mapan dan hidup mereka bahagia. Sohyun tak masalah kalau harus membiayai kuliah Jungkook. Anggap saja itu sebagai investasi berkala...

Sayangnya... Hidup Sohyun tak semulus dengan rencananya.

Jungkook meminta putus tepat dua hari sebelum pernikahan sederhana mereka yang akan dilangsungkan di sebuah geraja kecil dekat apartmenen mereka. Tidak hanya itu... Jungkook mengemasi semua barang-barangnya. Dia menghilang.

Tidak, lebih tepatnya dia kabur bersama gadis lain.

Sohyun hancur.

Tapi dia sadar, hanya dengan berdiam diri tak akan merubah segalanya. Sohyun mencoba mengikhlaskan Jungkook.

Suatu hari ketika dalam perjalan pulang, Sohyun melihat seorang peramal tua di jalanan. Selama hidupnya dia tak pernah percaya dengan yang namanya ramalan. Baginya semua itu hanya tahayul.

Ingin beranjak- peramal itu malah mencegahnya. Mengatakan akan memberi ramalan gratis pada Sohyun. Sejenak Sohyun terlena. Toh itu tidak akan sepenuhnya terjadi.

"Apa ada jalan pintas untukku agar aku bisa segera kaya?" Tanya Sohyun.

Perempuan tua itu tertawa terbahak-bahak. "Tanpa bertanya padaku pun, tentu itu ada."

"Apa?"

"Apalagi? Menikah dengan pria kaya atau menjadi selingkuhannya."

Sohyun tertawa mengejek. Dia menyesal telah bertanya seperti itu. "Sudahlah! Tidak ada gunanya bertanya padamu." Lalu bangkit dari duduknya.

"Hey, nona. Meski hidupmu akan selalu diliputi kegelapan, percayalah, kau akan segera bertemu dengan pria kaya yang mau menikahimu."

"Yakin pria kaya? Kau meledekku, huh. Semua perkataanmu hanya omong kosong!"

"Berani bertaruh?"

"Bahkan malam ini kau akan tertimpa kesialan yang melibatkan pria itu."

"Perempuan gila!" Gumam Sohyun.

"Terserah percaya atau tidak. Yang jelas pria itu ditakdirkan untukmu."

"Ya-ya, terserah apa katamu." Sohyun pergi. Namun baru beberapa langkah, dia kembali lagi pada si perempuan tua, lalu memberikan jaketnya. "Udara malam tak cocok untuk nenek tua sepertimu." Ucapan Sohyun seakan meledek. "Cepat kenakan dan pulanglah!" Nadanya sedikit sarkas dan terkesan kasar. Lalu Sohyun benar-benar pergi.

Si perempuan tadi tersenyum. "Dasar anak itu," gumamnya.

"Semoga kau diberkati, nak. Kau sudah lama menderita... Dan ini waktumu bahagia."

***

Pria itu terbangun dari tidurnya. Dia merasakan sepasang lengan melingkari perutnya sepanjang sore tadi- sehabis pergulatan panjang mereka.

Kim Taehyung, pria bersurai coklat keemasan itu mendesah kesal. Padahal bukan itu niatnya datang kemari.

Taehyung turun dari ranjang perempuannya lalu memunguti pakainnya sebelum ke kamar mandi.

"Kau sudah mau pergi?" Park Jihyo memeluk Taehyung dari belakang yang sedang memakai kemeja putihnya.

Taehyung tak berekasi meski perempuan itu tengah menggesek-gesekkan dadanya di punggung tegap miliknya. Perempuan memang punya banyak cara untuk meluluhkan hati lelaki.

Namun tidak dengan Taehyung kali ini.

Setelah berhasil mengancingkan semua kemejanya. Dia pergi untuk mengambil dasi dan memasangnya di depan kaca. Hanya butuh beberapa detik dasi itu telah melekat sempurna di dada bidangnya.

"Aku pergi," ucapnya dingin seraya menyambar jasnya.

Jihyo merentangkan tangannya di depan pintu. Tak memberikan akses sedikitpun pada mantan kekasihnya itu. Ya, mereka baru saja putus dua hari yang lalu.

"Kau serius ingin meninggalkanku?"

"Aku tidak bisa melawan mereka, terutama nenekku."

"Kau memang pria breng*ek! Kau anggap apa aku selama 3 tahun ini? Partner ranjang, huh?"

Kilatan mata Taehyung berubah yang awalnya teduh menjadi ganas. Dia tak suka ketika orang lain tak menghargainya.

Dan orang itu Jihyo. Kekasihnya sendiri. Perempuan satu-satunya yang hanya dia lirik selama 3 tahun ini. Sungguh, meski tak tahu apakah perasaannya pada Jihyo itu cinta, yang jelas, Taehyung tulus padanya. Adapun masalah ranjang, itu hanya bonus. Lagi pula Jihyon sendiri yang melemparkan dirinya untuk Taehyung nikmati.

Jihyo baru saja mengatainya breng*ek. Mengambil keuntungan darinya sebagai partner ranjang? Huh. Faktanya dia sendiri juga menikmati semua 'service' yang ia berikan. Perempuan ini menggelikan.

"Lalu apakah kau menyalahkanku atas ketidak-mampuanmu untuk memiliki anak?"

Lutut Jihyo lemas. Dia kalah telak.

Inilah alasan sebenarnya Taehyung meminta putus. Karena dirinya mandul. Karena dirinya tak layak untuk menyandang gelar nyonya Kim.

"Jujur, awalnya aku merasa berat untuk meninggalkanmu. Tapi malah begini sikapmu!"

Taehyung sekali lagi menegaskan tatapannya pada sang mantan kekasih. "Dan jangan lupakan, bahwa kaulah yang awalnya menggodaku."

Tubuh Jihyo merosot jatuh. Air mata berlinang tanpa bisa ia bendung.

"Ini terakhir kalinya aku menginjakkan kakiku di sini... Selamat tinggal," pungkas Taehyung.

Tangis Jihyon pun pecah. Dia meraih benda-benda yang bisa ia raih disekitarnya, lalu memecahkannya ke lantai atau dilempar ke sembarang arah. Yang jelas raungannya terdengar begitu pilu malam ini.

Namun tanpa orang lain ketahui, Taehyung menangis hebat sambil mengendarai mobil bmw hitam miliknya. Mencampakkan orang yang ia cintanya ternyata sama saja sakitnya dengan orang yang dicampakkan. Mungkin rasanya tak persis sama. Yang jelas...

Mencampakkan itu juga berat. Rasanya seperti menanggung beban besar di punggung.

Menginjak gas mobilnya semakin dalam, Taehyung menyusuri sepinya jalanan Seoul yang ternyata baru saja diguyur hujan.

Sohyun masih saja mengomel di sepanjang jalan setelah mendengar ramalan tak masuk akal dari wanita tadi.

"Menikahi pria kaya? Apakah aku serendah itu untuk menjual diriku, huh?"

Dan di saat asik dengan lamunannya, sebuah mobil hitam lewat dengan kecepatan tinggi. Melewati genangan air dan membuat air itu terciprat kemana-mana, termasuk tubuh Sohyun.

"Hey! Sialan kau, pengendara mobil!" Teriak Sohyun frustasi. Badannya terasa dingin. Namun semua itu percuma. Karena si pengendara mobil sudah melesat jauh.

"Sial!!!! Sial!!!! Awas saja kalau kau bertemu denganku, akan ku nikahi kau!"

Next chapter