5 Khawatir

     "Dia gak ada di rumah, Bi?" tanya Fauzan begitu pembantu rumah Jessi mengatakan jika nona muda itu sedang tidak ada di rumah. 

    "Iya, Den. Tadi Non Jessi bilang mau ketemu sama mbak Cleo," jawabmya lagi menjelaskan sebagaimana Jessi sudah mengatakannya tadi. 

    Fauzan mengangguk kemudian kembali pamit pergi. Jessi daritadi sulit sekali dihubungi. Fauzan tidak pernah melarang dirinya untuk kemana pun dia mau, asalkan selalu mengabari agar tidak membuatnya khawatir seperti ini. Kebiasaan Jessi ketika pergi tanpa kabar itu adalah tidak mengangkat panggilannya seperti sekarang ini. 

    Fauzan kembali ke mobilnya. Menyandarkan punggungnya di sandaran jok. Ia kembali membuka ponselnya untuk melihat apa Jessi sudah mengabarinya atau belum. Nyatanya belum ada sama sekali notifikasi dari kekasihnya itu. 

    Mengingat perkataan bi Eem tadi yang mengatakan Jessi bertemu dengan Cleo, Fauzan segera menghubungi sahabat wanitanya itu. 

    Sama. Cleo juga tidak aktif ditelpon. Fauzan jadi tambah panik memikirkannya. 

    Ia segera menjalankan mobilnya, entah akan kemana untuk mencari keberadaan Jessi. 

    ***

    "Kita mau kemana sih, Jess, Cle? Gue capek loh ngikutin kalian yang gak jelas arah dan tujuannya," kata Rere mengeluh. Ia lelah mengikuti kedua wanita itu yang tidak jelas tujuannya. 

    Jessi dan Cleo terus menggandeng tangan Rere takut jika dirinya akan kabur, pulang sendirian. 

    "Jessi tuh mau cari celana kargo, tapi kita belum nemuim tokonya," jawab Cleo menjelaskan apa yang Jessi inginkan. 

    "Ya gimana mau ketemu kalo semua toko aja kita lewatin. Yang mau lo cari tuh yang kayak gimana sih, Jess?" 

    "Brandnya gak ada di mall ini," jawabnya sendu menghentikan jalannya. 

    Cleo segera memutar beralih ke sisi Jessi. Mengusap pelan lengan sahabatnya itu dan terus mengucapkan kata sabar. 

   Sedangkan Rere hanya diam saja memperhatikan dua manusia yang tidak jelas ini. Bagaimana bisa dirinya berteman dengan spesies yang berbeda dengannya. 

    "Kita mau coba cari lagi gak, Jess? Kota cari yah sampai ketemu. Pokoknya kita gak akan pulang sebelum nemuin apa yang kamu mau," kata Cleo lagi ikut sedih melihat Jessi murung. Padahal Jessi juga tidak begitu sedih. 

     "Enak aja. Gue mau balik lah. Lo pikir gue pengangguran banyak acara apa. Kerjaan gue banyak," sewot Rere yang terkejut mendengar apa kata Cleo tadi. 

    Cleo dan Jessi lantas mendelik menatap satu-satunya wanita yang berbanding terbalik dari mereka itu dari gaya pakaian. 

    "Kok kamu jahat sih, Re? Jessi tuh lagi butuh bantuan kita loh buat cari apa yang dia mau," sahutnya dengan raut wajah kecewa yang membuat Rere muak. 

    "Gini yah, Cleo Atmaja Wijaya dan Jessica Afhdal Malika. Lo masuk nih ke toko ini, cari celana kargo itu, bayar, udah balik. Repot banget sih."

    "Jessi tuh mau yang ada gambar apel digigitnya itu loh, Re. Dan kita belum nemuin itu," kata Cleo lagi menjelaskan. 

   Rere mengerutkan keningnya. "Lo mau beli celana apa mau beli hape sih?" 

   "Ish udah ah. Kalian ribut terus aku gak bisa mikir. Yaudah lah beli yang ada aja," putus Jessi kemudian masuk ke dalam sebuah toko yang ada tepat di belakang mereka. Toko pakaian dengan merk ternama di Indonesia. 

    "Tuh kan kamu sih. Jessi jadi kesel kan!" seru Cleo kemudian menyusul Jessi masuk ke dalam. Meninggalkan Rere yang diam dengan kebingungannya. 

    "Ini gue yang bodoh apa emang mereka yang pinter sih?" 

    ***

   Baru saja Rere akan keluar dari toko pakaian tadi, ponselnya sudah berdering. Ia merogohnya di saku celananya. Melihat ada satu nama pria dari kekasih sahabatnya yang tertera di layar. 

    Ia segera menerimanya dan menempelkan bends pipih berwarna biru tua itu ke telinganya. 

    "Hallo! Kenapa Zan?" tanyanya sembari tetap berjalan keluar dan berdiri di dekat pembatas. 

    "Re, lo lagi sama Jessi gak?" tanyanya to the point. 

   Rere yang ditanya lantas menatap ke dalam toko yang dimana masih ada kedua sahabatnya disana.  

     "Iya nih. Dia lagi belanja ditemenin sama Cleo. Kenapa?" 

    Terdengar helaan nafas lega di seberang sana. Rere hanya diam saja menunggu. 

   "Syukurlah kalo gitu. Daritadi gue hubungin gak pernah aktif soalnya. Gue lega kalo denger lo lagi sama dia. Tolong bilangin yah, kalo udah sampe rumah suruh hubungin gue," katanya kemudian. 

    "Oh oke. Itu aja? Ada yang lain?" tanya Rere lagi. 

    "Enggak. Itu aja," jawabnya kemudian sambungan telepon pun terputus. 

    Rere juga menghela nafasnya setelah sambungan itu terputus. Ia sudah tidak aneh lagi dengan kebiasaan Jessi pada Fauzan itu. Sudah berkali-kali juga dia mengingatkan, tapi tetap saja terus Jessi ulangi. 

   Jessi dan Cleo masih ada di dalam. Rere bosan melihat baju perempuan yang ketat dan mini. Ia malah geli sendiri melihatnya, padahal itu wajar karena baju wanita. Untuk itulah dirinya memilih untuk keluar duluan. Jessi dan Cleo sedang membayar belanjaannya sepertinya. 

   ***

   Rere yang membawa motor memisahkan dirinya ketika mereka akan ke parkiran. Sebelumnya, dia menyampaikan lebih dulu pesan yang tadi Fauzan katakan kepadanya. 

    "Oh iya, Jess. Tadi waktu lo lagi belanja, Fauzan nelpon gue. Nanyain lo doang sih. Tapi, katanya kalo lo udah sampai di rumah, disuruh buat kasih dia kabar," kata Rere sesuai dengan yang Fauzan katakan. 

    Jessi menepuk jidatnya setelah mendengarnya. Ia segera merogoh ponselnya di dalam tas, mengeceknya dan benar saja. Banyak sekali panggilan masuk tak terjawab juga pesan yang belum ia baca dari kekasihnya itu. 

    "Aku lupa ngabarin Fauzan. Dia pasti khawatir banget deh," katanya dengan sendu. 

    "Lagian kenapa sih, Jess? Lo selalu lupa buat ngabarin Fauzan ketika lagi sama kita? Kita gak pernah larang lo, kan?" 

    Wajah Jessi tambah murung mendengar semua yang Rere katakan. Ia juga tidak tahu mengapa, seakan notifikasi itu tidak pernah ia dengar. Padahal ia tetap dengar dan malah mendiamkannya. 

   "Lupa," katanya lirih. 

    Cleo dengan cepat memeluk setengah tubuh Jessi. Memberikan tatapan mematikan untuk Rere. 

    "Yaudah lah. Initinya itu pesen dari Fauzan," ujar Rere mengalihkan tatapannya dari Cleo. 

    Jessi dengan cepat menghubungi Fauzan. Tak lama panggilan itu langsung terhubung dengan suara Fauzan yang langsung menyapa dan terdengar khawatir. 

    "By, kamu gak apa-apa?" 

    "Maaf. Tadi lupa sama hape," kata Jessi lirih. Matanya sudah berkaca-kaca merasa bersalah karena kelakuannya. 

   "Ya udah gak apa-apa kalo kamu juga baik-baik aja. Udah pulang?" 

    "Belum. Baru mau," jawabnya singkat. 

    "Aku jemput yah! Tunggu disana dulu!" 

   Jessi menganggukkan kepalanya. Padahal percuma saja karena Fauzan juga tidak melihatnya. 

    Sambungan pun diputus sepihak oleh Fauzan yang langsung berangkat menuju ke tempat Jessi berada. 

    Jessi kembali memasukkan ponselnya ke dalam tasnya. Ia menatap kedua sahabatnya bergantian. Tapi, saat melihat Rere ia sedikit menunduk karena takut. 

    "Jadi pulang sama Fauzan?" tanya Cleo.

    "Iya. Dia mau jemput katanya," jawab Jessi pelan. 

     "Yaudah kita tungguin sampe Fauzan datang," kata Rere kemudian dengan nada yang lebih rendah. 

avataravatar
Next chapter