webnovel

CHAPTER 1 - Mimpi yang Sangat Panjang (非常に長い夢)

Terbaringlah seseorang di antara ruang kehampaan. Ruang yang tidak mengenal baik waktu, tempat, dan keadaan. Tiada dia menyadari apa yang sedang terjadi. Kini dia sedang tidur dan terpingsan di awang-awang udara.

Setelah beberapa lama ia 'tertidur', kini ia mulai mendapatkan kembali kesadarannya. Perlahan tapi pasti, matanya kini mulai membuka lagi. Terlihat juga jari jemarinya yang sudah sedikit bergerak.

Setelah ia sepenuhnya tersadar, dia mulai berbicara akan sesuatu.

"A.. Apa yang terjadi padaku? Aku.. Kehilangan kesadaran lagi.. Tadi? Apakah.. Ini mimpi lagi?", ujarnya kebingungan.

Ia mulai merasakan badannya kesakitan kini.

Tidak ada jawaban yang ia dapat.

"Bagus.. Memang seperti inilah seharusnya-", ujarnya bicara namun terputus.

"Kau sudah bangun? Baguslah kalau begitu...", ujar seseorang entah darimana asal suaranya.

"S.. Siapa kamu?!", ujarku heran.

"Seseorang yang membawamu ke keadaan ini.", ujar suara itu.

"Keadaan ini? Apa maksudmu?", ujarku kebingungan.

"Keadaan dimana kamu merasakan seperti déjà vu, peristiwa berulang, dan perasaan seperti kamu telah melalui itu berkali-kali sebelumnya.", ujar suara itu.

Seketika aku kembali mengingat momen-momen déjà vu yang pernah aku rasakan sebelumnya. Semuanya terasa mirip, namun dengan sedikit perbedaan yang ada pada setiap kejadian.

"Kenapa.. kamu bisa tahu hal yang harusnya hanya aku yang tahu? Siapa kamu sebenarnya?", ujarku panik.

"Itu tidak penting sekarang. Yang terpenting adalah bagaimana caramu keluar dari samsara perulangan kejadian ini.", ujar suara itu.

"Bukankah kamu yang menyebabkan semua perulangan kejadian ini??", ujarku heran.

"Tidak. Kalau secara kasar aku bilang, kamulah penyebab atas dirimu yang terjebak di samsara perulangan waktu ini.", ujar suara itu.

Mengapa aku? Kalau itu ulahku katanya, lalu ini si-

"Itu tidak penting.", tegas suara itu.

"Kenapa?", ujarku penasaran.

"Karena aku akan segera memberimu pilihan yang tersedia agar kau bisa keluar dari sini.", ujara suara itu.

"Tadi kau mengacuhkanku, sekarang ini. Apa maksudmu?", ujarku kesal.

"Ada dua pilihan untukmu dalam kondisi sekarang. Pilihan pertama adalah mencari tahu sendiri apa suatu kejadian yang menyebabkan ini semua terjadi. Pilihan kedua adalah menyerah.", ujar suara itu.

"Menyerah? Menyerah apanya?", ujarku bingung.

"Kau bisa memilih untuk tidak melakukan apa-apa, menyerah, dan tinggal di kehampaan ini seumur hidupmu. Tentu saja itu adalah solusi terbaik daripada harus repot-repot mencari akar masalah layaknya kebanyakan orang umumnya.", ujar suara itu.

Suara itu benar. Saat ini, yang aku hanya bisa lakukan hanyalah menyerah saja dan melupakan semua ini. Memangnya apalagi yang bisa kulakukan?

.

..

...

Aku tidak bisa menutup mataku dengan tenang.

"Okelah! Aku akan mencari tahu apa kejadian yang menjadi akar dari semua masalah ini!", ujarku frustasi.

"Pilihan yang tepat. Namun, mulai dari sekarang berhati-hatilah ketika membuat keputusan dan bertindak. Selain bisa membahayakan dirimu, kau akan membuat timelinemu sendiri menjadi tidak pulih.", ujar suara itu mengingatkan.

"Aku bahkan tidak tahu apa yang harus ku perbuat mulai dari titik ini. Aku tidak tahu!!!", ujarku marah.

"Huh.. Aku akan berusaha mencobanya", ujarku khawatir.

Ketika aku ingin mencoba menutup mataku tuk kedua kalinya, aku masih belum bisa menutupnya. Meskipun aku sudah memaksanya.

"Jangan dilakukan secara terpaksa. Lakukan dengan tenang seperti air yang mengalir.", ujar suara itu.

Kini aku mencobanya, sekali lagi. Aku merilekskan mataku, tubuhku, semuanya. Aku membiarkan diriku tertidur dengan sendirinya.

***

Aku mulai merasakan diriku tidur terlelap. Terlelap dalam waktu yang sangat lama. Jika diukurkan dengan satuan waktu, maka sudah bertahun-tahun aku rasa diriku terlelap. Namun, kesenyapan dan ketenangan yang aku dapatkan dari tidurku mulai sirna karena terganggu oleh suara yang menurutku tidaklah asing asalnya. Namun, siapa?

"Gou.. Bangun!"

"Gou.. Gou!"

"Ayo bangun Gou!!"

.

..

Suara itu tiba-tiba menghilang. Namun, yang aku mulai dengar sekarang adalah seperti suara gemercik air. Yang mulai aku rasakan seperti terkena gerimis hujan.

"BANGUN!!!", ujar seseorang dengan suara yang familiar.

Akupun terbangun dengan muka basah kuyup. Sepertinya aku tadi disiram dengan air menggunakan gayung. Aku kini mulai menengok ke jam di mejaku, dan yap sesuai dugaanku. Kurang 30 menit lagi menuju dimulainya waktu sekolah. 10 Januari Jam 6.30 pagi, itulah pukul yang tertera di jamku.

Setelah dibangunkan dengan cara tadi oleh mamaku, aku mulai membersihkan diri dengan mandi dan gosok gigi, lalu berpakaian dan sarapan, sehabis itu aku memakai sepatu dan pergi ke sekolah. Setidaknya tidak pergi dengan gaya berjalan biasa, namun dengan berlari.

Ini hari pertamaku sekolah di sini, dan kesan yang ku buat kepada mereka sudah buruk saja. Baru hari pertama!

"Maaf, aku telat!", teriakku setelah membuka pintu dengan (tidak sengaja) kencang.

"Tidak, tidak.. Kau hanya hampir telat. Coba cek jam tanganmu, sekarang jam berapa?", ujar guru.

"Jam 06.57...", gumamku.

Sepertinya teman-teman pada membicarakan kekikukanku, atau itu hanya perasaanku saja?

"Sekarang, perkenalkan dirimu di hadapan kelas.", ujar sang guru.

"Humm... Namaku adalah Gou Akira. Biasa dipanggil Akira. Saya murid pindahan disini. Salam kenal semuanya.", ujarku sembari sedikit membungkuk.

"Oke.. sekarang kau akan duduk di paling pojok kiri disana. Apa kau tidak apa-apa dengan itu?", ujar guru.

"Tidak apa-apa bu.", ujarku.

Akupun mulai berjalan menuju tempat dudukku. Ketika melewati beberapa orang yang duduk di kursi depan hingga tengah, aku mulai mendengar mereka berbisik-bisik akan sesuatu.

"Siapa pria itu? Kenapa dia pindah ke sini?", tanya cewek A.

"Entahlah? Mungkin karena reputasinya buruk mungkin?", jawab cewek B.

"Jangan keras-keras, entar kalau kedengaran sama dia, mungkin kita bakal habis dipukuli sama dia.", ujar cewek C.

"Mana berani dia, paling dia cowok penakut seperti cowok-cowok disini lainnya.", balas cewek D.

"Ah sial, dia lebih dulu populer daripada kami yang udah lama di sekolah ini.", kesal cowok A.

"Iya nih, perasaan dia sama kita sama gantengnya kok. Tapi tentunya gantengan aku dong.", ujar cowok B.

"Sok kegantengan kau hahaha..", ujar cowok C.

Ada respon positif, respon bingung, namun cukup banyak diantara mereka yang memberikan respon negatif. Itu cukup wajar mengingat aku yang baru pindah ke sekolah ini saat semester 2. Pasti orang-orang akan cukup curiga akan hal itu.

"Tegakkan kepalamu! Tidak usah pedulikan mereka, itu hanyalah kebiasaan yang selalu mereka lakukan ketika ada pendatang baru ke sekolah ini.", ujar seseorang.

"!", ujarku kaget sembari mengangkat kepalaku.

"Namamu Gou Akira kan? Namaku adalah Isamu Hyousuke. Salam kenal!", akrabnya sembari menjulurkan tangan padaku.

Aku hanya bisa melongok saja melihat sikap akrabnya yang padahal dia baru saja berbicara kepada orang yang tidak ia kenal. Aku langsung menutupku kembali dan lanjut ke tempat duduk seolah tidak terjadi apa-apa.

"Hei, tidaklah baik mengabaikan seseorang yang menyapa dirimu!", ujarnya menoleh ke arah belakang.

"Sudah, sudah. Sekarang kita fokus lagi ke kelas kita. Sudah cukup tentang siswa barunya!", ujar sang guru.

"Baik bu!", ujar semua orang.

.

..

Sepertinya mereka mulai 'terlelap' dalam kegiatan belajar mengajarnya. Waktunya aku juga untuk terlelap. Namun saat aku ingin melakukannya, tiba-tiba ada seseorang yang datang dengan cara mirip seperti aku waktu tadi pagi. Membuka pintu dengan kencang dan suara yang sangat keras. Sangking kerasnya suara yang dibuatnya, membuat siswa-siswa lain langsung terkaget-kaget.

"Ada apa ini, nak? Dilihat dari posturmu, sepertinya kau sedang terburu-buru sekali.", ujar sang guru yang ikutan terengah-engah karena kaget.

"Betul, saya sedang terburu-buru akan sesuatu!", balasnya.

Kemudian dia langsung mengambil langkah jalan cepat ke... arahku?! Sedang apa dia? Apa ada urusan dia sama aku? Perasaan aku tidak telat atau berbuat onar dan segala macamnya! Lalu, kenapa???

"Umm... Halo?", ujarku ketakutan.

"Kau. Ikut denganku!", ujarnya sambil menatapku dengan tajam.

"Hah...?", ujarku kebingungan.

Dia langsung mengambil tangan kananku yang sedang kurentangkan dan menyeretku seolah aku adalah seorang narapidana yang akan dieksekusi mati.

"Hei, aku mau dibawa kemana? Hei? HEI?!!!!!!", ujarku gemetaran.