6 Penolakan dan Deklarasi Perang

"Sudah beberapa hari kamu tidak pulang, ngapain tinggal di tempat kecil seperti ini? Ah! Bau sekali tempatnya!"

Erlyn awalnya ingin masuk, tetapi ketika melihat tempatnya berantakan, dia mengerutkan alisnya dengan jijik. Seolah-olah orang suci seperti dirinya tidak sudi masuk ke tempat sampah seperti itu.

"Tidak ada yang mengundangmu masuk!" Wajah Natalie terlihat dingin.

Erlyn sedikit terkejut di hatinya. Sepertinya temperamen sepupunya ini tidak selembut biasanya.

Setelah beberapa saat, dia merasa bahwa itu imajinasinya saja. Dia dengan cepat maju dan meraih tangan Natalie. Dia lalu berkata dengan nada manis. "Kak, aku kangen!"

"Tahu dari mana aku ada di sini? Siapa yang memberitahumu?" Natalie dengan cepat menepis tangan Erlyn.

Wajah tersenyum Erlyn segera meredup, tetapi dengan cepat dia pulihkan.

"Omong-omong kak, apakah kamu sudah selesai mengerjakan proyek akhirmu?"

"Masih dalam proses, tetapi sebentar lagi akan selesai!"

"Sungguhan?" Tatapan mata Erlyn berbinar-binar.

Selama kuliah, ketika desain yang dibuatnya itu berjalan kurang lancar, Erlyn akan menghampiri Natalie dan memintanya untuk membantunya. Sepupunya ini selalu menolongnya tanpa pamrih.

Hal ini telah berubah menjadi kebiasaan bagi Erlyn.

Dan kali ini, proyek desain baju ini adalah yang paling terpenting karena akan mempengaruhi nilai akhirnya.

"Kak, tahun ini akan menjadi tahun kelulusan kita berdua. Pada saat itu, kita bukan hanya saja menjadi lulusan sekolah ini, tetapi kita akan menapakan kaki kita di dunia kerja! Jadi kelulusan kita ini sangat krusial untuk masa depan kita. Jika kita melakukan hal ini dengan tepat, masa depan kita akan menjadi cerah. Kak, aku percaya dengan kemampuanmu, bakat desainmu adalah yang nomor satu!"

"Benarkah?" Natalie menyeringai.

Beberapa hari yang lalu, sepupunya ini masih menjelek-jelekan dirinya di hadapan tunangannya. Dan sekarang dia malah memuji-muji dirinya di hadapannya. Orang ini benar-benar tidak punya malu!

"Kak Natalie meragukan penilaianku? Lagipula kakak kan sebentar lagi akan menikah dan menjadi ibu rumah tangga, bagaimana kalau kakak memberikan desainmu yang sekarang kepadaku? Aku sangat membutuhkannya untuk masa depanku!"

Erlyn tersenyum manis, dia tidak segan-segan meminta secara terang-terangan.

Melihat hal ini, Natalie benar-benar muak.

Tiap tahun fashion show dari Universitas Maximillian telah menjadi tempat berkumpulnya para raksasa dari dunia fashion untuk memperhatikan dan menyaring para desainer muda yang berbakat.

Bahkan orang bodoh pun tahu bahwa ini adalah kesempatan emas untuk memiliki pijakan kaki yang kuat di industri fashion.

Itu benar-benar kesempatan yang langka, buat apa dia memberikannya padanya?

Terlebih lagi, betapa naifnya dia mengira bahwa dirinya akan memberikannya seperti orang bodoh.

"Maafkan aku, aku sudah kuliah susah payah dan aku ingin mengakhirinya dengan sempurna. Jadi aku tidak bisa memberikan desain milikku itu. Ditambah lagi, aku mengincar juara satu di acara itu nanti!" Kata Natalie dengan tersenyum dan tenang.

Erlyn tercengang, dia tidak mengira bahwa Natalie berani menolak permintaan dirinya.

Sebelum ini, dia tidak pernah menolak permintaannya. Sekarang, dia dengan berani menolak sambil tersenyum!

"Kak, kenapa kamu menjadi seperti ini? Kenapa kamu tidak mau membantuku?" Erlyn mulai merengek.

Natalie dapat melihat tipu muslihatnya dan kembali menyeringai.

"Jika kamu memang ingin memiliki masa depan yang cerah, raihlah dengan kedua tanganmu. Jika kamu memang ingin juara satu juga, kamu harus mencoba untuk memenangkannya dariku!"

Erlyn benar-benar tidak berdaya. Dia dapat melihat dengan jelas bahwa tatapan mata Natalie berbeda dengan sebelumnya.

Di masa lalu, tatapan mata Natalie terlihat seperti domba. Sedangkan sekarang, itu terlihat seperti seekor serigala.

Bukannya sedih, justru bara api menyala di hati Erlyn.

Sebagai usaha terakhir, dia berkata padanya. "Kak, jangan melakukan ini padaku! Ini adalah permintaanku yang terakhir!"

Benar, ini adalah permintaan tolongnya yang terakhir. Karena dia sudah berhasil merebut segala milik Natalie, desain baju ini adalah hal terakhir yang belum dia rebut.

"Tidak mau!" Tolak Natalie dengan nada dingin.

Saking marahnya, Erlyn menghentakan kakinya ke lantai.

Setelah berbalik, dia menaikkan alisnya, menunjuk ke hidung Natalie dan berkata dengan lantang. "Karena kamu tidak mau membantuku, bersiaplah menerima akibatnya! Kita lihat siapa yang akan tertawa di akhir!"

Natalie tetap berdiri di depan pintu ketika dia melihat Erlyn masuk ke mobil Reynold yang menunggu di pinggir jalan.

Hahaha, kamu kira aku tidak tahu hubunganmu dengan tunanganku?

"Hei Nat, hari ini kita makan chicken katsu!"

Bau ayam berbalur tepung itu segera mengisi udara. Melihat Nia mengeluarkan kotak makanan, pemandangan mewah itu segera mengisi meja makan.

Hari ini Nia membeli nasi goreng ala Jepang, chicken katsu, dan salad buah.

Setelah beberapa hari makan mie instan siang dan malam, Natalie merasa dirinya akan muntah.

Mencium aroma makanannya, perut Natalie segera meraung.

Setelah mengambil piring, keduanya makan dengan lahap.

"Kalau kamu memang ingin makan nasi, kenapa kamu tidak memberitahuku dari kemarin!" Nia memelototinya.

"Hah? Bicara apa kamu?" Natalie terlihat bingung.

"Bukannya kamu yang memesan makanan ini? Saat aku mau masuk, makanan ini sudah ada di depan pintu!"

Ketika Nia mengatakan ini, sendok yang dipegang Natalie segera terjatuh. "Aku tidak pernah memesan makanan ini, berarti mereka salah kirim!"

"Hei jangan menakut-nakuti, makanan ini cukup mahal!"

"Aku bersumpah, aku tidak memesannya…"

Nia terkejut, tetapi setelah beberapa saat, dia kembali makan. "Yah sudahlah, toh ini juga bukan salah kita. Salah sendiri menaruh makanan di depan pintu kita! Sudahlah ayo cepat dimakan, kasihan para petani yang sudah susah-susah menanam padi. Yang bisa kita lakukan adalah memakan semua ini hingga habis!"

Meski terdengar seperti bualan, tetapi menyia-nyiakan makanan bukanlah hal yang bagus.

Tapi kejadian ini memang aneh, kenapa bisa makanan cukup mewah ini ada di depan pintu mereka?

Tidak sampai di situ, kejadian aneh ini berlangsung selama beberapa hari. Setiap harinya mereka akan mendapatkan makanan sebanyak 3-4 macam. Dan setiap harinya menu makanan itu berubah-ubah.

Karena Nia memiliki mental baja, dia acuh tak acuh dan menerima makanan ini dengan senang hati. Makanan enak dari orang asing jauh lebih nikmat dari mie instan kan?

Waktu berjalan dengan cepat, tidak terasa bahwa seminggu sudah berlalu sejak dia menginap di apartemen Nia.

Sepanjang pagi dan malam, Natalie tetap fokus mengerjakan desain bajunya dan telah menghasilkan gaun pakaian yang cantik. Dia menatap puas pada karyanya.

Sebagai seorang anak yang dipengaruhi oleh ibunya, gaun yang dibuat ini memiliki sentuhan batik untuk melambangkan betapa bangganya keluarganya terhadap budaya Indonesia.

Karena beban di pundaknya sudah terangkat, Natalie ketiduran di sofa.

Dia tertidur dengan pulas, sampai ada suara teriakan yang cukup keras membangunkannya.

"Hei bangun! Natalie, ayo bangun!"

Natalie membuka matanya dan sosok Nia yang berkeringat itu nampak di penglihatan matanya. Di luar jendela, langit sudah berubah menjadi malam.

Dia tiba-tiba teringat bahwa acara fashion shownya itu diadakan jam 8 malam. Dengan panik dia berkata. "Habis sudah, aku ketiduran!"

avataravatar
Next chapter