1 Jalang dibayar dimuka

Saat siang berganti malam. Lea dengan pakaian mini ketatnya telah siap melakoni pekerjaan di sebuah bar. Wanita yang telah hilang kegadisannya itu berjalan melewati lorong hingga tibalah ia di sebuah ruang yang cukup gelap. Tak ayal sebab lampu kerlip dijadikan satu-satunya sumber penerangan.

Dari kejauhan wanita bertubuh gempal nampak bergegas menghampirinya.

Mami Lona rupanya sudah terlanjur gelisah. Sejak tadi ia menunggu-nunggu kedatangan Lea yang tak diketahui kejelasannya. Dengan wajah gusar, Mami Lona mencengkram dagu anak asuhnya yang satu itu. Gemas. Tak satu dua kali Lea datang terlambat.

Padahal beberapa saat lalu datang klien besar yang harta kekayaannya jauh lebih banyak dibandingkan Endru maupun Romo. Kalau saja Lea ada dan mau menemaninya selama lima belas menit masa luang.

"Mami tanya, ya ...."

"Kamu pikir kamu siapa? Hah?"

"Datang pergi seenaknya, ingat kamu ini cuma seorang pelacur!"

"Mami rugi gara-gara kamu tahu gak! Bank berjalan jadi cuma lewat begitu saja!"

"Cepat! Masuk! Ganti lima belas menit keterlambatanmu dengan uang!"

Mami Lona tak bisa memarahinya lama-lama sebab di dalam sudah ada Endru yang sangat setia menunggu kedatangan Lea.

Pria berbulu lebat itu bangkit saat Lea berjalan memasuki ruangan. Tangannya yang gemetar ia paksa bergerak demi meraih tubuh mungil Lea. Jalang dibayar dimuka yang telah dikontraknya selama setahun.

Lea membelaii lembut punggung Endru. Sosok yang sudah ia anggap sebagai seorang sahabat. Mantan uke itu melepas isak tangis di dalam pelukannya.

"Kenapa?"

"Ada masalah apa?"

Lea menghapus air mata Endru. Bersikap kuat layaknya pria di hadapan Endru yang memiliki hati serapuh perempuan. Telapak tangannya bergerak selembut dan sehangat yang ia bisa.

Endru lebih tinggi darinya, jadi Lea mendudukkannya dulu ke tepian ranjang supaya dapat mengecup keningnya. Sayang pria itu tetap saja diam. Hal yang tidak biasa ini pasti ada hubungannya dengan John.

Mantan kekasih Endru di masa lalu. Lea dapat menebaknya dengan mudah setelah mengetahui sedalam apa hubungan diantara mereka. Endru menceritakan semua masa lalunya setelah mereka melewati beberapa malam bersama.

Lea menggaruk brewok di wajah Endru. Ia berusaha menghibur dengan caranya sendiri. Akan tetapi Endru tetaplah Endru. Dengan kasarnya, pria berkulit gelap itu menepis jari-jemari Lea.

Meski berperilaku layaknya pria, Lea masihlah seorang wanita secara fisik. Endru benci wanita, tapi ia tak ingin membenci seorang Lea. Akhirnya tubuh Endru kembali menghambur ke dalam pelukan Lea.

"Maaf!"

"Aku sama sekali tak bermaksud untuk-"

"Sshht ...."

"Tidak masalah, Endru."

"Jangan sungkan, bukannya kita sudah cukup dekat?"

Endru membenarkan perkataan Lea. Mereka memang sudah cukup lama saling mengenal. Lea sudah tahu semua hal tentangnya. Apa lagi yang perlu ia tutup-tutupi darinya? Tidak ada.

"Sebenarnya siang tadi aku tak sengaja berpapasan dengan John. Dia bersama istrinya yang ternyata sedang hamil besar," jujurnya.

"Aku kesal karena dia tidak melirikku sama sekali! Padahal saat itu sepi, seharusnya dia bisa mengenali aroma tubuhku! Sejak berpisah aku bahkan tak pernah mengganti jenis parfumku!" Endru mulai berteriak melampiaskan semua kekesalannya.

Lea yang menerima, mengatur ritme pernapasannya. Bagaimanapun cengkraman Endru terasa begitu menyakitkan. Tentulah ... jika berhubungan dengan John, ia akan sangat murka.

John mencampakkan Endru begitu saja. Alasannya demi melanjutkan keturunan serta membangun sebuah keluarga yang normal. Padahal katanya John dan Endru pernah berniat untuk menikah kemudian menetap di negeri tetangga. Bila mungkin sampai ke tahap mengadopsi seorang anak.

"Lima tahun yang sudah kita lalui bersama .... Aku benar-benar tidak mengerti. Mengapa? Mengapa dia bisa melupakan semuanya begitu saja, Lea?"

Endru tidak bisa membohongi perasaannya. Rasa cintanya terhadap John tidak pernah berubah meskipun John telah tega mencampakkannya. Bahkan dalam lubuk hatinya yang terdalam, Endru berharap mantan kekasihnya itu kembali ke dalam pelukannya.

"Wanita sialan itu! Entah bagaimana cara wanita sialan itu merayu John. Aku harap hidupnya dipenuhi dengan kesengsaraan! Semoga anaknya tidak lahir dengan selamat!"

Lea tak ada niat sama sekali untuk meladeni amarah Endru. Sebenarnya Lea ingin sekali berteriak sambil menampar wajahnya yang terasa begitu memuakkan itu, tapi sebisa mungkin ia tahan. Endru adalah orang yang telah memberinya uang selama ini.

Tamatlah riwayatnya kalau sampai seorang Endru juga membencinya sebagai wanita.

Tangan Lea bergerak naik turun. Mengusap punggung Endru. Lea harap amarahnya cepat mereda sebab dia harus mendapatkan uang ganti rugi lima belas menit untuk diberikan pada Mak Lampir.

"Ayolah ...."

"Come on, Endru. Lupakan saja pria itu. Aku yakin kamu akan dapat lebih daripada dia."

"Tarik napas dan tenangkan dirimu ...." Lea angkat bicara saat amarah Endru perlahan mulai berangsur mereda.

"Ayo, minum dulu."

Endru menenggak habis air pemberian Lea. Meski tahu airnya pasti dicampur dengan afrodisiak, Endru tak peduli. Ada Lea yang bisa dia jadikan pelampiasan atas hasrat yang kini mulai bergejolak di dalam dirinya.

Ruangan itu kini terasa hangat. Aroma tubuh dua insan yang saling bercampur. Entah mengapa semakin menambah gairah di balik kulit dan dada. Ada kesenangan tersendiri dalam benak seorang Endru tatkala tubuhnya dipermainkan oleh Lea.

Jemari tangan ramping Lea tak tanggung-tanggung bergerak menjelajahi guratan otot yang memang sudah menjadi titik sensitif dari seorang Endru. Peluh nan keluh menyusun gelapnya malam. Tak terasa pagi telah menjelang.

"Lea, bisa temani aku sebentar lagi? Jangan pulang dulu. Aku akan beri uang jajan lebih." Endru berusaha menghentikan aktifitas Lea bebersih ranjang.

"Endru."

"Besok malam aku akan berusaha datang lebih cepat."

"Oh, ya! Aku juga akan sangat terbantu kalau kamu bawa mainan yang lebih canggih lagi daripada yang satu ini."

Endru merebut mainan kotornya dari tangan Lea. Semburat merah di pipi menunjukkan jelas rasa malunya. Lea bersyukur hal tersebut mampu mengalihkan perhatian Endru.

Lea cepat-cepat pergi disaat Endru membersihkan diri. Mami Lona ternyata sudah menunggunya di balik pintu. Tangannya menjulur ke hadapan Lea untuk meminta uang ganti rugi lima belas menitnya.

Mata Mami Lona mengikuti tiap gerak tangan Lea. Uang diambilnya kemudian dilempar ke wajah bulat berisi Mami Lona. Jelas kelakuan Lea membuat mami Lona geram.

"Maaf, tanganku kepeleset. Aku gak sengaja lempar uangnya ke wajah Mami."

Lea menyilangkan tangannya ke depan dada saat Mami Lona membungkukkan badannya demi memungut uang yang tercecer di atas lantai.

Lea merasa puas melihat jatuhnya harga diri Mami Lona. Nenek lampir itu tak akan bisa berkutik sebab Lea telah mengambil tali kendali yang terikat di lehernya. Hanya dengan uang, Lea bisa memperlakukan Mami Lona sesuka hatinya.

Tangan Mami Lona bergerak memungut uang tanpa ada satu pun yang tersisa. Ia tak bisa biarkan satu perak pun hilang dari genggaman tangannya. Mami Lona tak peduli meski harus dipermalukan oleh anak asuhnya sendiri.

"Besok datang lebih cepat!" tukasnya sebelum angkat kaki dari hadapan Lea.

Saat Lea mendorong pintu pembatas antara bar dengan neraka. Pria berambut blonde segera menghamburkan diri ke dalam pelukannya. Dua tangan besarnya memeluk tubuh Lea seolah akan meremukkannya dalam sekali remasan.

avataravatar