1 Prolog bg. 1

DI DUNIA IBLIS ada tiga belas peringkat yang dibagi dari segi: kekuatan dan pengaruh. Masing-masing memiliki simbulnya tersendiri.

Ashabutha adalah salah satu dari tiga belas iblis terkuat dan juga simbul dari kekacauan. Dia berwujud seperti manusia raksasa dengan tinggi tiga meter. Wajahnya cukup mengerikan: memiliki tiga mata yang menyala merah, hidung bongkok besar, mulut lebar dengan taring muncul keluar—mirip rangda dalam kepercayaan penduduk Bali.

Ashabutha adalah jendral yang berwibawa. Dia memiliki rambut ikal—terurai berantakan sampai pungung—berwarna merah tembaga. Dia bertelanjang dada—meperlihatkan raksasa yang atletis—dengan kulit berwarna abu-abu. Memiliki empat tangan dan masing-masing memegang senjata: golok, pedang, tombak, dan pecut.

Tidak ada pasukan atau kelompok pejuang yang berhasil mencapai Ashabutha. Semuanya dikalahkan hanya baru berhadapan dengan pasukan lini depannya saja. Tetapi, ada satu pejuang yang berhasil berdiri tegak di hadapan Ashabutha. Pejuang itu bernama Fu.

Fu berhasil menujuk Ashabutha dengan katana. Dia satu-satunya pahlawan yang berhasil mencapai sang Chaos Demon—dalam game The Exorcist Online, para petualang atau pemain disebut "pahlawan" atau "hero"—satu-satunya yang mampu menembus barisan tentara Ashabutha.

Fu bernama asli Fuga Yadu—dia berdarah campuran keturunan ibu orang Tiongkok dan ayah orang Bali—yang nama akhirnya diambil dari sastra kuno berbahasa sangsekerta. Dia adalah gamer fanatik yang telah lama beralih ke teknologi VR.

Fu memiliki tinggi hampir 170 cm, jika memilih antara pria kekar atau kurus maka dia ada di tengah. Rambutnya pendek berwarna perak dan bermata hitam, wajahnya tampan dan berhidung mancung. Memang sekarang dia sedang berhadapan dengan Ashabutha, tetapi wajah polosnya sama sekali tidak memancarkan keraguan.

Fu memakai kalung emas dengan liontin permata batu rubi—merah dan terlihat memukau sebagai ciri khas dirinya. Dia mengenakan jaket hitam berbahan kulit—jaketnya terbuka sehingga memperlihatkan perhisan dan kaos putih yang dia pakai —dan celana dengan disain yang sama.

Fu berdiri satu meter di depan Ashabutha, dari kejauhan dia nampak berdiri tepat di bawah Ashabutha. Sebenarnya dia cukup nekat hanya mengenakan pelindung tangan dan kaki saja.

Fu menantang Ashabutha dengan gagah berani, "Hari ini kau harus bertekuk lutut di hadapanku!"

Fu terlalu percaya diri. Dia memang kuat dan berada pada peringkat teratas, tetapi jika meremehkan lawan sama saja mengundang petaka.

Ashabutha hanya mendengus sambil melihat Fu dengan tatapan bosan.

"Kali ini aku akan membelahmu!" seru Fu.

Fu terlalu ceroboh, tapi nada perkataannya terdengar cukup serius.

Fu berlari dengan pedang yang terangkat hingga ke atas kepalanya, sedangkan Ashabutha enggan bergerak dan sama sekali tidak melakukan pertahanan.

Di sisi lain, ternyata Ashabutha juga meremehkan lawannya.

SYING, tebasan Fu meleset. Dia dapat memastikan arah serangannya dan tidak mungkin meleset dari perhitungannya.

"Ti … tidak mungkin," Fu sudah merencanakan setiap langkahnya dengan matang dan juga telah lama mempelajarai gerakan Ashabutha. Hari ini malah sia-sia.

Yang terjadi malah—perut Fu tertembus golok Ashabutha dengan mata tajamnya menghadap ke atas—Fu terkena serangan telak. Dengan segera Ashabutha membelah tubuh Fu sambil menggeram, "Grrrr!" belum ada yang bisa mengalahkannya. Dan belum ada senjata yang berhasil mengores kulitnya.

Fu tiba-tiba saja langsung berada dalam ruang kosong serba merah—ruang 4 x4, kemudian di hadapannya muncul sebuah pesan layar transparan (notice) yang berbunyi "GAME OVER" tercetak dengan darah menetes.

Hitungan mundur (log out) automatis kemudian muncul sehingga membuat Fu merasa frustasi. Satu kata yang masih tersisa untuk Fu sekarang adalah selamat tinggal untuk game. Walau itu hanya untuk sesaat saja.

Fu terbangun dari mesin virtual Reality (VR) berbentuk kapsul sambil memaki-maki—wajahnya tampak kesal karena sudah terbunuh sebanyak empat kali—menyalahkan pihak lain karena kegagalannya sendiri. "Sialan, ini pasti 'bug' sehingga Ashabutha tidak bisa dikalahkan. Yang benar saja!"

Sudah biasa kalau seorang gamer selalu mencari banyak alasan jika kalah dalam permainan. Yang menang pun akan berada dalam posisi yang kurang nyaman bagaikan kalimat "kadang salah kadang pun tidak benar". Kadang juga benda mati ikut disalahkan seperti alat-alat yang digunakan untuk bermain game.

Fu merasa lelah karena terus bertarung seharian dan juga mulai merasa haus, "Sebaiknya aku keluar membeli minum." berhenti sejenak untuk bermain game itu adalah keputusan yang bijak. Tidaklah baik jika terus bermain seharian tanpa minum ataupun makan.

Fu terlihat tidak jauh berbeda dengan avatar (tubuh kloning) dirinya di dalam game. Hanya saja, dia yang nyata mengenakan: Jaket olah raga putih, kaos putih, kalung yang sama dan celana olah raga berwarna abu-abu. Penampilan yang santai dan mencirikan begitu simpel dirinya.

avataravatar
Next chapter