webnovel

Melanggar Larangan

Hujan yang deras dan malam semakin larut, hawa dingin begitu menusuk tulang. Reno masih terjaga seraya memainkan game offline di ponselnya yang kini tak bersinyal. Tak lama terdengar suara pintu terbuka dan Rasti tampak berjalan menghampiri Reno yang tengah bersandar di kursi santai.

Melihat Rasti keluar, Reno pun duduk tegak. "Kamu belum tidur, Ras. Ada apa?" tanya Reno.

Rasti dengan nakalnya duduk di atas pangkuan Reno. "Di sini dingin, Ren. Aku tidak bisa tidur," jawabnya seraya jari-jari lentiknya menggoda sisi wajah dan rahang tegas kekasihnya.

Reno tersenyum, memiringkan kepala dan keduanya berciuman panas, tanpa mereka sadari Rafi mengintip dari celah pintu bilik yang berlubang. Sementara Alan sudah tertidur pulas dibuai mimpi.

Rafi menelan salivanya, dan merasakan sesuatu menegang di bawah sana. "Sial!" umpatnya merasa kesal karena sesuatu di dalam dirinya turut bergejolak saat melihat adegan panas di hadapannya.

Rasti dan Reno hanya berciuman, dan keduanya usai begitu saja. Rasti kembali ke kamarnya, dan terlihat Reno berjalan ke belakang. Rafi menoleh ke arah Alan yang sudah tak sadarkan diri, Rafi pun keluar kamar dan berjalan mengendap-endap seperti maling, ia menoleh ke belakang takut Reno sudah kembali dari kamar kecil yang ada di rumah itu.

Segera Rafi menyelinap masuk ke dalam kamar Rasti dan menutup pintunya dengan cepat. "Rafi, kamu sedang apa di sini?" tanya Rasti sedikit terkejut saat Alan tiba-tiba masuk.

"Sshhh!" Rafi membungkam mulut Rasti agar tidak berisik. "Ras, gue tahu lo butuh kehangatan, kan? Tapi, Reno kayaknya lagi males. Gue butuh Elo, Ras. Please!" mohon Rafi agar Rasti jangan marah padanya dan mengadu pada sahabatnya.

Rasti membuka bekapan tangan Rafi dari mulutnya dengan paksa. "Ya elah, Raf. Gitu aja ribet, kamu mau? Ya udah, ayo!" Rasti tersenyum menatap sahabat dari kekasihnya itu yang terlihat tertegun.

Rafi melongo, tak menyangka Rasti mau dan tidak masalah jika dia dan dirinya melakukan itu di belakang Reno. Dengan senyum nakal Rafi pun mulai melepas dan menanggalkan seluruh pakaiannya. Rasti juga merasa langsung turn on saat melihat bentuk tubuh Rafi yang tak kalah seksi dengan kekasihnya.

Mereka bisik-bisik dan menyuruh Rafi untuk mengintip Reno di ruang tamu, Rafi mengintip ternyata Reno belum kembali dari kamar kecil. "Gimana?" lirih Rasti.

"Aman," jawab Rafi lirih juga seraya mengangkat jempolnya, senyum girang.

Rasti tersenyum, dan Rafi dengan sangat tergesa-gesa membantu Rasti membuka seluruh pakaian yang membalut tubuh indah gadis itu. Setelahnya mereka saling menyentuh, dan mencumbu.

Keduanya pun melakukan perbuatan terlarang itu di tempat yang tidak seharusnya, dan di belakang Reno yang kini masih di kamar kecil.

Reno pun selesai melakukan hajatnya, ia berencana akan kembali ke ruang tamu. Tapi sesuatu menyita perhatiannya. "Siapa yang hujan-hujanan malam-malam begini?" gumam Reno yang terus memperhatikan sosok wanita bergaun putih yang ada di tengah hujan itu.

"Itu, seperti Rasti. Sedang apa dia hujan-hujanan, bukannya tadi dia bilang kedinginan?" gumamnya tak habis pikir. Reno pun berlari menerobos hujan dan menghampiri sosok yang mirip Rasti.

Pakaian yang tipis membuat lekukan tubuh wanita mirip Rasti itu begitu jelas terlihat, membuat Reno menjadi semakin heran. Apa Rasti bawa gaun tidur ke gunung dan memakainya di sini?

Di tengah hujan pula. "Rasti, kamu sedang apa berpakaian seperti ini, di sini? Kenapa juga kamu malah hujan-hujanan? Ayo, masuk ke rumah!" ajak Reno seraya menarik tangan sosok Rasti.

Tapi tubuh Rasti sama sekali tak bergerak, Reno menoleh dan sosok mirip Rasti itu tersenyum samar tertutup rintik hujan. "Ayo, kamu ikut aku!" ajak sosok itu.

Lantas tak detik kemudian tercium wangi bunga sedap malam yang seakan menghipnotis Reno, hingga akhirnya laki-laki itu menurut lalu melangkah pergi bersama sosok wanita itu menembus kegelapan malam.

***

Esok hari, matahari menyoroti wajah Alan yang masih tertidur pulas. Di dalam hati kenapa di dalam rumah matahari bisa menembus genting dan membuat dirinya merasa silau?

Perlahan ia pun membuka matanya dan terkejut saat dia bangun bukanlah berada di dalam rumah, tapi ia terkapar di atas tanah. "Wah, i-ini gue kok di sini? Ke-ke mana yang lain?" Alan celingukan mencari teman-temannya yang raib, dan yang tersisa hanya tas-tas ketiganya saja yang bergeletakan di tanah.

"I-ini ada apa sebenarnya? Sepertinya ada yang tidak beres." Alan berdiri dan menggendong ranselnya, kemudian mulai mencari teman-temannya.

Alan berjalan sambil memanggil ketiga temannya. "Reno, Rafi, Rasti! Lo pada ke mana!" Tidak ada sahutan, yang ada hanya suara hewan hutan yang saling bersahutan.

Tupai saling berloncatan di dahan dan burung-burung berterbangan, hingga bunyi 'krosak!' di semak-semak kerap mengejutkan Alan yang takut mungkin saja ada hewan buas siap mengincarnya.

"Ternyata ini adalah puncak gunungnya? Terus yang semalam itu desa apa?" gumamnya seraya melangkah untuk kembali mencari jalan.

DUG!

"Duh, apaan nih?!" Kaki Alan menyandung sesuatu dan pada saat Alan melihat apa yang dia sandung kedua bola matanya membeliak lebar.

"Aaaaa!" Alan berteriak seraya mundur dan terduduk di tanah. Kakinya mendadak lemas saat melihat mayat Rafi yang tertutup daun kering tanpa busana, dan terlihat tetesan cairan merah darah yang berasal dari atas.

Perlahan Alan pun mendunga untuk melihat dari mana sumber cairan merah itu, seketika jantungnya seakan berhenti berdetak saat melihat sosok mayat Rasti tergantung di pohon dengan kondisi leher terjerat akar pohon.

"AAAA! AAAA! AAAA!" Seketika itu Alan bangkit dan berlari mencari jalan keluar, ia tak peduli pada apa pun lagi, yang ia tahu ia harus lari dan lari hingga ia selamat sendirian dan kini sampai di rumah warga.

***

Alan masih shock, dia masih beristirahat di salah satu rumah warga, dia juga sudah melaporkan bahwa teman-temannya tewas di atas puncak gunung itu. Alan mendengar kabar dari Timsar yang mengevakuasi mayat Rafi dan Rasti, mereka tidak ada satu pun menemukan keberadaan Reno. Hanya tasnya saja yang Timsar bawa, sementara Reno tidak ditemukan, entah dia mati atau ada di mana.

Hai, Readers!

Salam kenal, ini karya pertamaku. Mohon dibantu suppot-nya biar aku tambah semangat up-nya, thank you.

Nity_Shu93creators' thoughts