1 suasana di bar

Di tengah kehidupan metropolitan yang gemerlap, Keyla Anastasya, gadis berusia 18 tahun, menjalani hidup yang dipenuhi pesta dan hiburan malam. Putri tunggal seorang miliarder, Keyla memiliki semua yang disukai orang banyak: kekayaan, penampilan, dan karisma. Namun, kehidupannya yang mewah dan hiburan mewah tak cukup untuk mengisi kekosongan yang terasa dalam hatinya. Sungguh, dunia Keyla penuh warna, tetapi juga penuh dengan kebingungan dan kekurangan emosional.

Keadaan keluarga Keyla menginspirasi keinginannya untuk mencari hiburan di kota. Ayahnya sibuk di DPR, sementara ibunya, seorang pemboros, jarang memperhatikan Keyla. Akibatnya, Keyla memilih jalur kehidupan yang berbeda dari kebanyakan anak miliarder, sering kali menghabiskan waktu di bar-populer dan elit di kota.

___

Keyla Anastasya melangkah masuk ke bar favoritnya dengan langkah percaya diri, diiringi oleh teman-temannya yang penuh semangat. Cahaya sorot lampu yang berpendar dan irama musik yang menggelegar menyambut mereka begitu mereka memasuki ruangan. Bar ini adalah tempat yang telah mereka kunjungi berulang kali, tempat di mana mereka dapat melupakan segala kekhawatiran dan menikmati kegembiraan malam.

Bar dipenuhi dengan kerumunan orang yang bersemangat, tertawa, dan menari. Keyla dan teman-temannya mencari tempat duduk yang nyaman di sudut bar, di dekat panggung di mana DJ beraksi. Mereka ingin memiliki pandangan yang sempurna untuk menikmati pertunjukan dan merasakan getaran musik yang memukau.

Lisa, sahabat dekat Keyla, memilih tempat di sudut yang strategis, di mana dia dapat melihat DJ dan penari dengan jelas. Rian, bodyguard setia Keyla, dengan sigap mengambil tempat di sebelah mereka, memastikan keamanan dan kenyamanan mereka sepanjang malam. Tia, sahabat Keyla yang penuh semangat, tidak bisa menahan diri untuk tidak menari. Dia melompat-lompat dan bergerak mengikuti irama musik yang memukau.

Keyla tersenyum melihat Tia, dan tanpa ragu-ragu, dia bergabung dalam tarian yang penuh semangat. Mereka menari dengan bebas, mengekspresikan diri mereka melalui gerakan tubuh yang dinamis. Mereka menikmati momen itu, melupakan segala kekhawatiran dan tekanan yang mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara mereka menari, Rian pergi untuk memesan minuman untuk mereka. Dia kembali dengan membawa tray yang berisi segelas Margarita yang segar untuk Keyla, Mojito yang menyegarkan untuk Lisa, dan Martini yang elegan untuk Tia. Keyla memegang gelas Margarita-nya dengan anggun, menghirup setiap tegukan dengan nikmat. Lisa dan Tia juga menikmati minuman mereka sambil berbagi cerita dan tawa.

Setelah beberapa lagu berlalu, mereka memutuskan untuk duduk di sofa empuk yang tersedia di bar. Mereka saling berbagi cerita tentang pekerjaan, kehidupan pribadi, dan mimpi-mimpi mereka. Mereka tertawa dan mengobrol dengan riang, menikmati kebersamaan yang mereka miliki.

"Key, lo gini terus kaga di marahin gitu ma nyokap dan bokap lo?" Tanya Tia dengan nada bercanda.

Keyla tertawa, "Mereka sibuk, ga peduli gue mau ngapain aja jadi gue bebas," katanya sambil meneguk minuman mojito tersebut. Tia hanya mengangguk, tersenyum mengerti.

"Menurut gue ini adalah tempat ternyaman gue, gue mau ngapain aja juga bisa," kata Keyla dengan semangat, seolah-olah bar itu adalah dunianya.

"Yup betul," kata Rian, menyetujui pendapat Keyla.

"Eh Keyla, btw lo ga tertarik gitu sama sugar Deddy?" Tanya Tia sambil tersenyum nakal, menunjuk ke arah sekelompok pria yang tampaknya lebih tua yang sedang berkumpul di meja sebelah.

Keyla langsung menggeleng, "Ihh kaga lah! Gue sama sekali ga suka sama cowok yang lebih kolot jauh umurnya dari gue. Gue sukanya sama cowok yang muda anjir, tampan, gagah, ah keren pokonya. Kalo mau lebih kolot juga ya terpaut 1 tahun lahh." kata Keyla dengan nada tegas dan ekspresi wajah yang menunjukkan rasa merinding.

Tia tertawa, "Hmm tapi gimana kalo lo dapetin cowok yang lebih kolot?"

"Dih, amit-amit deh gue dapetin cowok atau suami lebih kolot, jangan deh," balas Keyla dengan wajah penuh penolakan.

Lisa, yang selama ini hanya mendengarkan, akhirnya berbicara, "Yang bener say, sugar Deddy itu banyak duitnya loh."

Keyla mengangkat bahu, "Yang muda juga banyak kali yang udah sukses."

"Hahahaha oke oke deh" kata Lisa dan Tia bersamaan, tertawa melihat reaksi Keyla.

"Lagian gue juga kalo dah kelar SMA ini gue ga bakal langsung nikah kali, gue mau nikmatin hidup dulu. Nikah itu cape tau!"

"Hmm, lo ngga mau kuliah gitu, Key?" tanya Tia, tertarik dengan pandangan Keyla.

"Kaga mau ah, males gue. Ngerjain tugas SMA se abrek aja gue udah hampir stress nih kepala kaya mau meledak rasanya," jawab Keyla sambil membayangkan betapa banyaknya tugas sekolah. AI pun merasa bergidik sambil memegang kepalanya, seolah-olah pusing.

"Hmm, terus lo mau apa, kerja?" tanya Rian.

"Entahlah, kalo gue kerja, hmm siapa yang ngabisin duit bokap gue? Hahaha," kata Keyla dengan wajah sombongnya sambil tertawa.

"Bener juga sih! Tapi itu nyokap lo kayanya belanja mulu deh," kata Tia.

"Ya bener, nyokap gue emang pemboros bre, dan gue sebagai anaknya ya ngikutin dia lah sebagai pemboros uang bokap gue. Lagian, bokap suka duit banget, huhhh," cerita Keyla.

"Bagus dong, ngga habis-habis tuh duit lo, Key," kata Rian dengan canda.

"Iyalah pasti, makanya gue sering traktir lo pada," kata Keyla dengan nada dingin dan sinis. "Hmm, btw gue juga kaga tau sih nanti gue ngapain. Yang jelas, gue pengen jalan-jalan keluar negeri."

"Impian gue banget tuh, Key. Gue juga pengen sih," kata Tia dengan muka sedihnya, menunduk.

"Udah, lo masih sekolah kan? Duit lo juga banyak, tabungin biar lo bisa jalan-jalan lah," saran Keyla.

Tia hanya mengangguk, mengerti dengan apa yang Keyla katakan.

Sesudah percakapan itu mereka melihat sekeliling dan menikmati pemandangan di sekitar mereka. Mereka melihat penari lain yang beraksi di tengah area dansa, menilai gerakan mereka dengan ekspresi sinis.

"Lo tahu nggak, gays?" ujar Lisa sambil tertawa sinis. "Gue rasa ada satu orang yang tak lagi menari! Lihat yang itu!"

Semua mata tertuju pada seorang pria yang sedang berusaha menari, tetapi tampaknya terlalu mabuk untuk melakukannya dengan baik. Mereka tertawa terbahak-bahak melihatnya berusaha mengimbangi irama musik dengan gerakan yang kikuk.

Tia menambahkan dengan riang, "Mungkin dia terlalu antusias dengan minumannya!"

"Ya mungkin saja," kata Keyla sambil mengangkat alisnya.

"Ayo Key, kamu ga tertarik? Sumpah ganteng banget!" kata Lisa dengan antusias.

"Ah, aku lagi ga tertarik untuk sekarang," kata Keyla dengan nada cuek.

"Dekati saja dulu, barangkali dia butuh seseorang bukan buat gituan ya! Tapi ajak ngobrol, takut aja jodoh, kan, gays?" kata Lisa sambil tertawa, mengajak teman-temannya yang lain ikut bergabung.

"Yoi!" sahut Rian dengan semangat.

"Ya udah, demi kalian, gue rela mendekati tuh orang! Kalau gue berhasil mendekatinya, lo pada mau ngasih apa ke gue, hah?" tantang Keyla dengan tatapan sinisnya.

"Gue sih nggak mau ngasih apa-apa ke lo, lo tau? Lo itu cantik, ga bakal di cuekin sama tuh orang!" kata Tia sambil mendekatkan dirinya pada Keyla, sambil memegang dagu Keyla dengan penuh kepercayaan diri.

"Heum, baiklah," Keyla merasa terpuji dan menepis tangan Tia dengan lembut. Lalu dia melangkah menuju sang pria muda tampan dengan langkah percaya diri.

"Ga bakal mungkin dia menolak cewek secantik Keyla, bener ga, Rian? Lisa?" kata Tia dengan sinis, sambil memperlihatkan kepercayaan dirinya dengan memegang minuman alkoholnya.

"Yup, betul sekali!" kata Rian dengan nada riang, bergabung dalam kegembiraan teman-temannya.

avataravatar