webnovel

Ujian

Pada jam istirahat sekelompok siswi berkerumun di kelas X4, semakin lama semakin banyak siswi yang berkumpul. Seperti biasa mereka ingin melakukan pendekatan dengan pangeran Rhyan, dan saat mengetahui sekarang Rhyan memiliki teman sebangku yang cukup oke, maka jumlah mereka lebih banyak dari biasanya.

Di bangku pojok bagian belakang, sepasang mata menatap gerombolan itu. Dhyan yang sedari tadi merasa ada sesuatu yang menggelitik benaknya, sangat ingin bergabung dengan kumpulan siswi itu.

"Dhyan!"

Azra yang memperhatikan sahabatnya yang hanya diam sedari tadi mulai memanggilnya, namun tak ada respon dan memanggilnya sekali lagi..

"Dhyan!" Masih tak ada jawaban. Azra mulai melambaikan tangannya di depan wajah Dhyan, butuh beberapa detik sampai akhirnya Dhyan tersadar.

"Ada apa Ra?"

"Kamu yang ada apa? dari tadi cuman diam saja dipanggil!"

"En... itu..." jawab Dhyan terpotong sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Itu apa?"

"Sepertinya aku lapar, ayo kita ke kantin!" Elak Dhyan.

Dhyan pun menarik Azra keluar dari kelas dan menuju ke kantin, dia cukup malu untuk mengatakan pada Azra bahwa dia memiliki rasa ketertarikan pada anak baru yang masuk di kelasnya.

*

Ujian kenaikan kelas pun telah di mulai, sekarang semua siswa telah pokus pada soal di hadapan mereka. Tak ada satupun murid yang mengalihkan perhatian mereka, dengan penjagaan yang ketat tak seorangpun siswa mampu menyontek hasil ulangan yang lain.

Azra mengerjakan soal dengan seksama, sebelumnya dia telah mendapat surat dari Ibunya yang ingin Azra masuk dalam peringkat lima teratas yang memiliki nilai ujian terbaik. Azra pun memberitahu Ibunya, jangankan peringkat lima dia akan mempersembahkan peringkat pertama dijajaran tingkat kelas sepuluh.

Azra sedikit menyesal dengan ungkapannya sendiri itu, bukan karena dia tidak mampu namun dia takut menarik perhatian lebih dari teman sekolah dan guru-gurunya. Hasil ujian semester pertamanya saja dia berada di urutan tiga terakhir dari kelasnya, yang membuat dia tidak terlalu menonjol.

Tapi untuk memenuhi janjinya pada Ibu dia tidak akan memikirkan hal itu lagi, setidaknya untuk ujian kali ini saja.

Disampingnya Dhyan tak kalah pokus dengan Azra, dia telah mengetahui bahwa sahabatnya itu akan berusaha untuk mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya, mau tidak mau Dhyan harus berusaha mendapatkan nilai yang tinggi pula, agar dia bisa satu kelas lagi dengan sahabatnya itu. Keringat dingin mengalir dari dahinya, ini akan sulit pikirnya! bagaimana tidak, Dhyan sangat tahu bagaimana otak Azra yang sebenarnya. Dhyan perna melihat tumpukan koleksi buku ujian untuk mahasiswa dari semester awal sampai semester akhir di kamar kosan Azra, dan semua buku itu telah dijawab dengan mudah oleh Azra. Buku ujian soal itu sangat banyak bahkan Azra menyiapkan lemari khusus untuk menyimpannya. Awalnya Dhyan tidak percaya pada setiap jawaban yang Azra tulis, jadi secara sembunyi-sembunyi dia mengambil tiga buku ujian dan memasukannya kedalam tasnya.

Dhyan memiliki tetangga seorang dosen dan sudah cukup akrab dengannya, maka dari itu dia meminta bantuan tetangganya itu untuk menilai jawaban Azra, tiga buku yang dia ambil terdiri dari mata pelajaran yang berbeda, yaitu mate-matika, fisika dan bahasa Inggris. Dia tidak sempat memilih buku mana yang harus di ambilnya, dia hanya mengambilnya secara acak. Dan seminggu kemudian dosen yang memeriksa buku itu memberitahu Dhyan bahwa jawaban yang ada pada buku itu seratus persen benar, bahkan dosen itu meminta teman dosen yang lainnya untuk memeriksa jawaban yang kurang dia pahami, dia bertanya pada Dhyan siapa yang telah menjawab soal-soal dibuku pelatihan itu, dia sungguh anak yang jenius. Dibanding dengan sebutan otak jenius, mungkin reinkarnasi otak monster lebih cocok. Bagaimana tidak seorang murid sma yang masih berada di kelas sepuluh, mampu menyelesaikan soal-soal yang bahkan seorang mahasiswa belum tentu dapat mengerjakannya.

Dhyan berharap dirinya mampu masuk ke kelas yang sama dengan Azra nantinya. Sekarang adalah hari pertama ujian, masih dalam suasana yang cukup menegangkan.