webnovel

LAWAN YANG TANGGUH

Di bagian belakang kelas tepatnya di sudut sebelah kanan kelas X4 duduk seorang gadis remaja yang membenamkan kepalanya di dalam kedua tangannya yang terlipat di atas meja, Terlihat ia mengenakan headset di kedua telinganya ia seakan tidak peduli dengan siswa yang berlalu lalang di sekitarnya, bahkan suara gaduh yang di timbulkan dari beberapa siswa didekatnya tidak membuatnya bergerak sedikitpun.

"Azra." Panggil salah seorang siswa yang tiba-tiba muncul dari depan pintu kelas, namun siswa yang dipanggil tersebut tak bergerak juga dari posisinya.

"Azra...Azra....Aaaazzzraaaa.." siiswa tersebut berjalan mendekat dan meneriakinya.

Dengan gerakan malas Azra akhirnya mengangkat kepalanya dan memandang siswa yang ada di hadapannya dengan tatapan yang datar.

"Kebiasaan deh kamu Ra, setiap hari tuh headset nempel mulu di telinga kayak perangko." desahnya pada Azra dan segera duduk di samping Azra.

"Mm." Jawab Azra singkat ia sungguh malas untuk menanggapi sahabatnya itu, ia adalah Dhyan. Mereka berteman sejak kelas dua SMP dan hanya Dhyan yang tau bagaimana watak Azra yang pendiam, cuek, dingin dan non sosial itu sebenarnya sangat baik dan pengertian.

Ring...Ring...Ring...

Bel sekolah akhirnya berbunyi semua siswa yang semula rusuh kini duduk di tempatnya masing-masing.

SMA NEGERI 10 RAYA merupakan sekolah elit dan terbaik di kotanya, hanya anak orang kaya dan pejabat yang bisa masuk ke sekolah itu termasuk anak cerdas yang mengandalkan beasiswa.

Sekarang Azra berada di kelas X dan memasuki semester dua, Azra tidak terlalu menonjol di antara siswa-siswa yang lain apa lagi dengan sifatnya yang datar, cuek dan dingin membuat siswa yang lain enggan untuk dekat dan berteman dengannya. Azra tidak terlalu peduli dengan hal itu ia memang sengaja melakukannya, Azra tidak ingin terlalu dekat dengan siswa yang lain kecuali dengan sahabatnya Dhyan, meskipun sebenarnya Ia memiliki IQ yang tinggi di atas rata-rata namun ia tidak mau menunjukkannya.

*

Pada jam istirahat di kelas X2 tiga orang siswi tengah duduk berhadapan. Ia adalah Andira sang pemimpin geng yang memiliki sifat sombong dan pemarah merupakan anak dari donatur terbesar di sekolah itu, dengan tinggi badan 165 cm matanya yang berwarna hitam pekat mampu memberikan tatapan yang menghanyutkan namun dapat pula menusuk hati sampai kedasarnya, hidungya yang sangat mancung menambahkan kesan angkuh pada dirinya.

dua siswa yang lainnya adalah chya dan Muthy, chya memiliki tinggi 163 cm dengan postur tubuh yang kurang berisi ia terlihat agak kurus dengan warna kulit sawo matang dan bibir yang tipis dengan hidung mancung membuatnya terlihat lebih dewasa dari dua orang teman se gengnya itu.

Berbeda dari Andyra dan chya muthy memiliki tubuh yang kurang tinggi kisaran 155 cm dengan warna kulit gelap dan hidung pesek tapi tetap terlihat manis, namun sayang Oon nya ketulungan.

"Andyra kamu udah denger nggak penyanyi asal spanyol Julio Iglesias? katanya dia mau ngadain konser lagi di jakarta loh!" ucap Muthy antusias.

"Eh muthy sayaang.. kalau nyebutin 'Julio' itu 'Hulio' jangan kampungan gitu ah." sahut chya.

"Ooo.. gitu ya?" angguk Muthy mengerti.

"Emang kapan konsernya di adain?" Andhyra akhirnya bersuara dan bertanya.

"Tadinya hanuary, tapi mundur. kalau nggak huni ya huli, nonton yuk! habis itu kita halan-halan, gimana?" jawab Muthy polos.

"MUTHYYY.." Teriak Andhyra dan chya serentak.

"Aduh itu otak ikut belajar nggak sih? Oon nya keterlaluan banget. Aku suruh kamu ubah 'j' jadi 'H' karna menurut ejaan asli Spanyol emang gitu, malah semua huruf J dibaca H." kata chya jengkel.

"Ke kantin yuk udah laper nih keburu bel masuk entar!" ucap Andhyra sambil berdiri, ia udah nggak peduli lagi dengan Muthy yang Oon nya di luar nalar manusia, itu udah biasa baginya.

*

Di kantin Azra dan Dhyan sedang menikmati makanan yang telah mereka pesan, seperti biasanya Dhyan selalu punya banyak bahan obrolan, mau itu tentang pacar, sekolah, rumah bahkan kucingnya yang melahirkan dan punya selingkuhan nggak luput di ceritain ke Azra. Dan jawaban yang di berikan Azra kalau nggak "Oo" ya "Mm" udah gitu aja. Dhyan udah biasa dengan sifat sahabatnya itu jadi dia nggak bete dan terus aja lanjutin ceritanya.

Kantin mereka dibagi antara kantin elit dan kantin biasa, kantin elit hanya di tempati oleh anak orang kaya dan pejabat penting, sementara kantin biasa untuk anak-anak yang kurang mampu mengandalkan beasiswa untuk masuk ke sekolah itu. Tentu saja Azra dan Dhyan berada di kantin biasa meskipun Azra mampu makan di kantin elit namun ia lebih senang bersama sahabatnya Dhyan. kantin elit berada di lantai dua dan kantin biasa berada di lantai bawah.

"Ra... aku mau pesen bakso satu mangkok lagi udah habis nih." Dhyan pun berdiri, pada saat ia berbalik dan melangkah tiba-tiba ia menabrak seseorang dan mangkok bakso yang ia pegang nenumpahkan sisa kuah bakso ke seragam orang yang ia tabrak itu.

"Sory...sory.. aku nggak sengaja maaf ya, sini biar aku bersihkan!" Dhyan segera mengeluarkan sapu tangannya , sebelum ia sempat menyentu noda pada pakaian orang itu tangannya di tepis dengan keras.

"Dasar udik, kamu cari mati? berani sekali kamu menumpahkan kotoran yang kamu sebut makanan itu ke seragamku." Ucap Andhyra geram, wajahnya memerah karna marah sambil mendorong Dhyan sampai terjatuh.

Andhyra mengambil mangkok bakso yang berada disampingnya meskipun orangnya sedang menikmati baksonya itu, tepat sebelum ia menumpahkannya ke kepala Dhyan sebuah tangan mencengkram lengannya dengan kuat. ia melihat sorot mata yang dingin dan penuh penekanan, suhu di sekitarnya seakan ikut membeku karenanya.

"Mau apa kamu? jangan ikut campur dengan urusanku! kamu tidak tau siapa aku?" tanya Andhyra dengan suara yang bergetar, ia tidak tau mengapa ia bisa menciut di hadapan orang ini.