webnovel

SANC - the demon hunter

Anasjati_ · Fantasy
Not enough ratings
1 Chs

Episode 1

(Distrik Lembah Beringin. Bulan 5, th 1212)

Distrik Lembah Beringin, salah satu distrik yang paling jauh dari ibu kota. Salah satu distrik dengan tingkat kemiskinan tertinggi di kerajaan Bulanjatuh. Dominasi penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Bukan perkara mudah menanam di lahan tandus, belum lagi akibat rusaknya benteng selatan yang tak kunjung di perhatikan oleh otoritas kerajaan Bulanjatuh, binatang iblis beberapa kali masuk mengacaukan ladang. Bahkan korban jiwa juga turut terenggut saat ada serangan dari binatang iblis.

Beberapa kali dalam tiga bulan terakhir ini memang pihak Kerajaan mengirimkan beberapa tim pemburu (hunters), namun itu hanya berefek sebentar. Tidak berselang lama beberapa hari kemudian binatang iblis kembali muncul dan mengacau lagi.

Dan hari ini, tim Hunters ke empat dalam satu bulan terakhir. Satu tim terdiri dari dua orang pemanah (archer), satu pengguna pedang (saber), dan satu pengguna serangan sihir (caster).

Menurut berita yang beredar, tim Hunters kali ini berbeda dari tim tim Hunters yang sebelumnya. Menurut kabar angin tim Hunters yang baru saja tiba di distrik Lembah Beringin berasal dari squad Gagak Putih (White Raven), salah satu dari tiga squad pemburu teratas di kerajaan Bulanjatuh.

Empat orang Hunters ini baru saja turun dari kereta kuda yang membawa mereka dari ibukota. Turun tepat di tengah keramaian pasar membuat mereka langsung menjadi pusat berpasang pasang mata yang menatap mereka berempat dengan tatapan penuh harap.

Sang Saber atau pengguna pedang, maju memperkenalkan diri.

"Salam wahai penduduk distrik Lembah Beringin. Namaku Sen, aku pemimpin rombongan ini. Kami adalah Hunter dari White Raven, kami akan membebaskan kalian dari terror binatang iblis." Sen menunjukan pedang besarnya, menancapkannya tepat di depannya agar lebih meyakinkan penduduk. Laki laki itu benar benar tampak meyakinkan sekarang, dengan zirah putih berkilauanya dan pedang besar yang panjangnya hampir menyamai tinggi tubuh kekarnya, ia benar benar tampak seperti malaikat penyelamat.

Penduduk lalu bersorak sorak, seolah yang berdiri di depannya sekarang benar benar mampu mengusir binatang iblis dari kota mereka. Tapi setidaknya kehadiran empat orang dari White Raven ini mampu memberikan rasa aman kepada para penduduk.

"Hei aku tidak bisa melihat mereka!" Kesal seorang anak laki laki berusia sepuluh tahun. Berkali kali ia melompat lompat ingin melihat kehadiran empat orang Hunters tersebut, tapi kerumunan di depannya tidak mempedulikannya.

"Hei Paman! aku juga mau melihat mereka." Anak laki laki itu menarik baju salah satu pria di depannya.

"Menjauhlah kau!" Pria tadi mendorong anak laki laki itu dengan kasar.

"Aduh, sial!" Anak laki laki itu mengaduh, mengusap pakaiannya yang sedikit kotor.

"Hei Sanc, apa yang kau lakukan disana?"

Anak laki laki itu terkejut mendengar suara yang amat di kenalinya, "Nozel!, apa yang kau lakukan disana?"

Di atas tumpukan kotak kayu seorang anak laki-laki berusia sama dengan Sanc duduk santai melihat ke depan, ya diatas sana ia bisa melihat empat Hunter dengan jelas.

Di samping Nozel ada seorang lagi, anak perempuan berponi yang tersenyum manis ke arah Sanc. "Naik kesini Sanc!" ajaknya.

"Ada Liya juga!" Sanc segera ikut menaiki tumpukan kotak kayu. Sesampainya di atas mata Sanc langsung bagai bercahaya, ia bisa melihat empat Hunter dengan zirah putih berkilau.

"Wah mereka keren sekali. Suatu hari nanti aku akan menjadi seperti mereka!." Ucap Sanc penuh semangat.

"Sayangnya itu tidak mungkin," ucap Nozel dingin.

"Apa maksudmu dasar Poni Menyebalkan!"

Nozel anak laki laki berambut hitam sebahu itu tersenyum kecil, "Aku yang akan menjadi Hunter. Kau sebaiknya menyiapkan banyak sapu tangan untuk mengusap tarngismu nanti."

"Heh! sepertinya kau terlalu yakin Nozel." Sanc menepuk nepuk pundak Nozel. Wajah Nozel yang setengahnya tertutup rambut nya yang tergerai tampak menyunggingkan senyum kecil. "Mari kita buktikan Sanc. Siapa nanti yang bisa menjadi Hunter."

"Itu yang mau aku katakan dasar Poni Menyebalkan."

"Sudah sudah kalian berdua. Lihat lihat, Caster itu!." Liya menunjuk sang Caster dari empat Hunter itu.

Dari keempat Hunter White Raven itu, sang Caster berdiri di belakang dua archer. Ia mengenakan jubah putih panjang dengan tudung kepala, di sebelah kanannya sebuah tongkat perak dengan ujungnya berbentuk seperti kepala kodok berwarna keemasan melayang layang tegak lurus diatas permukaan tanah.

"Dari yang aku dengar, Caster itu bernama Mina, usianya baru dua belas tahun. Tidak berbeda jauh dari kita bukan? Tapi dia sudah berhasil bergabung dengan salah satu squad Hunter paling hebat di Kerajaan Bulanjatuh. Kak Mina benar benar hebat!" Ucap Liya antusias.

"Liya nanti juga bisa hebat seperti itu kok!" Sanc mengangguk yakin.

"Dua Archer kembar itu juga hebat." Sambung Nozel.

"Ze dan Zo, dua rambut pirang itu adalah pemanah yang sangat hebat. Sekali tali busur hitam itu di tarik, ratusan anak panah bisa langsung keluar menghujam musuhnya. Dan Zo, dia menyandang dua kelas sekaligus, Archer-Assasin. Kudengar anak panahnya bisa mengejar lawannya, kemanapun lawannya melarikan diri."

"Whoa! mereka benar benar keren. Ayo kita lihat mereka memburu binatang iblis." Sanc berdiri menunjuk keempat Hunter itu.

"Itu berbahaya Sanc!" Liya memperingatkan.

"Ayolah kita hanya akan melihat dari jauh. Apa kau tidak mau melihat aksi mereka Nozel? wuuu pasti akan keren sekali."

Sanc, anak laki laki berambut hitam lebat ini tidak akan menyerah dengan tujuannya. Seperti sekarang ia sedang memancing mancing Nozel, ia tahu betul sahabatnya itu sebenarnya sangat ingin melihat aksi para Hunters bertarung melawan binatang iblis secara langsung.

"Apa kau takut Nozel? cih.. bagaimana kau akan menjadi seorang Hunter jika kau pengecut begitu?" Sanc melirik ke Nozel, ia mulai berhasil.

Nozel menatap dingin Sanc. "Apa maksudmu? Siapa yang kau sebut pengecut?"

Melihat itu Liya mulai geram, ia tau Sanc akan terus memancing mancing Nozel agar mau pergi menyaksikan perburuan binatang iblis, dan Liya tidak suka dengan ide Sanc. Menyaksikan perburuan binatang iblis adalah tindakan yang berbahaya, mereka bisa saja terkena serangan para Hunter. Terutama serangan Archer dan Caster yang memiliki area luas dalam radius seranganya.

"Mereka baru akan memulai perburuan sore nanti." Nozel melompat turun dari tumpukan kotak kayu.

"Mau kemana Nozel?" tanya Liya.

"Mencari makan."

"Liya ikut!" Liya ikut melompat turun lalu mengikuti Nozel melangkah pergi.

"Hei kalian tunggu aku!" Sanc juga ikut melompat turun.

****

Sekitar seribu meter dari pasar tadi, jika kita berjalan terus ke timur kita akan sampai di hutan Bentang Timur, wilayah paling pinggir di distrik Lembah Beringin sebelum tembok benteng Rasi Timur. Dan setelah benteng itu adalah bentangan hutan luas, namun di luar benteng adalah area terlarang. Teritori Iblis, bergitulah mereka menyebut wilayah luar benteng Rasi Timur.

Hutan Bentang Timur hanyalah area hutan yang tidak terlalu luas, namun hasil hutannya cukup untuk diambil penduduk Distrik Lembah Beringin. Hasil hutan seperti kayu, rotan, dan getah karet bahkan setiap hari terus di ambil, namun tidak pernah kurang. Hasil hutan itu biasa penduduk jual ke pedagang Pasar, tapi harga jual sering kali tidak sebanding dengan sulitnya menaklukan medan hutan, apalagi sekarang di tambah dengan terror binatang iblis membuat penduduk berpikir dua kali untuk mendekat ke hutan.

Tapi kerasnya kehidupan membuat beberapa orang mengkesampingkan risiko dan bahaya yang ada. Seperti sekarang yang Sanc, Nozel, Liya, dan Bow lakukan. Ke empat anak jalanan itu tanpa rasa takut menembus belukar hutan untuk menyambung hidup mereka. Mereka memang sering keluar masuk hutan, terkadang mencari kayu bakar, tanaman obat atau berburu burung dan binatang lainnya, intinya apapun yang memiliki nilai jual maka tangan tangan mereka tidak akan takut untuk mendapatkannya. Kemudian apa yang mereka dapatkan itu mereka jual ke Surjan, salah satu pedagang di Pasar Tanah Mekar.

"Hei Bow, kau tidak salah lihat kan soal ikan ikan itu?" tanya Sanc memastikan.

Sebelumnya, Bow. Anak laki laki bertubuh gempal itu mengatakan melihat banyak kawanan ikan ikan di bawah air terjun. Dan itulah yang membuat Sanc dan Nozel berbekal jala yang mereka pinjam diam diam ringan kaki menembus belantara. Liya, gadis kecil itu sempat khawatir sebelumnya. Karena sebenarnya lokasi air terjun itu sebenarnya berada sangat dekat dengan Benteng Rasi Timur.

"Baru kemarin aku melihatnya sendiri Sanc!" ucap Bow meyakinkan.

"Teman teman bukankah kita terlalu jauh?" Liya mulai cemas.

Meraka mulai menaiki tanjakan berbatu, pohon pohon menjulang tinggi di kiri kanan mereka. Mereka beberapa kali bertemu dengan monyet, rusa, dan beberapa penghuni hutan lainnya. Tidak ada masalah selama yang mereka temui bukan binatang iblis.

"Tenang saja Liya, selama aku ada disini tidak akan terjadi apa apa," ucap Sanc penuh percaya diri.

Mereka terus memasuki hutan semakin dalam, Bow berjalan didepan sebagai penunjuk jalan. Sejauh perjalanan hanya Nozel yang paling tidak banyak berbicara dibanding yang lain, tidak ada yang tau jika mata tajam Nozel terus awas mengamati sekitar. Belantara hutan ini sudah jauh berbeda semenjak binatang iblis menerobos Benteng Rasi Timur, diamnya hutan adalah tanda bahaya yang paling mengancam. Tidak ada yang tau apa yang datang diantara senyapnya hutan.

Seperti halnya sekarang, seharusnya keempat anak itu merasa senang karena suara gemericik air terjun sudah terdengar di telinga. Namun, kesenangan itu mendadak hilang ketika suara bising burung burung dan serangga hutan mendadak hilang bersama berterbangannya burung burung di langit hutan Bentang Timur.

"Ap-apa y-yang ter-terjad-di?" tanya Liya terbata bata. Keempat anak itu tidak terlalu bodoh untuk tidak menyadari bahaya yang mendekat.

Mereka merapatkan tubuh saling membelakangi. Nozel mengeluarkan belati usangnya sebagai senjata. Bow dan Liya mengambil ranting untuk di jadikan pegangan, walau sebenarnya mereka tau ranting ranting itu tidak akan berguna. Sanc? bocah itu malah bersiap siap melempar jala, entah apa yang ada di pikirannya.

Matahari yang tertutup awan menambah mencekamnya suasana hutan, Sanc menelan ludah entah kenapa bulu kuduknya berdiri. Nozel awas menatap sekeliling, diantara pohon pohon besar, semak belukar, atau batu batu besar itu semoga tidak ada apapun yang muncul dari sana. Namun harapan itu kandas, ketika di atas bongkahan batu besar sudah berdiri makhluk yang seketika mengganti rasa penasaran mereka dengan rasa takut yang amat sangat.

"Ap-apa itu?" Bow bergidik ketakutan.

Entah binatang apa itu, ukurannya dua kali ukuran harimau dewasa. Penampilannya memang seperti harimau, dengan loreng di tubuhnya. Tapi dengan ukuran tubuhnya, juga dua taring atasnya yang memanjang seperti pedang, di tambah surainya yang seperti berselimut api atau memang surai itu berselimut api. Keempat anak berusia sepuluh tahun itu benar benar sedang menghadapi bahaya sekarang.

Nozel bahkan dibuat merinding tubuhnya oleh makhluk itu, tidak berarti sudah belati yang tergenggam erat di tangannya. Pelan ia berkata, "Binatang Iblis!"