1 Mengapa begitu dingin?

"Hei bangunlah!" Pungkas Ibu.

"Ini masih pagi, Bu" aku menjawab pertanyaan ibu dengan nada lirih.

"Kamu ga inget sekarang jam berapa?, kamu harus berangkat sekolah hari ini!" jawab ibu dengan nada yang dinaikkan.

Aku teringat hal itu dan terkaget dan langsung melompat dari kasur, aku melihat jam di dinding yang menunjukkan angka 06.00 pagi. aku langsung bergegas mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

"Bu, hari hanya perkenalan saja kan?" aku berteriak dari dalam kamar.

"Mana ibu tau, kan kamu yang sekolah" pungkas ibu.

"Ah rasanya sangat malas untuk bertemu dengan teman-teman baru" gumam ku sambil mengenakan seragam baruku.

Sebelum sarapan, aku memanaskan motor bebek ku

Setelah berpamitan, akupun berangkat ke sekolah.

"Ahh sangat ramai disini, seperti apa teman kelas ku nanti" gumam ku sambil berjalan menuju lapangan sekolah

Sebelum kelas dibagikan, pihak sekolah mengadakan acara apel pagi untuk sambutan murid baru serta pembagian kelas untuk para murid.

Langit biru dan hamparan sinar matahari pagi mengisi suasana acara. Paskibra mengibarkan bendera dan membuat formasi baris berbaris terlihat begitu lancar dan profesional, seperti sudah dilatih selama bertahun-tahun. Tak lupa marching band yang memeriahkan suasana dengan lagu yang dimainkan dengan alat musik yang dimainkan dengan seksama. Dan yang terakhir dan yang paling aku tidak suka adalah sambutan kepala sekolah yang begitu lama dan terdengar membosankan, seakan-akan dunia berjalan begitu lama.

Kelas akhirnya selesai dibagikan dan aku mendapatkan kelas IPA 4. Aku berjalan menuju kelas dan mencari tempat duduk yang menurutku nyaman. Saat semua orang sudah memasuki kelas. Aku mendapatkan seorang teman baru dan teman sebangku.

"Gua boleh duduk samping lu kan?" ungkap anak lelaki yang sedang berdiri di samping ku.

"Iya boleh, silahkan" jawabku sambil berusaha tersenyum ramah

"Siapa nama lu?" pungkasnya

"Muhammad Rullan, panggil saja Rullan" sanggah ku

"Oh kenalin nama gua Joe Satriani, lu bisa panggil gua Joe" jawabnya dengan penuh semangat

"Lu tinggal dimana?" tanyaku

"Perumahan edelweis" jawab Joe

"Oh ga jauh dari rumah gua"

"Lu tinggal di perumahan Pesona harapan 2?"

"Yoi, nanti kalo mau lu mampir aja kerumah gua"

"Iya gua usahain, gua takut ketiduran sehabis pulang sekolah ini" Jawabnya menutup pembicaraan.

"Assalamu'alaikum" sahut seorang guru wanita dengan buku ditangannya, berjalan menuju meja guru yang ada di depan kelas ku.

Kelas langsung hening seketika, semua murid menghentikan kegiatannya. Guru tersebut duduk dan tersenyum manis

"Hai anak-anak, selamat pagi, gimana kabar kalian?" pungkas ibu tersebut dengan nada lembut khas wanita paruh baya

"Baik bu" jawab kami sekelas

"Perkenalkan nama ibu Chotimah Chairullah, kalian bisa panggil ibu Chotimah atau ibu timah"

Bu Chotimah pun berjalan ke papan tulis dan menuliskan namanya

"Ini nama ibu ya, takutnya kalian salah baca atau salah dalam penulisan nama ibu" beliau tersenyum lembut

"Ibu akan menjadi wali kelas kalian selama setahun ini, mohon kerjasamanya ya, semoga kalian bisa menjadi anak yang baik dibawah bimbingan ibu" pungkas nya sembari berjalan ke tempat duduknya

"aamiin ibu" teriak kelas kami secara bersamaan

"Untuk kali ini kita perkenalan dulu ya, kan ga seru kalo kita ga saling mengenal, ayo dari yg paling belakang" pungkas ibu Chotimah

Setelah semua murid memperkenalkan diri, kami diberikan arahan untuk pembelajaran.

Tak terasa bel pulang berbunyi dan saat nya untukku kembali kerumah.

"Oh tidak, hari ini tidak bisa langsung kembali kerumah" gumam ku

Aku harus mendaftar salah satu ekskul yang ada di sekolah dan aku memilih ekskul KIR atau biasa disebut disekolah ku Karya Ilmiah Remaja. Aku memilih ekskul ini karena terkesan santai dan tidak mengeluarkan tenaga.

Saat selesai menulis nama dan nomor telepon, Kaka kelas itu berkata bahwa hari Jum'at pulang sekolah diharuskan berkumpul.

Aku mengiyakan lalu berbalik arah, ada seorang sosok wanita dengan wajah dingin namun mengapa sosoknya terkesan sangat lembut, siapa dia? mengapa sosoknya membuatku sangat tenang.

"Seperti sebuah salju" gumam ku sambil berjalan pulang.

Sepanjang jalan aku berusaha untuk mengalihkan pikiranku, aku berusaha untuk mengingat tentang game dan film. Namun usahaku gagal, aku selalu teringat dengan sosok wanita tersebut.

Akhirnya aku sampai dirumah , aku langsung bergegas mandi dan mengambil wudhu , berharap dapat melupakan wajahnya. Apakah ini cinta? Apakah cinta datang dengan sekali tatap? Aku masih tidak mengerti tentang diriku. Baru pertama kali aku merasakan hal ini.

Aku mencoba mencari di internet, tentang arti dari tatapan pertama dengan lawan jenis. 'Hey mengapa aku melakukan hal bodoh ini , bukannya aku sangat cuek dan acuh terhadap wanita?, terus kenapa sekarang aku memperdulikan wanita yang tatapannya saja sangat dingin!?' pikirku sembari memandang layar handphone

"Ah lebih baik aku membuka Instagram" gumam ku

Aku beralih ke Instagram dan menutup laman google, ku scroll beranda dengan penuh hikmat, ya seperti inilah kebiasaan ku saat bosan , hanya berbaring dan melihat isi-isi beranda Instagram. "Hey tunggu, wajah ini mirip dengannya" . aku menemukan saran teman di laman Instagram ku, wajahnya mirip dengan nya.

"Apakah ini dia? wajahnya terlihat sama, Salju Liyana, nama nya persis seperti wajahnya" gumam ku sembari mengklik dan melihat-lihat profil Instagram nya.

"Sangat manis, senyum nya mengingatkanku seperti senyum Ibu ku"

"Hey apa yang kupikirkan?, berhenti memuji wanita dasar diriku yang bodoh!!"

Baru kali ini aku memuji wanita , dan mengapa wanita yang ku puji adalah wanita yang tatapan nya saja dapat membekukan? mengapa yang dingin seperti dia dapat menghangatkan hati ku yang selama ini beku?

Malam ini diriku terus saja memikirkannya padahal aku tidak pernah memikirkan seorang wanita sampai sejauh ini

"Ah mungkin besok juga lupa"

Akupun keluar dari Instagram nya , aku belum memfollow Instagram miliknya

"Biarkan saja dia yang follow Instagram ku duluan"

Diriku yang acuh dan cuek mulai keluar lagi. Aku memutuskan untuk membaca komik, Aku tak ingin lagi memikirkannya. Aku belum pernah jatuh cinta pada seorang wanita selama hidupku , aku tak boleh salah menaruh hati pada seorang wanita. Apalagi pada wanita yang dingin seperti itu. Akan jadi seperti apa hubunganku nantinya.

"Hey nak apakah kamu sudah makan malam ini?" teriak ibu dari ruang dapur

"Belum Bu, ini mau makan kok" balasku dari dalam kamar

Akupun berjalan menuju dapur untuk mengisi perutku yang sudah berteriak. Lalu pikiran aneh muncul lagi dalam kepalaku . Aku ingin bertanya bagaimana ibu dan ayah dulu bertemu dan berkenalan.

Tapi aku mengurungkan niat ku untuk bertanya, lebih baik aku menghabiskan santapan ku lalu tidur.

Setelah selesai menyantap makan malam, aku menuju kamar ku dan bersiap untuk tidur.

avataravatar
Next chapter