webnovel

Salju Musim Semi

Lagi-lagi salju, pagi yang aku inginkan adalah sinar matahari bukan salju. Bahkan pagi ini berita cuaca yang muncul badai salju akan datang. Entah kapan musim semi akan datang, aku sangat berharap melihat mekar nya bunga. Suara kicau burung yang berkicau seakan mereka sedang bersenda gurau. Aku harap salju ini cepat berganti. Pagi ini pukul delapan waktu New Zealand, aku terburu buru karena jam part time ku sebentar lagi di mulai. Hari yang sangat menyebalkan dengan turunnya salju yang tidak di harapkan. Perkataannya benar aku harus memakai beberapa lapis pakaian lagi agar tak kedinginan. Untungnya aku tidak ketinggalan kereta, jadi aku tidak terlambat. "Good morning, Alia" menyapa sambil tersenyum "Morning, Caren" "Hampir saja terlambat, untungnya manajer kali ini juga terlambat dia belum datang" "Untung sekali" ujarku seraya mengenakan seragam part time "Kali ini banyak pesanan hampir semua pesan antar sangat menyebalkan, bukan?" ujarnya sambil mengerutkan kening "Tak apa ada kevin yang bisa mengantarnya" ujarku sambil tersenyum miring "ah benar" senyum yang terukir di wajahnya seakan mengerti maksud perkataan ku barusan. "Ya sudah kita siapkan saja pesanannya" ujarku sambil memulai hari dengan senyuman. Tak terasa sudah waktunya jam makan siang sampai kafe menjadi ramai seperti ini. Kevin yang sedari datang langsung mengantar pesanan belum kembali sejak 3 jam lalu. Aku dan Caren hanya mulai gelisah karena kafe yang kurang pegawai ini cukup ramai. Ya, benar aku bekerja di Kafe dekat dengan kampus tempat aku belajar. Sebenarnya beasiswa yang aku dapat mencukupi untuk keseharian ku tapi aku perlu tambahan untuk membeli beberapa buku yang memang tidak ada di perpustakaan kampus dan harganya pun setara dengan uang makan satu minggu. Aku benar benar beruntung mendapatkan part time yang memperbolehkan aku datang setelah jam kuliah selesai. "Ah, kenapa pesanannya jauh semua si" ujar Kevin yang baru datang "I'm sorry kevin" ujar Caren sambil tersenyum "Untunglah sudah tidak ada pesanan antar sekarang cepat antar ini ke meja nomor 4" ujarku sambil menyodorkan nampan berisi coklat panas dan kopi ke Kevin. "Baiklah" Ujar Kevin dengan cepat "Untung ada Kevin jadi kita bisa menyelesaikan pesanan tepat waktu" ujar Caren seraya melihat Kevin yang mengantar pesanan "Benar, kalau tidak ada Kevin mungkin kita sudah kewalahan mengantarnya dengan cuaca seperti ini" ucap ku "Kafe kali ini ramai tidak seperti biasanya ?" tanya Kevin "Ya benar, mungkin karena ini liburan jadi banyak yang menghabiskan waktu dengan bertemu teman" ujar Caren sambil menyiapkan pesanan. Ahhh sungguh lelah hari ini, aku benar benar tidak menyangka kalau kafe akan seramai ini. Sampai akhirnya tutup cepat karena seluruh persediaan habis. Liburan kali ini aku berharap tidak akan muncul salju dalam kehidupan ku, namun musim salju akan terus berjalan sampai berganti musim.

Pinkky_Boy · Teen
Not enough ratings
1 Chs

Gerimis

Pagi ini, sinar matahari muncul dengan perlahan masuk melewati celah kayu yang berlubang. Api yang telah padam menyisakan bara yang masih sedikit hangat. Suara burung mulai terdengar seolah menandakan badai telah usai. Suara kicauan yang membuat keributan di pagi hari yang membangunkan orang orang di sekitarnya. Apakah badai telah benar benar usai? Atau hanya halusinasi pagi hari?

Aktifitas pagi harus segera di mulai sebelum semua berakhir menjadi kegelapan. Musim berganti namun tak ada yang berubah, aktifitas pagi dimulai dengan cucian piring kotor yang menumpuk. Semua itu harus segera selesai sebelum anak anak panti bangun dan membuat kekacauan yang lebih lagi. Sekarang sudah pukul 04.00 waktu indonesia. Masih cukup gelap diluar sana untuk memulai beraktifitas, namun untukku bisa terlambat apabila tidak sekarang karena aku harus berangkat sekolah pukul 06.00.

Beberapa orang mengartikan musim semi adalah musim dimana salju di gantikan oleh bunga. Namun tahun ini salsu akan tetap jadi salju. Harapan yang sudah terancang pun hilang sirna seakan semua itu hanya khayalan yang tak kan terwujud. Tertulis dengan rapi tanpa ada coretan sedikitpun seolah menandakan takkan ada yang menjadi nyata.

Pagi hari yang dimulai dengan gemercik air dan bau harum yang tercium dari dapur. Membuat alia terbangun dari mimpinya.

" pagi ibu maaf aku bangun kesiangan "

" tak apa biasanya juga kamu selalu jadi yang pertama"

" iya bu sekali lagi maafkan aku"

" sudah sudah kenapa harus minta maaf terus, sekali kali kamu juga haru bangun seperti anak anak panti yang lain kan"

" tidak apa bu aku lebih baik bangun pagi dan membantu ibu, karna aku anak terbesar di panti ini, jadi aku harus membantu ibu kan? Walau bukan memberi uang setidaknya aku membantu ibu di dapur dan berberes selagi bisa " dengan senyuman alia menjawab ibu panti yang sedang memasak itu

" iya sudah lebih baik kamu mandi dan solat dulu baru membantu ibu, oke "

" siap bu " Alia pergi dari dapur dan segera menuju kamar mandi

Setelah selesai alia langsung pergi kedapur untuk membantu ibu panti menyiapkan meja makan. pagi yang terburu pun usai dengan damai dan tenang.

"ibu saya berangkat dulu ya" ucap Alia

"iya hati hati" dengan melambai ibu panti mengucapkan pada Alia

Tahun ini adalah tahun terakhir Alia untuk berada di panti setelah itu, Alia sudah dapat memulai hidup mandiri di luar sana. Karena ketetapan Panti asuhan yang hanya akan melindungi dan bertanggung jawab sampai Alia berumur 18 tahun. Ibu panti selalu berharap setelah kepergian Alia, Alia dapat mewujudkan cita citanya sesuai dengan harapan dan doanya.

Sesampainya di sekolah, Alia dihampiri oleh 3 sahabat dekatnya yaitu Zeen, Arfa dan Anji. Di sekolah ini aku termasuk beruntung karena berteman dengan tiga laki-laki keren dan ganteng ini. Banyak yang mengira aku menggoda tiga laki-laki tampan ini. Tapi yang sebenarnya mereka lah yang tiba tiba bisa datang di kehidupanku secara acak ini.

"Lia, tumben kamu sampenya siang?" Tanya Arfa dengan penuh semangat

"Iya, pagi ini aku kesiangan jadi aku berangkat agak siang juga" jawabku

"Aku dengar mulai bulan depan akmu udah bisa pindah dari panti" tanya Zeen seraya duduk didepanku

"Ahh, iya bulan depan aku akan pindah dari panti dan aku sudah menemukan kos dekat sekolah" ujarku sambil tersenyum

Karena aku sudah 18 tahun dan sebentar lagi aku lulus SMA aku harus bisa mandiri. Panti asuhan juga hanya mengurusku sampai umur 18 tahun. Aku sudah terbiasa untuk bekerja di toko kelontong dekat sekolah, aku bekerja seusai sekolah berakhir sampai pukul tujuh malam. Pemilik toko sangat lah dermawan karena mau menerimaku yang bahkan belum berusia 17 tahun untuk bekerja. Karena pemilik toko tahu bahwa aku harus bisa mencukupi kebutuhan sekolahku sendiri agar tidak terlalu membebani ibu panti. Aku bersyukur dapat memiliki pekerjaan walau hanya dengan upah seadanya tapi aku bisa mengurangi beban ibu panti. Aku sudah bekerja selama satu setengah tahun dan sudah mengumpulkan uang untuk kehidupanku setelah keluar dari panti. Dan beruntungnya aku bisa mendapatkan kos dengan harga murah dekat sekolah. Aku sungguh beruntung kali ini. Tapi entah mengapa aku merasa ini hanyalah awal dengan seribu kejutan yang akan aku hadapi kedepannya. Aku berharap ini hanyalah firasat yang salah.

"Li, sepulang sekolah ini langsung part time lagi?" tanya anji

"Iya, kek biasa aku langsung ke toko, kenapa?"

"Tadinya mau ngajak ke gramedia soalnya buku yang kemaren kita cari udah ada stok lagi" jelasnya

"Wah, pengen si bisa ke sana sekarang tapi keknya belum bisa deh paling akhir pekan ini baru bisa" jelasku

"Ya udah biar kita beliin aja dulu gimana?" tanya Zeen

"Boleh si, ga ngerepotin tapi kan?" dengan sedikit ragu aku bertanya

"Hei, kita udah berteman hampir 6 tahun dan masih tanya kek gtu?" dengan sedikit mengerutkan dahi Arfa bertanya

"Iya iya, sorry" seraya tersenyum aku meledek Arfa yang terlihat agak kesal

"Kebiasaan deh" dengan kesal Arfa menjawab

"Ya udah balik ke bangku masing masing gih ngapain disini terus coba? Sebentar lagi kelas di mulai" jelasku sembari mengusir mereka bertiga

Hari berlalu begitu cepat, jam pulang sekolah jam dimana yang paling di tunggu tunggu akhirnya usai. Setelah itu aku bergegas langsung ke toko setelah berpisah dengan tiga sahabatku itu. Aku benar-benar bersyukur memiliki mereka selama enam tahun terakhir ini. Aku berharap untuk kedepannya mereka akan tetap ada di setiap ceritaku.

Banyak hal yang sudah menjadi kenangan bersama mereka, suka duka banyak yang terlewati karena bantuan mereka. Aku benar-benar bersyukur memiliki mereka yang selalu membantu dalam keadaan apapun sekalipun mereka tau bahwa aku hanya anak yatim piatu yang di buang oleh kedua orang tuaku sendiri. Kadang aku sendiri bertanya-tanya apakah aku anak haram? Sampai-sampai aku di buang di panti asuhan? Atau memang dari awal keberadaanku tidak diinginkan?. Banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan apabila bisa bertemu dengan kedua orang tua kandungku. Mereka bertiga benar-benar sudah seperti keluarga kedua untukku setelah ibu panti dan anak-anak panti lainnya. Aku benar-benar berharap disetiap langkahku berjalan mereka akan mengantarkan kepergianku dengan senyuman. Tapi ternyata semua itu sirna begitu saja semua itu hanya berjalan enam tahun lebih sedikit saja sampai akhirnya hujan datang diantara kita. Benar-benar sungguh tak terduga bahwa ini akan berakhir secara tiba-tiba. Aku berharap mereka bisa paham akan keadaanku. Kepergianku setelah hari ujian terakhir tanpa mengucapkan salam perpisahan membuat mereka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi?