webnovel

Bab 2 Arman bikin masalah

" Ras.. ku lihat dari tadi pagi kamu cemberut terus gak kayak biasanya. Lagi ada masalah ya? " tanya Andin.

Aku menghampiri Andin lalu duduk di sampingnya.

" Lagi bete sama mertua dan suamiku ", jawabku.

" kenapa dengan mereka? "

" Suamiku pelit sama Aku Din. Selama 2 tahun nikah belum pernah aku di kasih uang belanja sampe ratusan ribu. katanya uang belanja udah di pegang ibunya karena yang belanja segala macam kebutuhan dapur ibunya. Aku cuma di kasih jatah 20 ribu buat seminggu untuk beli pulsa, sedangkan adiknya seminggu dikasih 150 ribu untuk beli kuota belum jajannya. Semalem aku minta uang buat beli pulsa cuma di kasih 15 ribu. Aku kesel sama suamiku Din. Padahal aku ikut mertua juga gak cuma berpangku tangan. Pagi sebelum berangkat kerja masak dulu, nyiapin air panas dulu. Pulang kerja masih masak lagi sambil nyapu rumah. Malemnya masih nyuci baju sekalian mandi ", ceritaku pada Andin.

" Kebangetan ya suamimu. Ngasih uang ibu itu kewajiban dia sebagai anak laki laki tapi jangan sampai istrinya di terlantarkan juga ", kata Andin.

" Makanya aku kesel banget sama suamiku ".

" Kamu yang sabar ya Ras ", kata Andin dan aku mengangguk.

" Din kira kira boleh gak ya gajiku di minta seminggu sekali? " tanyaku.

" Coba aja kamu tanya sama pak Julio. Siapa tau dia mau kasih gajimu seminggu sekali ", kata Andin.

" Iya deh nanti akan aku coba ngomong sama pak Julio ".

" Pokoknya kamu harus semangat Ras cari uang buat dirimu sendiri. Buktikan pada suamimu kalo kamu bisa mandiri tanpa minta uang padanya ", kata Andin.

Kembali aku menganggukkan kepalaku.

**********

Tok Tok Tok..

Aku mengetuk pintu ruangan Julio.

" Masuk ", kata Julio dari dalam.

Aku masuk lalu berdiri di depan Julio.

" Ras.. ada apa? " tanya Julio.

" Saya boleh ngomong sesuatu dengan bapak? " tanya ku.

Julio mengangguk lalu menyuruhku duduk di kursi depan meja kerja Julio.

" Kamu mau ngomong apa? " tanya Julio.

" Emm anu pak.. Boleh gak saya minta gaji saya di bayarkan 2 minggu sekali? " tanya ku. Julio tampak berpikir.

" Kamu lagi ada masalah keuangan ya? " tanya Julio. Aku hanya menunduk tak menjawab pertanyaan Julio.

" Gini Ras gaji karyawan di sini semua di bayarkan sebulan sekali tiap tanggal 1 gak ada yang di bayarkan mingguan dan kamu sudah menandatangani kesepakatan itu sebelum mulai kerja di sini", kata Julio.

" Lagian masalah gaji sudah ada yang menangani nya. Bukan tugas saya menangani gaji", imbuh Julio.

Aku tetap diam.

" Atau kalo kamu benar benar membutuhkan uang kamu bisa kas bon dulu ke tempat Nia. Dia yang mengurus keuangan kantor ", kata Julio.

" Di sini bisa kas bon pak? " tanyaku.

" Iya. Tapi kas bon maksimal 50 % dari gaji kamu ", kata Julio.

" Baik Pak saya kas bon saja. Kalo gitu saya permisi pak. Terima kasih ", kata ku lalu pergi dari hadapan Julio.

Julio hanya mengangguk.

" Gimana Ras?" tanya Andin saat aku keluar dari ruangan Julio.

" Gak boleh tapi aku bisa kas bon ", kataku.

Andin hanya manggut manggut.

" Ya udah aku ke ruangan mbak Nia dulu ya ", kataku lalu pergi ke ruangan Nia.

Tok Tok Tok..

" Masuk ", kata Nia.

" Permisi mbak ", kata ku lalu duduk di depan Nia.

" Ada apa Ras? " tanya Nia.

" Saya mau kasbon ", jawabku.

" Oke sebentar ya ", kata Nia. Aku mengangguk.

" Mau kas bon berapa Ras? Di sini kamu tertera jumlah gaji pokok kamu 3 juta rupiah jadi kas bon nya maksimal hanya boleh 1,5 juta ".

" 750 ribu saja mbak ", kataku.

" Gak 1 juta sekalian biar gampang besok ngitungnya ", kata Nia.

Aku terdiam berpikir sejenak. Lalu mengangguk.

" Oke kamu tanda tangan dulu di sini ", kata Nia menyerahkan kertas berisi pernyataan kas bon dengan pulpennya.

Aku membaca sekilas surat pernyataan itu lalu menandatanganinya.

" Ini Ras uangnya dan ini slip kas bon nya. Di simpen ya slip nya ", kata Nia.

" Terima kasih mbak ", kataku saat menerima uang sebesar 1 juta rupiah beserta slip kas bon.

" Sama sama Ras ".

" Saya permisi mbak ", kataku lalu keluar dari ruangan Nia.

**********

Jam 4 sore aku keluar dari kantor. Di depan pagar kantor aku duduk di sebuah batu besar menunggu angkutan umum.

Arman yang kebetulan pulang kerja lewat depan kantor tempat ku bekerja dan melihat aku duduk menunggu angkutan umum langsung menghentikan motornya di depanku.

" Ayo pulang Ras ", kata Arman.

" Mas pulang aja duluan ", kata ku.

" Ayo pulang bareng ", kata Arman.

" Gak!! " kataku.

" Ayo", paksa Arman.

" Aku bilang enggak ya enggak!! ", kataku.

Arman turun dari motor lalu menarik lenganku dengan kasar.

" Mas kok kasar gitu sih ", kataku sambil mencoba melepaskan tangan Arman.

" Lepasin gak? "

" Enggak ", kata Arman.

" Lepas!! " bentakku Arman melepaskan tangan ku. Dia menatapku tajam.

" ooh kamu sudah berani bentak Aku ya", kata Arman.

Plaak!!

Arman menampar pipiku.

Aku memegang pipi ku yang terasa nyeri, aku tak menyangka Arman tega menamparku.

Julio yang tak sengaja melihat aku di tampar Arman langsung turun dari mobil dan menghampiri Arman.

" Ada apa ini? " tanya Julio.

" Siapa kamu?! Gak usah ikut campur dengan masalah ku dan istriku ", kata Arman.

" Yang sopan kamu mas dengan bos ku ", kataku.

" Ooh jadi dia bos mu yang ngantar kamu pulang kemaren? waw keren juga ", kata Arman.

" Pantas saja kamu senang di ajak pergi sama bos kamu ini, udah ganteng tajir pula ", kata Arman sambil tersenyum sinis pada Julio.

" Maksud anda apa ya? Saya belum pernah mengajak istri anda pergi. Yang sopan kalo bicara ", kata Julio.

" Kemaren kalo gak pergi terus kemana? Harusnya kan jam 4 Rasya sudah pulang tapi kemaren jam 6 dia baru sampe rumah dan itupun di anter oleh kamu ", kata Arman.

" Mas.. Aku kan sudah bilang sama kamu kemaren kalo Aku nunggu ujan reda dulu di kantor ", kataku.

" Lagian pak Julio cuma nganter pulang aja gak pernah macam macam sampai ngajak pergi Aku. Jangan asal nuduh kamu mas ", imbuhku.

" Alasan kamu aja itu buat membela dia ", kata Arman.

" Ras.. masuk mobil Aku akan ngantar kamu pulang ", kata Julio.

" Tapi pak.. "

" Masuk!! Daripada kamu memberi tau dia hal yang sebenarnya tapi dia gak percaya mending kamu diem", kata Julio.

Aku mengangguk lalu masuk ke dalam mobil Julio.

" Awas kamu Ras kalo nanti masih berani pulang ke rumah ", teriak Arman padaku lalu Arman pergi dari hadapan Julio.

" Jangan takut ancamannya Ras ", kata Julio.

Aku mengangguk sambil tersenyum pahit. Baru kali ini aku di ancam oleh suamiku.

**********