webnovel

RUNAWAY BRIDE (JAPAN VERSION)

Ruri Fujita adalah seorang wanita yang membangun karir ceremerlangnya sebagai designer lampu terkenal di Jepang mau pun di luar negeri. Hidupnya hampir sempurna dengan wajah cantik dan penghasilan besar setiap bulannya, memiliki sebuah toko lampu di Shibuya yang selalu diserbu oleh pelanggan. Tetapi dia dikenal pula sebagai RUNAWAY BRIDE versi Asia. Ruri terkenal dengan sebutan itu sejak dia selalu kabur dari altar pernikahannya di detik-detik sumpah setia dengan mempelai pria. Tidak ada yang mengetahui alasan tepatnya, mengapa wanita secantik dan sesukses Ruri selalu lari dari acara pernikahannya. Di balik kehidupannya yang menjadi dambaan setiap wanita mana pun, Ruri menyimpan sebuah trauma masa lalu yang tak bisa dilupakannya. Ruri adalah korban dari rumah tangga orang tuanya yang berantakan. Ayahnya yang kasar dan selalu memukuli Ibunya menjadi salah satu dari sekian banyak trauma yang dialaminya. Saat berusia 7 tahun, pembunuhan atas diri Ibunya, Akemi Kondo, 19 tahun silam oleh sebuah kelompok mafia terkenal Jepang, serta kaburnya Ayahnya dari kejadian tersebut merupakan daftar nomor satu penyebab traumanya. Ruri adalah saksi hidup pembunuhan Ibunya, menjadi target pembunuhan selanjutnya dan mengalami kebisuan selama 2 tahun di masa kanak-kanaknya. Ruri diasuh oleh detektif Wanatabe yang merupakan detektif kepolisian yang menyelidiki kasus Ibunya, dilimpahi kasih sayang bersama Isterinya serta menjadi teman sepermainan Daiki Watanabe, anak sang detektif. Bersama rekannya, detektif Yoshio Katoo, detektif Watanabe bermaksud menyelidiki kematian Ibu kandung Ruri. Namun sebuah alasan yang tidak jelas, kasus tersebut ditutup oleh pihak Kepolisian.

dindinthabita · Urban
Not enough ratings
74 Chs

Bab 31

TRAKK!!!

Tanpa sadar Hideo menjatuhkan sumpitnya dan mengenai ujung mangkuk nasinya. Dia segera menelan sayurannya dan bertukar pandang pada Daiki.

Daiki juga terkejut ketika wanita berambut panjang yang terlihat halus itu ternyata orang yang selama ini dicari mereka terkait pembelian White Guardian Bracelet melalui rekening Bank of Tokyo 3 tahun lalu di etalase H&M di New York City. Terutama Wanita itulah yang membuat Daiki penasaran akan tindakannya menyerahkan flash disk berisikan data kelompok Lucicer pada Ruri. Kini wanita bernama Sayuri Fukuda ini sudah sangat nekad bertemu Ruri.

Dari awal Sayuri sudah merasa bahwa jika kedua detektif itu akan merasa curiga padanya meski pun dia sangsi keduanya akan mengaitkannya dengan Junichi. Tapi prihal flashdisk yang diberikannya pada Ruri beberapa hari lalu tentu membangkitkan tanda tanya kedua pria itu terutama pria berambut cokelat bermata tajam itu yang duduk di sebelah Ruri. Mata pekat itu seolah ingin menjenguk isi hatinya. Sayuri mencengkram ujung dressnya di bawah meja.

Melihat ketegangan Daiki dan Hideo yang mendengar nama Sayuri, Ruri segera mengambil situasi canggung itu dengan tertawa seraya menepuk lengan Daiki.

"Sayuri-san...ini adalah kedua senpaiku. Yang duduk di depanmu itu adalah Hideo Katoo, tunangan Naoko. Sementara ini.." dengan lembut Ruri meremas lengan Daiki yang berada di dekat sikunya. "Ini adalah Daiki Watanabe. Sumber dari segala pikiranku hari ini." Wajah Ruri merona hangat ketika mengatakan hal itu membuat ketengangan di wajah Sayuri sedikit mencair berganti senyum lebar.

Daiki mengerjabkan matanya ketika mendengar kalimat Ruri. Dia menunduk dan mencoba menatap wajah cantik itu lebih dekat. Senyum khasnya menghiasi wajah tampannya.

"Benarkah hanya hari ini saja aku menjadi sumber segala pikiranmu?" Daiki menggoda Ruri dengan lembut.

Wajah Ruri semakin memerah hingga menjalar ke kedua telinganya. Membuat Naoko tergelitik untuk menggoda sahabatnya itu.

"Tentu saja! Sampai Ruri nyaris menabrakkan dirinya ke pintu kaca tokoku. Untung saja ada Sayuri-san yang masih sempat menarik lengannya." Dengan tampang meledek, Naoko terbahak sambil menatap Sayuri yang juga tertawa.

Makan siang itu berjalan lancar meskipun di awalnya Daiki dan Hideo merasa penasaran dengan Sayuri. Tapi dengan keluwesannya, Ruri mengalihkan perhatian kedua orang itu dan akhirnya makan siang itu menjadi makan siang biasa tanpa adanya tanya jawab alias interogasi yang dilakukan salah satu dari kedua senpainya itu.

Tapi bukan Daiki namanya kalau dia tidak bisa menuntaskan rasa penasarannya. Dia tahu usaha Ruri agar makan siang itu berjalan secara normal dan dia menunggu waktu yang pas ketika suatu waktu Sayuri meninggalkan meja. Dan apa yang dinanti Daiki ternyata membuahkan hasil.

Sayuri berkata dia akan ke kamar kecil sebelum meninggalkan restoran. Kesempatan didapatkan oleh Daiki ketika Ruri dan Naoko saling berdebat soal aplikasi gaun yang dirancang Naoko. Kalimat Naoko yang tegas agar kedua pria itu jangan menyela menjadikan alasan bagi Daiki untuk menuju kamar kecil pria.

Kamar kecil di restoran itu berada di sebuah lorong pendek yang dibatasi oleh pembatas kayu yang cukup rapat. Daiki menunggu kemunculan Sayuri dari kamar kecil wanita dengan bersandar pada pembatas kayu itu.

Ketika Sayuri keluar dia terpaku melihat Daiki sedang bersandar di pembatas kayu itu dengan kedua tangan di dalam saku celana. Tatapan sepasang mata pekat itu sama sekali tidak ramah. Namun Sayuri menanti apa yang akan dikatakan pria itu.

Daiki mendapati bahwa Sayuri seolah sedang menunggunya bicara. Dengan dingin Daiki berkata. "Apa maksudmu mendekati Ruri?!"

Dari awal Sayuri sudah dapat mengira bahwa pertanyaan itu akan terlontar dari pria di depannya itu. Dia membalas tatapan dingin Daiki dengan sinar matanya yang datar.

"Aku hanya berusaha untuk memperingatkannya..."

"Kau memiliki hubungan dengan pria bernama Junichi Kimura kan?" sambar Daiki ketus.

Mau tak mau Sayuri terdiam. Dia tampak memucat ketika dengan telak Daiki menebaknya. Sekejab Daiki melihat wajah pias Sayuri. Daiki semakin merasa kecurigaannya meningkat. Dia maju selangkah.

"Itu artinya kau bisa menjelaskan tentang pembelian White Guardian Brecelet yang dikeluarkan oleh rekening Bank Of Tokyo 3 tahun lalu di etalase H&M, New York City? Untuk siapa jelasnya gelang itu yang telah dibeli seorang pria bernama Junichi Kimura melalui rekening seorang wanita sepertimu?"

Sayuri seakan diingatkan akan gelang langka itu yang kini melingkari pergelangan tangan Mamoru. 3 tahun yang lalu dia meminta Junichi untuk membeli sebuah gelang melalui rekeningnya. Ketika gelang itu sudah berada di tangannya, ternyata Junichi menginginkannya. Pria itu memberinya gelang lain yang lebih mahal dan mengatakan bahwa dia memiliki tujuan atas gelang tersebut. Daiki membuatnya teringat akan benda yang sudah lama tidak diingatnya. Kembali suara Daiki terdengar.

"Apakah gelang yang sama yang kini dipakai oleh Mamoru?" Daiki memancing Sayuri. Dia ingin memastikan secara jelas bahwa gelang itulah yang dikenakan Mamoru sesuai penyelidikannya.

Pancingan Daiki kembali berhasil. Kini wajah Sayuri benar-benar pucat. Wanita itu tidak bisa lagi mengelak atas tekanannya. Daiki kembali berkata lapat-lapat.

"Itu sebabnya kau melarang Ruri tidak menceritakan pertemuan kalian kepada Mamoru. Karena kau terkait dalam kasus ini?"

"Tidak!!!" Dengan cepat Sayuri membantah tuduhan Daiki. "Aku tidak terkait dalam kasus pembunuhan itu! Aku murni ingin membantu penyelidikan ini."

Alis Daiki berkerut dalam. Sejenak dia bingung dengan bicara wanita di depannya itu. "Tidak? Lalu bagaimana bisa seorang Junichi Kimura menggunakan rekeningmu?" desak Daiki.

Sayuri menelan ludah. Dengan bola mata tegas dia menjawab Daiki yang melongo setelah mendengar jawabannya.

"Aku tunangan Junichi Kimura."

***

Sebelum mereka berpisah dari restoran tersebut, Daiki menarik lengan Ruri agar mendekati mobilnya.

"Kumohon malam ini jangan pernah meninggalkan apartemen." Daiki memegang lengan Ruri dengan erat.

"Ada apa?" Ruri mulai merasa cemas. Dia sudah merasa aneh dengan Daiki sejak pagi setelah pria itu menghubungi Hideo.

"Dengar.. Malam ini aku dan Hideo Senpai akan menyusup ke sebuah rumah yang kemungkinan besar adalah dalang pembunuhan ibumu..."

"Apa..." Seruan Ruri tertahan oleh telapak tangan Daiki pada mulutnya.

"Stt...jangan keras-keras nanti Naoko mendengarnya terutama Sayuri. Naoko bisa khawatir jika mengetahui Hideonya itu akan menyusup bersamaku..."

"Dan memangnya aku tidak?!!" tukas Ruri seraya menepis telapak tangan Daiki.

Daiki tersenyum simpul melihat kemarahan Ruri. Dibelainya pipi mulus itu. "Tentu saja aku tahu kau akan lebih khawatir tapi aku ingin kau tahu ke mana aku nanti malam. Aku tahu kau wanita kuat. Senpai berencana melamar Naoko-san secara resmi sebelum penyusupan kami nanti malam. Dia tidak ingin membuat Naoko merasa tidak bahagia setelah lamaran itu jika mendengar rencana Senpai setelah itu."

Bola mata Ruri berbinar seketika. "Benarkah?"

Daiki tertawa. "Dia sudah membeli cincin sebelum kami muncul tadi." Daiki melihat wajah Ruri yang terpekur. Berita Naoko akan dilamar Hideo tentu membuat Ruri gembira sekaligus gamang tentang hubungan mereka.

Daiki meraih dagu Ruri dan mendongakkannya. Dia menunduk dan sekilas menyapukan bibirnya pada bibir Ruri.

"Kita akan menyusul setelah mereka. Aku sudah cukup bersabar selama 19 tahun untuk memilikimu." Daiki tersenyum penuh sayang pada Ruri yang merona.

Suara deheman Hideo membuat Daiki dan Ruri menoleh. Hideo menunjuk jam tangannya.

"Ternyata bukan aku yang melarikan diri," sindir Hideo nyengir.

Daiki tertawa pendek dan mendorong halus punggung Ruri. "Pergilah ke mobilmu. Kedua temanmu sudah menunggu."

Ruri tertawa dan bersiap berlari menuju mobilnya. Tapi pertanyaan Daiki membuatnya terdiam.

"Apa kau sudah memikirkan pertanyaanku tadi pagi. Tentang ayahmu?"

Daiki bisa melihat punggung Ruri yang menegang. Perlahan dilihatnya wanita itu menoleh.

"Akan kupikirkan." Ada seulas senyum pahit di wajah lembut itu membuat Daiki tidak sanggup berkata apa-apa lagi.

Daiki menghela napas berat saat melihat Ruri menuju mobilnya di mana Naoko dan Sayuri menantinya. Hideo menepuk bahu Daiki.

"Jangan dipaksa. Biarkan dia memikirkannya sendiri. Ingat bagaimana akhirnya dia bersuara? Itu terjadi karena keinginannya sendiri. Begitu juga dengan masalah Kenji Fujita. Biarkan dia yang memutuskan. Terlalu dalam luka yang ditorehkan oleh ayahnya saat dia masih kecil."

Daiki mengetuk dahinya. Dia tersenyum tipis. "Kau benar Senpai. Bahkan kita belum tahu di mana keberadaan Kenji di Tokyo dan aku sudah membicarakan pertemuan keduanya." Daiki menertawakan dirinya sendiri seraya membuka pintu mobil.

"Siapa bilang kita belum tahu keberadaan Kenji? Baru saja aku mendapatkan telepon dari Tanaka. Junior kita di Cyber Crime. Dia sudah menemukan penerbangan yang dinaiki Kenji serta nomor ponsel pria itu ketika melakukan registrasi masuk negara. Dia sedang melacak keberadaan nomor itu dan akan menghubungiku sekitar setengah jam lagi."

Daiki mengacungkan jempolnya sambil mulai menghidupkan mesin mobilnya. "Kalau untuk mencari orang hilang kau memang ahlinya, Hideo Senpai."

****

Ruri mengantar Naoko di tokonya dan dia bersama Sayuri menuju kembali ke tokonya sendiri. Di pertengahan jalan, Sayuri ingin diantar pada stasiun busway. Permintaan itu disanggupi Ruri dan secara tepat Ruri bertanya pada Sayuri.

"Apakah kau memiliki hubungan dengan Mamoru?" Ruri menoleh Sayuri sekilas sewaktu dia membelokkan setirnya.

Dengan tetap menatap jalanan di depannya, Sayuri menjawab lirih. "Ya. Kami memang memiliki hubungan..."

Ruri mengerem mobil dengan tiba-tiba. Dia menatap Sayuri dengan tajam. "Kau pernah berkata bahwa sekarang aku sedang diincar oleh seseorang yang membenciku dan ayahku. Kau juga berkata bahwa pertemuan kita tidak boleh diketahui Mamoru. Apakah itu artinya bahwa orang itu Mamoru? Itulah mengapa kau mendekatiku!" Ruri mencengkam setir dengan kuat. Dia menatap Sayuri dengan tidak percaya. Dia sudah hampir mempercayai wanita itu. Dan dia juga sudah begitu percaya pada Mamoru.

Sayuri menatap sorot mata kecewa di manik mata bening Ruri. Dia segera meraih tangan wanita itu yang terasa dingin mencengkam setir.

"Tidak... Bukan Hozy! Bukan dia. Dan aku mendekatimu bukan ingin mengelabuimu. Aku ingin melindungimu dari seorang pria yang mengincarmu selama belasan tahun ini. Percayalah padaku, Ruri-san. Hanya padamu aku menemukan rasa nyamannya seorang sahabat. Ada kesamaan di antara kita dalam merasakan pahitnya hidup ini."

Ruri mencoba mencari kebohongan melalui raut wajah dan kalimat Sayuri. Dia menemukan sinar mata pedih pada bola mata Sayuri. Cengkraman Sayuri pada tangannya terasa begitu erat dan dia merasakan wanita itu gemetaran.

"Sebenarnya... Siapa orang yang sedang mengincarku?" Ruri bertanya pelan.

Sayuri menggigit bibir bawahnya. "Detektif Watanabe akan menjelaskannya padamu."

****

Kenji sedang duduk membaca majalah ekonomi ketika sebuah dentang suara bel pada pintu mensionnya mengusik bacaannya. Dia meletakkan majalahnya di meja dan berjalan menuju pintu. Dia hanya sendirian di mensionnya karena Ryo baru saja pergi untuk mengambil beberapa berkas Bank Asing Saitama yang akan dibacanya terakhir kali sebelum bertemu pada orang yang telah mengambil alih bank tersebut pada sebuah acara pesta 3 hari lagi.

Kenji mengintip melalui lubang dan melihat sosok dua pria muda berdiri di depan pintu mensionnya. Tanpa rasa curiga, dia membuka pintu itu dan melihat jelas kedua pria itu yang menatapnya dengan tajam.

"Ada yang bisa kubantu?"

"Apakah anda Kenji Fujita?"

Kenji melihat pria berambut cokelat berantakan itu bertanya dingin padanya. "Ya. Aku Kenji Fujita..." Secara tidak terduga tubuh Kenji terdorong ke belakang oleh tangan pria muda berambut cokelat itu ke dalam mensionnya sementara pria lainnya menutup pintu dengan keras.

"Ada apa ini!" Kenji berseru keras namun mulutnya sudah ditutup oleh pria berambut cokelat yang kini telah menekan tubuhnya ke dinding.

"Senpai! Matikan seluruh sistem CCTV di seluruh mension ini!" Daiki berkata cepat pada Hideo saat dia melihat beberapa CCTV tergantung di tiap sudut mension.

Hideo segera merekam kode CCTV melalui sebuah alat digital berbentuk remote kecil dan langsung terkirim pada Tanaka yang selalu siap di depan komputernya di Cyber Crime.

"Sudah mengirimnya pada Tanaka-san." Hideo melihat bagaimana Kenji meronta dalam pegangan Daiki. "Apa kau perlu bantuanku untuk membuatnya diam?" Hideo merasa sedikit geram pada Kenji karena riwayat hidup pria itu sudah diketahuinya hingga ke akar-akarnya. Rasa antipati bersarang di hatinya.

Daiki menekan mulut Kenji lebih kuat dan dia mendesis pedas. "Jangan banyak meronta atau kau memilih untuk dibunuh dan tidak lagi bisa bertemu Ruri untuk meminta maaf!"

Bola mata Kenji membelalak ketika mendengar ancaman pria muda itu. Ada secercah harapan di sinar mata Kenji saat nama Ruri disebutkan. Dia mengangguk dan berhenti meronta.

Daiki menoleh Hideo. "Apakah sistemnya sudah mati?"

Hideo menatap pesan yang baru masuk pada ponselnya. Dia mengangguk dan Daiki melepas bekapannya pada mulut Kenji.

Pria itu bernapas lega dan menatap Daiki dan Hideo yang berdiri tegak menatapnya. "Siapa kalian? Dan mengapa mengenal anakku, Ruri?"

Daiki mengeluarkan lencana polisinya dari balik jas hitamnya. "Detektif polisi Daiki Watanabe. Kau sedang diincar oleh keturunan Shinobu Kimura dan putrimu menjadi targetnya karena ulahmu 19 tahun lalu yang sudah merampok brankas dan mencuri White Guardian Brecelet."

****

Kawasan Elit Azabu, Pukul 08.30 p.m.

Rumah megah di pojokan blok elit yang berada di area Azabu tampak terang benderang. Beberapa pria berpakaian Serba hitam berdiri mengelilingi tembok rumah berhalaman luas itu. Tiap pria berpakaian hitam itu telah dilengkapi dengan sebuah pistol dan sepasang pisau di balik jasnya yang licin. Mereka juga memakai kacamata hitam yang mungkin sebagian orang yang tidak tahu maksudnya akan tertawa. Namun bila diteliti lebih lanjut, di gagang kacamata itu terdapat tombol kecil yang bisa mengganti kaca yang gelap menjadi kaca bening. Kaca yang hitam itu berfungsi sebagai kacamata digital untuk mendeteksi para undangan yang sudah di program namanya bersama secret code masing-masing yang didapat dari kiriman undangan yang dilakukan Guardian melalui email. Tujuannya adalah dapat mengetahui secara cepat bila ada penyusup.

Bila dilihat dari depan, rumah itu tampak sepi tanpa deretan mobil yang terparkir karena pada aturannya setiap undangan yang datang tidak diijinkan untuk meninggalkan mobil mereka di tempat pertemuan agar tidak memancing kecurigaan sekitar. Itu sudah menjadi aturan tidak tertulis di antara mafia kelas atas.

Semua itu sudah dipersiapkan Junichi bersama Mamoru beberapa jam lalu. Puluhan penjaga menjaga di sekeliling rumah itu. Hampir tidak ada celah bagi penyusup manapun untuk masuk. Namun mereka lupa penjagaan di atas atap.

Sebuah bayangan hitam tampak berkelebat menaiki tembok bagian belakang yang hanya dijaga oleh dua pria berpakaian hitam yang tidak memakai kacamata digital mereka.

Daiki membungkuk di atas bumbungan atap dan menatap ke arah halaman luas di bawahnya yang tampak berseliweran para bodyguard masing-masing ketua mafia. Daiki menekan speaker kecil yang terdapat di cuping telinganya yang berupa anting kecil.

"Aku sudah berada di atas atap. Penjagaan di area belakang tidak terlalu ketat. Tapi untuk menyusul ke dalam aku sedikit kesulitan. Terlalu banyak bodyguard."

Hideo yang bertugas menunggu di dalam mobil dengan seperangkat laptop canggih segera menekan beberapa sandi CCTV yang berhasil dikirim Daiki melalui alat digital penangkap sandi CCTV. Hideo segera menemukan kenyataan bahwa seluruh rumah megah itu dijaga ketat oleh bodyguard.

"Sangat susah bagimu untuk menyusup. Junichi Kimura membangun tembok pertahanan demikian ketat." Hideo mengklik semua kamera CCTV di seputar rumah dan halaman. Dia melirik Tanaka yang juga bekerja dengan laptopnya.

Melalui jaringan GPSnya yang terupdate tahun itu, polisi muda itu dapat melihat semua area melalui pemandangan atas bahkan dengan aplikasi yang dibuatnya sendiri, tidak hanya melihat dari visual atas bahkan dia dapat menembus sebuah bangunan sekali pun sehingga dia bisa melihat bagian dalam rumah itu hanya dengan menggunakan jaringan telepon. Di sana dia melihat bahwa isi dalam rumah itu sudah sangat ramai. Tanaka menoleh Hideo.

"Daiki Senpai tidak boleh kehabisan waktu berada di atas. Mereka sudah membuka pertemuan itu."

Hideo kembali menekan alat penghubung mereka. "Kau harus segera masuk, Daiki."

Daiki menatap halaman itu dengan waspada. Tiba-tiba dia melihat seorang pria berpakaian serba hitam tampak berlari kecil menuju semak-semak gelap di sudut tembok. Sebuah pemikiran terlintas di benak Daiki. Dia menjawab perkataan Hideo dengan ringan.

"Aku sudah menemukan caranya." Dengan enteng Daiki berjalan pelan di atas atap mengikuti arah perginya pria berpakaian hitam itu yang ternyata berdiri di antara semak untuk melepas hajat buang air kecil.

Dengan ringan Daiki melayang turun tepat di belakang pria itu yang tampak begitu fokus menyalurkan kandung kemihnya yang sudah membengkak. Daiki mengayunkan kepalan tangannya memukul tengkuk pria itu. Suara erangan lirih mencelos dari mulut pria itu berikut tubuhnya yang terjerembab ke tanah, pingsan.

"Gomenasai," Daiki mendesis pelan dan segera menunduk.

Sementara itu di dalam rumah terjadi sebuah pesta yang dipenuhi oleh berbagai macam wajah dan rupa pria dan wanita dari banyak negara. Semua prianya mengenakan setelan jas dan para wanitanya yang cantik memoles wajah mereka dengan berbagai jenis make up pilihan. Rata-rata dari mereka mengenakan pakaian seksi dan menggoda.

Junichi tampak berkeliling menyapa para sahabatnya dengan Sayuri yang menggandengnya dengan anggun. Junichi menawarkan makan dan minum yang berlimpah kepada semua mafia yang ada di ruangan itu.

Sayuri tidak terlalu tersenyum pada siapa pun di ruangan itu. Dia berada di sana hanyalah untuk menjadi pendamping Junichi. Meskipun berkali-kali dia mendapatkan pujian dari semua mafia di ruangan itu, Sayuri sama sekali tidak tergerak untuk tersenyum. Junichi meremas lembut jemarinya dan berbisik tanpa menoleh.

"Kau harus tersenyum pada mereka yang sudah memujimu, Sayuri sayang!"

Sayuri sama sekali tidak ambil pusing atas suruhan Junichi. Dia tetap saja dengan wajahnya yang tanpa ekspresi. Sesekali tatapannya bertemu pada tatapan Mamoru yang berada di sudut ruangan untuk menjaga keamanan ruangan itu. Tatapan mereka terkunci untuk beberapa detik dan akhirnya selalu Sayuri yang membuang tatapannya jika melihat beberapa wanita muda teman dari wanita para mafia itu menghampiri Mamoru.

Mamoru bisa melihat dengan jelas kecantikan Sayuri malam itu dengan gaun kremnya yang lembut. Setiap kali tatapan mereka bertemu, jantung Mamoru berdegup kencang. Tapi dia berusaha menekan perasaannya dan melakukan tugasnya dengan penuh kewaspadaan.

Dari sebuah pintu bagian barat ruangan itu tampak seorang pria berambut cokelat dengan kacamata hitam memasuki ruangan dengan pelan. Daiki menekan tombol pada gagang kacamata sehingga kini kaca berubah menjadi gelap dan dia bisa melihat orang-orang di ruangan itu telah terprogram dalam kacamata digital itu dengan kode masing-masing. Dia berbicara lirih pada alat penghubungnya.

"Aku sudah berhasil masuk ke ruangan utama dengan menjadi salah satu pria berbaju hitam di luar. Kacamata ini ternyata telah merekam semua tamu undangan dengan kode dan nama. Aku sudah meneliti bahwa benda ini bisa dikirim seperti alat digital kita. Aku akan mengirimkannya pada sandi hackmu."

Hideo terdengar menjawab dengan bersemangat ketika salah satu foto tamu undangan terkirim padanya setelah Daiki mengeja sandinya. "Sudah masuk. Aku dan Tanaka-kun akan mencari tahu semua data tiap foto yang masuk."

Daiki mencoba berbaur dengan tamu undangan tanpa mencolok. Dia bisa melihat sosok Mamoru yang berdiri di sudut ruangan itu dan dia merekam dari kejauhan dan mengirimnya pada Hideo. Di antara para tamu Daiki mendengus. "Masih mengelak jika kau bukan si Guardian, Hozy Mori?"

Daiki mengambil segelas vodka yang disodorkan oleh pelayan dan meneguknya dengan cepat. Dia memilih untuk berdiri sejenak di antara sekumpulan Bos mafia beraksen eropa dan berusaha bersikap biasa ketika dia mendengar salah satu berkata santai sambil tertawa.

"Sejak posisi ketua diambil oleh Junichi Kimura, semua kerjaan kita mulai berjalan lancar lagi terutama untuk masalah perdagangan merah." Pria beraksen Perancis.

"Tentu saja. Mr. Kimura Junior memiliki jalur di kepolisian sehingga memudahkan pengiriman semua jenis merah tidak memiliki hambatan di jalur air. Para wanita itu cukup berisik meski pun bisa memuaskan pelanggan."

Kedua pria asing itu tertawa keras. Daiki segera menurunkan wajahnya ketika kedua pria itu melewatinya. Daiki dapat menduga bahwa pembicaraan mereka berhubungan dengan perdagangan wanita. yang membuat Daiki geram adalah bahwa kedua pria itu sudah sangat jelas mengatakan keterlibatan kepolisian dalam bisnis gelap mereka yang dipimpin oleh ketua Lucifer, Junichi Kimura.